Andreas terbangun dengan keadaan dirinya sudah berada di dalam kamarnya. Pria itu memegangi kepalanya yang ternyata di dahinya terdapat handuk putih yang sudah mengering. “Aku…, sakit?” pikir Andreas kala itu seraya mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Andreas berjalan dengan kepala yang masih terasa berat, namun ia tak mendapati Reyna di dalam kamar wanita itu. Andreas kembali menuju ke dapur dan hanya menemukan sop rumput laut di atas kompor. “Reyna!” panggil Andreas kala itu. Namun Reyna tak kunjung datang kepadanya, hal itu membuat Andreas mungkin berpikir bahwa Reyna sedang keluar untuk membeli sesuatu. Andreas memilih duduk di atas sofa sembari menyalakan televisi, pikirannya mulai terbayang beberapa kejadian tadi malam yang tak bisa diingatnya dengan jelas. Sampai suara pintu apartemennya berbunyi, membuat Andreas langsung berdiri seraya menatap Reyna yang baru saja masuk. “Habis dari mana?” tanya Andreas ketika tangan Reyna penuh dengan belanjaan. Reyna terlihat meliri
Reyna meruntuki dirinya sendiri di dalam kamar, wanita itu terus memukuli kepalanya sendiri ketika dirinya menyesali apa yang baru saja terjadi. “Aku berniat mendiamkan Pak Andreas seharian karena alasan kemarin, tapi hanya karena diberikan tiket ke Jepang saja aku sudah bisa membalas panjang lebar ucapannya dengan senyuman pula,” gumam Reyna yang sangat kesal dengan dirinya sendiri. Mencintai memang terasa menyenangkan namun hal yang menyenangkan bisa lebih cepat berubah menjadi hal yang menyedihkan. “Padahal keberangkatannya masih di minggu depan, tapi kenapa rasanya jantungku tak bisa berhenti berdetak secepat ini,” pikir Reyna yang langsung menyimpan tiketnya di laci meja samping tempat tidur. “Ah, hampir saja aku menyatakan cinta pada Pak Andreas tadi malam,” gumam Reyna sendirian seraya menatap langit langit kamarnya. Reyna keluar kamar untuk menyeduh teh panas, lalu setelah itu ke balkon apartemen yang jarang sekali ia tempati. “Karena masih pagi, langit terlihat sangat nye
Andreas yang baru selesai mandi merasa kebingungan dengan penampilan Reyna yang telah rapih di dalam kamarnya. “Mau kemana?” tanya Andreas pada Reyna yang berada di atas sofa dalam kamarnya. “Saya mau ke rumah sakit jenguk Jeremy sebentar,” ucap Reyna yang terlihat senang karena memang ia baru saja dikabari oleh pihak rumah sakit tentang keadaan adiknya yang kian lama semakin membaik. “Pak Andreas, saya merasa sangat senang. Jeremy sudah bisa membuka matanya dan juga menggerakan beberapa sensorik di tubuhnya,” ucap Reyna pada Andreas yang ikut tersenyum melihat wanita di hadapannya nampak bahagia. “Oh, taksi saya sudah datang,” ucap Reyna seraya bangun dari duduknya dan hendak pergi keluar sendirian. Andreas yang merasa masih kebingungan, berusaha mencegah Reyna untuk keluar lebih dulu. “Tunggu, kamu kemari hanya ingin izin untuk pergi?” tanya Andreas yang diangguki Reyna dengan senyuman sebelum wanita itu benar-benar pergi meninggalkannya sendirian di kamar. Andreas cemberut. “S
"Pak Andreas," ucap Reyna ketika melihat penampakan Andreas di samping tempat tidur Jeremy yang terlihat sudah bisa tersenyum menatap ke arahnya.Andreas melipat kedua tangannya di dada ketika Damian terlihat masuk ke dalam ruangan itu. “Sejak kapan Pak Andreas ada disini?” tanya Reyna sembari mendekat pada sang adik yang memang berada di samping bosnya persis. “Dari mana saja kamu,” tanya Andreas pada Reyna yang langsung menjelaskan bahwa sedari tadi dirinya menemani Damian sarapan di kantin rumah sakit. “Selamat siang Pak Andreas,” ucap Damian menyapa Andreas yang berusaha untuk tetap membalas jabatan tangan pria tersebut. “Jeremy, kamu sudah bisa bicara?” tanya Reyna yang dibalas kedipan mata oleh sang adik. “Dia masih belum bisa bicara, tapi sudah mengerti dan bisa merespon dengan baik perkataanmu,” ucap Andreas menjelaskan kembali kalimat yang Dokter katakan sebelumnya padanya saat Reyna belum datang. “Ternyata adikmu sudah sebesar ini ya, saya pikir masih kecil. Jadi jangan
Reyna menggenggam tangan Andreas yang berada di bawah sana. “Di luar ada orang,” ujar Reyna dengan wajah yang nampak sudah sangat memerah karena perbuatan Andreas. Melihat wajah merah bercampur khawatir dari Reyna, Andreas akhirnya mau melepaskan tangannya dari miss v Reyna. “Kali ini saya ampuni,” ujar Andreas membuat Reyna semakin tidak mengerti sebetulnya ada salah apa dirinya dengan Andreas hari ini. Andreas merapihkan kembali pakaian Reyna yang sempat berantakan karenanya, lalu dilanjut dengan pakaiannya yang tidak terlalu berantakan. “Ayo keluar,” ucap Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. Sampai Reyna berhasil pas pasan dengan dua orang di depan pintu darurat, saat melihat keduanya masuk ke dalam membuat Reyna jadi merinding karena kembali membayangkan bagaimana jika dirinya masih berada di dalam sana bersama Pak Amdreas yang tengah melakukan hal mesum. “Kenapa wajahmu panik sekali?” tanya Andreas ketika mereka baru saja keluar dari lobi rumah sakit. “Memangnya
“Jangan berusaha untuk menggodaku,” ucap Andreas membuat Reyna menatap pria itu dengan pandangan yang nampaknya kebingungan.Reyna menggelengkan kepalanya. “Saya tidak sedang menggoda Bapak,” ujar Reyna dengan bibir yang sedikit celemotan karena ice cream. “Memang seharusnya begitu, jangan lakukan hal aneh seperti tadi,” ucap Andreas membuat Reyna yang tidak mengerti hanya menganggukan kepalanya saja. Reyna tidak mau ribut dengam bosnya yang kalau kesal terlihat sangat menyebalkan. “Cepat habiskan ice creamnya,” ucap Andreas membuat Reyna mengangguk untuk kedua kalinya. “Terimakasih karena telah meneraktir saya ice cream, saya sangat senang,” ucap Reyna membuat Andreas hanya terlihat menghela napas dengan berat. “Ada lagi yang kamu inginkan?” tanya Andreas pada Reyna yang nampaknya sedang berpikir tentang keinginannya yang selanjutnya, mumpung bosnya mau menemani dan membayarkannya. “Piknik malam hari, di tepi danau,” ujar Reyna. Andreas menoleh pada Reyna yang terlihat tersenyu
Kini Reyna sudah duduk di hadapan Andreas yang masih mencoba untuk menenangkan dirinya. “Ramen yang tidak pedas untuk Bapak satu dan yang pedas untuk saya satu, chicki lalu bir. Semuanya sudah lengkap untuk dimakan saat piknik di malam hari,” ujar Reyna. “Saya melihat ini sebelumnya dari beberapa film yang sudah saya tonton,” ujar Reyna lagi sendirian. Andreas nampak mengerutkan keningnya seraya menatap ramen di hadapannya. “Kamu dengan sengaja membelikan saya ramen yang tidak pedas?” tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius di mata Reyna yang nampak menelan salivanya dengan susah payah. “Kamu meremehkan saya yang tidak bisa makan makanan pedas?” tanya Andreas untuk kedua kalinya pada Reyna langsung menggeleng. Jelas ia tahu Andreas kuat pedas tapi tidak sepedas seperti ramen yang tengah dibeli Reyna. Karena itu Reyna memilihkan ramen yang tidak pedas dari pada membut resiko Andreas nantinya bisa kepedesan. “Tukar,” ujar Andreas membuat Reyna menatap bosnya. “Saya bilang t
Sudah dua hari Andreas terus bersikap dingin pada Reyna, sedangkan Reyna yang menyadari hal tersebut hanya bisa memperhatikan bosnya dari tempat duduknya saja. "Ugh!" kesal Reyna ketika melihat lewat jendela yang terhubung ke ruangan bosnya. Andreas nampak tengah membaca beberapa laporan yang baru saja Reyna berikan beberapa menit lalu, biasanya Reyna menunggu di dalam sampai Andreas selesai me-review tapi baru saja menyerahkan tumpukan map di atas meja Reyna sudah diusir oleh lelaki tersebut. "Benar-benar menyebalkan," gumam Reyna. Reyna mulai berpikiran apa mungkin ini tentang dirinya yang malam itu mengatakan bahwa telah menghawatirkan Andreas. Lalu, Andreas sebetulnya tak menyukai hal tersebut dan berujung dirinya dibenci sampai saat ini. "Apa ini semacam peringatan dari Pak Andreas?" pikir Reyna kala itu. Suara interkom berbunyi berhasil menyadarkan Reyna dari lamunannya. "Ambilkan air putih hangat sekarang," ujar seorang lewat sana yang tak lain adalah Andreas. Reyna menat
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu