Reyna meruntuki dirinya sendiri di dalam kamar, wanita itu terus memukuli kepalanya sendiri ketika dirinya menyesali apa yang baru saja terjadi. “Aku berniat mendiamkan Pak Andreas seharian karena alasan kemarin, tapi hanya karena diberikan tiket ke Jepang saja aku sudah bisa membalas panjang lebar ucapannya dengan senyuman pula,” gumam Reyna yang sangat kesal dengan dirinya sendiri. Mencintai memang terasa menyenangkan namun hal yang menyenangkan bisa lebih cepat berubah menjadi hal yang menyedihkan. “Padahal keberangkatannya masih di minggu depan, tapi kenapa rasanya jantungku tak bisa berhenti berdetak secepat ini,” pikir Reyna yang langsung menyimpan tiketnya di laci meja samping tempat tidur. “Ah, hampir saja aku menyatakan cinta pada Pak Andreas tadi malam,” gumam Reyna sendirian seraya menatap langit langit kamarnya. Reyna keluar kamar untuk menyeduh teh panas, lalu setelah itu ke balkon apartemen yang jarang sekali ia tempati. “Karena masih pagi, langit terlihat sangat nye
Andreas yang baru selesai mandi merasa kebingungan dengan penampilan Reyna yang telah rapih di dalam kamarnya. “Mau kemana?” tanya Andreas pada Reyna yang berada di atas sofa dalam kamarnya. “Saya mau ke rumah sakit jenguk Jeremy sebentar,” ucap Reyna yang terlihat senang karena memang ia baru saja dikabari oleh pihak rumah sakit tentang keadaan adiknya yang kian lama semakin membaik. “Pak Andreas, saya merasa sangat senang. Jeremy sudah bisa membuka matanya dan juga menggerakan beberapa sensorik di tubuhnya,” ucap Reyna pada Andreas yang ikut tersenyum melihat wanita di hadapannya nampak bahagia. “Oh, taksi saya sudah datang,” ucap Reyna seraya bangun dari duduknya dan hendak pergi keluar sendirian. Andreas yang merasa masih kebingungan, berusaha mencegah Reyna untuk keluar lebih dulu. “Tunggu, kamu kemari hanya ingin izin untuk pergi?” tanya Andreas yang diangguki Reyna dengan senyuman sebelum wanita itu benar-benar pergi meninggalkannya sendirian di kamar. Andreas cemberut. “S
"Pak Andreas," ucap Reyna ketika melihat penampakan Andreas di samping tempat tidur Jeremy yang terlihat sudah bisa tersenyum menatap ke arahnya.Andreas melipat kedua tangannya di dada ketika Damian terlihat masuk ke dalam ruangan itu. “Sejak kapan Pak Andreas ada disini?” tanya Reyna sembari mendekat pada sang adik yang memang berada di samping bosnya persis. “Dari mana saja kamu,” tanya Andreas pada Reyna yang langsung menjelaskan bahwa sedari tadi dirinya menemani Damian sarapan di kantin rumah sakit. “Selamat siang Pak Andreas,” ucap Damian menyapa Andreas yang berusaha untuk tetap membalas jabatan tangan pria tersebut. “Jeremy, kamu sudah bisa bicara?” tanya Reyna yang dibalas kedipan mata oleh sang adik. “Dia masih belum bisa bicara, tapi sudah mengerti dan bisa merespon dengan baik perkataanmu,” ucap Andreas menjelaskan kembali kalimat yang Dokter katakan sebelumnya padanya saat Reyna belum datang. “Ternyata adikmu sudah sebesar ini ya, saya pikir masih kecil. Jadi jangan
Reyna menggenggam tangan Andreas yang berada di bawah sana. “Di luar ada orang,” ujar Reyna dengan wajah yang nampak sudah sangat memerah karena perbuatan Andreas. Melihat wajah merah bercampur khawatir dari Reyna, Andreas akhirnya mau melepaskan tangannya dari miss v Reyna. “Kali ini saya ampuni,” ujar Andreas membuat Reyna semakin tidak mengerti sebetulnya ada salah apa dirinya dengan Andreas hari ini. Andreas merapihkan kembali pakaian Reyna yang sempat berantakan karenanya, lalu dilanjut dengan pakaiannya yang tidak terlalu berantakan. “Ayo keluar,” ucap Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. Sampai Reyna berhasil pas pasan dengan dua orang di depan pintu darurat, saat melihat keduanya masuk ke dalam membuat Reyna jadi merinding karena kembali membayangkan bagaimana jika dirinya masih berada di dalam sana bersama Pak Amdreas yang tengah melakukan hal mesum. “Kenapa wajahmu panik sekali?” tanya Andreas ketika mereka baru saja keluar dari lobi rumah sakit. “Memangnya
“Jangan berusaha untuk menggodaku,” ucap Andreas membuat Reyna menatap pria itu dengan pandangan yang nampaknya kebingungan.Reyna menggelengkan kepalanya. “Saya tidak sedang menggoda Bapak,” ujar Reyna dengan bibir yang sedikit celemotan karena ice cream. “Memang seharusnya begitu, jangan lakukan hal aneh seperti tadi,” ucap Andreas membuat Reyna yang tidak mengerti hanya menganggukan kepalanya saja. Reyna tidak mau ribut dengam bosnya yang kalau kesal terlihat sangat menyebalkan. “Cepat habiskan ice creamnya,” ucap Andreas membuat Reyna mengangguk untuk kedua kalinya. “Terimakasih karena telah meneraktir saya ice cream, saya sangat senang,” ucap Reyna membuat Andreas hanya terlihat menghela napas dengan berat. “Ada lagi yang kamu inginkan?” tanya Andreas pada Reyna yang nampaknya sedang berpikir tentang keinginannya yang selanjutnya, mumpung bosnya mau menemani dan membayarkannya. “Piknik malam hari, di tepi danau,” ujar Reyna. Andreas menoleh pada Reyna yang terlihat tersenyu
Kini Reyna sudah duduk di hadapan Andreas yang masih mencoba untuk menenangkan dirinya. “Ramen yang tidak pedas untuk Bapak satu dan yang pedas untuk saya satu, chicki lalu bir. Semuanya sudah lengkap untuk dimakan saat piknik di malam hari,” ujar Reyna. “Saya melihat ini sebelumnya dari beberapa film yang sudah saya tonton,” ujar Reyna lagi sendirian. Andreas nampak mengerutkan keningnya seraya menatap ramen di hadapannya. “Kamu dengan sengaja membelikan saya ramen yang tidak pedas?” tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius di mata Reyna yang nampak menelan salivanya dengan susah payah. “Kamu meremehkan saya yang tidak bisa makan makanan pedas?” tanya Andreas untuk kedua kalinya pada Reyna langsung menggeleng. Jelas ia tahu Andreas kuat pedas tapi tidak sepedas seperti ramen yang tengah dibeli Reyna. Karena itu Reyna memilihkan ramen yang tidak pedas dari pada membut resiko Andreas nantinya bisa kepedesan. “Tukar,” ujar Andreas membuat Reyna menatap bosnya. “Saya bilang t
Sudah dua hari Andreas terus bersikap dingin pada Reyna, sedangkan Reyna yang menyadari hal tersebut hanya bisa memperhatikan bosnya dari tempat duduknya saja. "Ugh!" kesal Reyna ketika melihat lewat jendela yang terhubung ke ruangan bosnya. Andreas nampak tengah membaca beberapa laporan yang baru saja Reyna berikan beberapa menit lalu, biasanya Reyna menunggu di dalam sampai Andreas selesai me-review tapi baru saja menyerahkan tumpukan map di atas meja Reyna sudah diusir oleh lelaki tersebut. "Benar-benar menyebalkan," gumam Reyna. Reyna mulai berpikiran apa mungkin ini tentang dirinya yang malam itu mengatakan bahwa telah menghawatirkan Andreas. Lalu, Andreas sebetulnya tak menyukai hal tersebut dan berujung dirinya dibenci sampai saat ini. "Apa ini semacam peringatan dari Pak Andreas?" pikir Reyna kala itu. Suara interkom berbunyi berhasil menyadarkan Reyna dari lamunannya. "Ambilkan air putih hangat sekarang," ujar seorang lewat sana yang tak lain adalah Andreas. Reyna menat
Reyna berjalan di belakang Andreas yang kini tengah bermain di ponselnya, sedangkan dirinya yang seorang wanita membawa dua koper di tangannya. “Bulan madu macam apa ini?” kesal Reyna dalam hatinya meruntuki Andreas saat itu. Hingga keduanya berhasil masuk ke dalam pesawat dan hanya membawa barang-barang penting saja. Tempat duduk keduanya bersebelahan karena mereka menggunakan kelas bisnis. Reyna menyalakan televisi di depan sedangkan Andreas terlihat membaca majalahnya ketika pesawat mulai lepas landas dan akan turun di negara Jepang. Reyna sedikit mencuri-curi pandang pada Andreas yang masih terlihat membaca majalah bisnis tepat di sampingnya, sampai seorang pramugari menawarkan cemilan khas jepang kepada wanita itu. Reyna dengan senang hati menerimanya, wanita itu terlihat memakan kue bolu berbentuk hati dengan hiasan coklat berbentuk bunga sembari menonton film. “Wah, pria seperti itu memang tidak bisa dipercaya,” ujar Reyna membuat Andreas nampak sedikit melirik film yang s