Share

7 Ada Yang Membelanya

Rumah menjadi tempat nyaman bagi Lauren untuk pulang, bisa menenangkan hati juga pikirannya yang sekarang sedang suntuk. Baru saja akan menaiki tangga menuju kamar nya, matanya tidak sengaja melihat mertuanya yang sedang bersantai di halaman belakang. Melihat itu, Lauren pun memutuskan menghampiri nya. "Mama jangan panas-panasan, nanti sakit lagi," tegur nya setelah dekat. 

Alisya menoleh dan langsung tersenyum melihat kedatangan menantunya itu. Sebelah tangannya terulur, dan Lauren yang mengerti pun langsung menggenggam nya. Bisa merasakan telapak tangan Alisya yang dingin. "Mama kenapa gak tidur siang? Biasanya jam segini suka tidur. Tadi sudah makan dan minum obat, belum?" Karena biasanya Lauren yang suapin, tapi kan hari ini Ia sudah dari kantor suaminya. 

"Sudah kok, tadi sama mbok Tati yang suapin. Kamu cepat juga pulang dari kantor nya, Mama kira akan lama. Gimana tadi sama Matthew, apa dia sedang sibuk?" Lauren tanpa sadar mendengus pelan saat mendengar satu nama itu. "Iya dia selalu sibuk." Selain sibuk dengan dokumen, juga bermesraan dengan sekertaris nya. 

Dada Lauren jadi panas lagi membayangkan perselingkuhan di antara suami dan sekertaris nya itu. Tanpa sadar genggaman tangannya dengan Mama mertuanya pun mengerat. Lauren menatap Alisya dengan pandangan sulit di artikan, jika bisa ingin sekali Ia laporkan saja tingkah Matthew pada Alisya. Lauren yakin seratus persen jika dirinya yang akan di bela. 

Lamunan Lauren terhenti saat merasakan punggung tangannya di usap, membuat nya pun kembali menatap Alisya. Setiap melihat senyuman di bibir mertuanya itu, selalu membuat hatinya tentram. "Ada apa sayang? Kok kamu kelihatan murung gitu. Apa kamu dan Matthew sedang ada masalah?" tanya Alisya yang sangat peka. 

Tetapi Lauren memilih menggeleng sambil mengatakan jika hubungannya dengan suaminya itu baik-baik saja. Ia malah beralih ke belakang kursi roda Alisya, mendorongnya membawa pergi dari dekat kolam renang karena matahari siang ini yang sangat terik. Mereka memutuskan pindah duduk di tempat yang lebih sejuk, masih di halaman belakang. 

Lauren lalu memanggil mbok Tati dan meminta dibuatkan jus jeruk, ingin mendinginkan tenggorokan juga hatinya. Terlebih dahulu Lauren menyesap sedikit jus itu, lalu baru kembali membuka suara. "Mah aku kan baru jadi istri selama satu tahun, sedangkan Mama sudah lama dan pasti lebih banyak pengalaman. Ekhem aku mau tanya, kalau misal suami kita selingkuh itu karena kita ada kekurangan?" tanya Lauren hati-hati. 

Alisya yang sedang meminum teh nya hampir tersedak mendengar pertanyaan sensitif seperti itu. Ia pun langsung menatap menantu nya dengan sorot mata bingung, seolah bisa langsung menyimpulkan sesuatu. "Kenapa kamu tanya begitu, apa jangan-jangan Matthew selingkuh? Dengan siapa, kok dia tega banget?!"

Melihat ekspresi berlebihan dari mertuanya itu, malah membuat Lauren kalang kabut karena sepertinya sudah membuat curiga. "Enggak Mah, aku cuman takut aja gitu kalau misal Matthew selingkuh, makanya aku mau jaga-jaga dan harus bagaimana supaya dia gak bosen sama aku," ucap nya segera meluruskan. 

Namun sepertinya Alisya belum bisa percaya sepenuh nya pada menantunya itu, apalagi alasan Lauren agak tidak masuk akal. Untuk menghilangkan gugup nya, Lauren pun kembali meminum jus nya sambil tersenyum tersenyum canggung. Tidak, Mama mertuanya tidak perlu tahu masalahnya ini, karena Lauren ingin menyelesaikannya sendiri. 

Hembusan nafas lirih terdengar keluar lewat celah bibir Alisya, sebelah tangannya terulur lagi untuk mengusap tangan Lauren. "Mama kira Matthew tidak mungkin selingkuh dari kamu sayang, dia sangat mencintai kamu. Selama kalian pacaran saja dulu, dia selalu menceritakan sebesar apa perasaan dia dan serius ingin hidup selamanya dengan kamu," ujar nya dengan suara lembut berusaha menenangkan. 

Alisya bisa mengerti ke-khawatiran Lauren itu, karena dulu Ia pun sering mengalami hal ini. Tetapi bukankah suami istri harus saling mempercayai? Apalagi Ia menjadi saksi bisu kisah percintaan anak-anaknya ini. "Kamu jangan khawatir dengan perasaan Matthew, Mama yakin dia gak akan mungkin selingkuh dari kamu," lanjut Alisya. 

Senyuman miris hanya Lauren berikan sebagai reaksi nya, tidak mengatakan apapun karena sangat bingung, dadanya sekarang campur aduk sekali. Inginnya Lauren juga berpikir begitu, jika selamanya Matthew akan selalu mencintainya. Tetapi Ia bukan wanita bodoh dan berpikir naif begitu. Buktinya Matthew memang selingkuh. 

***

Siang pun berganti menjadi malam, langit yang tadinya cerah kini sudah gelap gulita tanpa dihiasi bulan maupun bintang. Lauren yang sedang berdiri di dekat jendela kamar nya, tidak sengaja mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Saat membalikan badan, dugaannya benar jika itu adalah suaminya yang baru pulang bekerja. 

"Tumben pulang jam enam, biasanya juga kamu selalu lembur," ucap Lauren dengan nada agak sinis nya menyambut, sebelah sudut bibir nya bahkan terangkat mengejek. Ia tahu alasan lembur Matthew hanya bualan, nyatanya pasti pria itu bermesraan dengan Anne di kantor. 

Matthew memilih menyimpan terlebih dahulu tas kerja dan membuka sepatu di ikuti jas nya. Matanya tidak beralih sedikit pun dari sang istri, melihat senyuman sinis di bibir perempuan itu entah kenapa membuatnya sedikit tersinggung. "Hari ini aku capek banget, jadi pulang lebih cepat. Sebenarnya tugas kantor masih banyak, tapi aku mutusin untuk lanjut besok," sahut nya menjelaskan. 

Lauren hanya mengangguk-anggukan kepalanya berusaha terlihat percaya, tapi ekspresinya itu tidak berubah membuat Matthew kembali tersinggung. Tidak tahukah istrinya itu jika tubuhnya sekarang sangat lelah? Seharusnya sebagai istri yang baik menyambut dengan hangat dan melayani nya. Namun Matthew terlalu malas untuk meminta, berpikir jika seharusnya Lauren lah yang peka sendiri. 

Baru saja akan masuk ke kamar mandi, langkah Matthew terhenti karena baru mengingat sesuatu. Ia kembali memfokuskan pandangan pada Lauren yang kini sudah berpindah duduk sambil bersender di kepala ranjang seraya memainkan ponselnya. "Lauren, tadi siang apa kamu marahin Anne? Dia bilang sikap kamu agak kasar pas negur dandanan dia. Aku pikir juga begitu, kamu seharusnya bisa menjaga sikap apalagi kamu istri aku," ujar nya dengan suara berat seperti sedang menahan marah. 

Perhatian Lauren pun langsung teralih dari ponsel menjadi pada Matthew. Rasanya ingin tertawa keras karena ternyata si jalang Anne itu mengadukan sikapnya tadi pada suaminya. Bisa Ia bayangkan pasti sambil merengek dan bergelayut manja. "Aku pikir untuk negur orang gak tahu diri kaya dia harus keras. Bukannya seharusnya kamu yang negur bawahan kamu itu karena cara pakaiannya sangat tidak pantas. Kenapa hanya diam saja, apa kamu malah ikut menikmati?"

Melihat raut tegang Matthew, membuat sebelah sudut bibir Lauren kembali tertarik. Yakin sekali pasti Matthew sedang mencari alasan dan pembelaan diri sekarang. Ia sih siap-siap saja berdebat dan tidak akan mau kalah, toh merasa sikapnya sudah benar. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status