Setelah kejadian malam dimana Matthias kembali menggodanya, Lauren mulai menjaga jarak dan menghindari Kakak Iparnya itu. Hanya tidak mau saja orang lain curiga, selain itu Lauren juga masih kesal dengan sikap Matthias yang seperti tidak memberikan batasan padanya.“Kamu kenapa ngemas-ngemas baju begitu, mau kemana?” tanya Matthew yang baru selesai mandi, terlihat buliran udara di tubuh pria itu membuatnya semakin terlihat seksi. "Bukannya baju aku sudah kamu kemas ya?" lanjutnya kebingungan karena istrinya itu memasukkan juga pakaiannya ke dalam koper yang sama.Dengan senyuman penuh arti nya Lauren pun menjawab. "Siapin baju aku untuk di Labuan Bajo juga lah, aku satuin aja ya di koper kamu, soalnya muat." Melihat bola mata Matthew melebar setelah mendengar penuturannya tadi, membuat Lauren rasanya ingin tertawa. Pasti Matthew terkejut."Loh-loh kan yang pergi cuman aku, kenapa-" Sebelum Matthew melanjutkan kata nya, Lauren pun menyela dengan cepat,"Aku juga mau ikut dong, lagian k
Hotel yang mereka tempati termasuk hotel bintang kelas atas, semua karyawan pun langsung di layani dengan baik dan di antar ke kamar istirahat nya masing-masing, begitu pun Lauren dan Matthew. Sepanjang perjalanan sampai tiba di kamar, Lauren menyadari ekspresi suaminya itu tampak masam. Seperti sedang bad mood."Matthew, kamu kenapa sih dari pas berangkat kaya gak semangat gitu. Kamu gak senang ya aku ikut liburan kesini?" tanya Lauren sensi. Muak sekali melihat wajah masam Matthew, membuatnya tersinggung.Matthew yang dituduh begitu pun segera menormalkan ekspresi wajahnya dan berusaha tersenyum. Ia lalu membawa sebelah tangan istrinya dan mengecup nya. "Kok bilangnya gitu sih sayang? Aku senang kok kamu ikut, kan kita bisa senang-senang di sini. Aku cuman kelelahan, ya itu benar aku kecapekan," jawab nya berusaha meyakinkan, namun tetap saja Lauren tidak percaya.Lauren yang jadi ikut bad mood menghempaskan tangan Matthew lalu memilih berjalan menuju balkon kamar hotel. Angin yang
Cukup lama Lauren memperhatikan Matthew bersama Anne, sampai dua orang itu pun masuk ke dalam kamar membuat bahu nya pun tanpa sadar melemas. Pikirannya perlahan dibuat pusing membayangkan apa saja yang dua orang itu sedang lakukan, tidak bisa rasanya berpikir positif karena yakin sekali dua pengkhianat itu sedang mesra-mesraan."Lauren kamu bertanya pada saya, alasan saya ingin membantu kamu untuk balas dendam pada Matthew. Kamu penasaran kan akan hal itu?" Lauren kembali tersadar mendengar suara Matthias di belakang nya, tubuhnya terasa sulit digerakkan karena tangan pria itu masih bertengger di bahu nya. Walau begitu, telinganya tetap terpasang baik mendengarkan."Saya gak ada dendam kok sama adik sendiri, hanya saja.. Saya merasa sedikit menyayangkan dia yang mempermainkan status pernikahan nya, apalagi menyia-nyiakan perempuan seperti kamu," lanjut Matthias kembali membuka suara. Dengan berani tangan nya turun hingga bertengger di pinggang ramping Lauren. "Jujur saya suka sama ka
Makan malam diadakan di belakang hotel, semua sudah disiapkan dengan rapih dan mewah oleh para karyawan hotel. Sepertinya nanti setelah makan-makan akan dilanjutkan dengan pesta, terlihat dari beberapa botol minuman alkohol yang tertata rapih di meja panjang.Matthias selaku CEO perusahaan pun akhirnya membuka suara, memulai pertemuan. "Terima kasih untuk semuanya sudah menyempatkan waktu hadir di sini. Bagaimana acara liburannya, kalian tadi sudah sempat jalan-jalan belum?" tanyanya dengan senyuman tipis, cukup membuat yang lain sedikit terkejut. Mood Bos nya sepertinya sedang bagus.Para karyawan yang mendapat sikap ramah Bos nya itu langsung menjawab dengan semangat, bahkan Matthias pun menanggapi obrolan mereka membuat suasana pun menjadi hangat. Para karyawan berpikir mungkin karena saat ini sedang di luar jam kantor, itulah kenapa Matthias bisa asik diajak mengobrol. Padahal biasanya pria itu sangat kaku.Dug! Lauren hampir tersedak makanannya merasakan tendangan kecil di kaki
Lauren meringis pelan merasakan sakit di pergelangan tangannya. Cengkranan Matthew cukup kuat, menandakan jika pria itu sedang menahan marah. Lauren lalu menyentak tangannya hingga terlepas. "Kamu yang apa-apaan? Lagian aku juga lagi nari, emangnya salah ya?" tanyanya menantang, dagunya terangkat sombong tidak mau kalah.Matthew terdiam beberapa saat mendengar itu, tapi ekspresi wajahnya malah semakin geram dengan sikap berani sang istri. Perhatiannya lalu teralih pada Kakak laki-laki nya, Matthias hanya tersenyum penuh arti padanya membuat Matthew menelan ludah kasar dilanda gugup. Matthew lalu menarik lagi tangan Lauren untuk menjauh dari sana, dan dengan terpaksa Lauren pun menurut saja.Pria itu membawanya masuk ke dalam ruangan, walau begitu masih bisa melihat pemandangan karena dinding terbuat kaca. Matthias pun masih di tempat nya, memperhatikan pasangan suami istri. Tadinya ingin Ia tahan Lauren, tapi kali ini membiarkan dahulu karena ke depannya tidak akan Ia biarkan lagi Mat
Walaupun semalam berada satu kamar dengan suaminya, tapi mereka tidak terlibat obrolan apapun. Melihat wajah masam Matthew, membuat Lauren yakin jika suaminya itu masih kesal karena kejadian tadi di pesta. Tetapi Lauren pun tidak bersusah payah untuk membujuk nya, membiarkan saja Matthew semakin larut dalam pikirannya. "Mau kemana kamu sudah dandan cantik gitu?" tanya Matthew dengan nada ketus nya, memperhatikan penampilan sang istri dari atas sampai bawah. Lauren memakai dress bercorak bunga, terlihat cerah sekali dan sangat cocok di tubuh sintal nya. "Mau jalan-jalan lah, beli oleh-oleh nanti malam kan kita sudah pulang lagi," jawab Lauren tanpa menoleh karena sedang fokus memakai lipstik warna pink di bibir nya. Melihat penampilannya sudah sempurna di cermin, membuat Lauren tersenyum puas lalu memakai kaca mata hitam nya bersiap-siap. "Kamu gak mau ikut kan? Aku bisa pergi sendiri," pamit nya berjalan ke pintu. Tetapi saat Lauren akan membuka pintu keluar, Ia tersentak karena da
"Terus kemana sekarang Matthew?" tanya Matthias mulai membuka obrolan lagi. Saat ini keduanya sedang duduk di dekat pantai, menikmati pemandangan indah sambil memakan es krim. Seperti janji Matthias tadi, Lauren pun tidak menolak. Lauren terlebih dahulu menghentikan kegiatannya yang sedang menjilati es krim. "Gak tahu, pas aku tolak dia langsung pergi sambil banting pintu, dasar tempramen!" jawabnya lalu mendengus mengingat kejadian tadi di kamar hotel nya. Untung saja sudah tidak terlalu bad mood karena dibelikan es krim. Melihat pria yang duduk di sebelahnya tertawa kecil membuat Lauren menatap nya bingung. Matthias yang merasa di perhatikan pun akhirnya menghentikan tawanya. "Kasihan Matthew, pasti dia nanggung banget karena harus tahan nafsu nya. Tapi gak papa, malahan bagus, anggap aja itu hukuman untuk dia," kata Matthew membuat Lauren mengangguk setuju dan kembali menikmati es krim nya. Kali ini giliran Matthias yang memperhatikan Lauren. Entah kenapa sangat tertarik melihat
"Kamu dari mana saja Lauren?" Bukannya menjawab pertanyaan nya, Matthew malah balik bertanya membuat Lauren mendengus tanpa sadar. "Kamu tuh kebiasaan ya kalau pergi gak suka izin dulu," tegur nya menasehati, tapi malah seperti mempermalukan karena di sini ada Anne."Tadi kan aku sudah bilang mau jalan-jalan beli oleh-oleh, kamu lupa ya? Kamu malah yang ngilang gitu saja, selalu ninggalin aku sendiri" Lauren langsung mengalahkan Matthew telak dengan penuturan nya itu, membuatnya tidak akan bisa dipojokkan. Rasanya puas sekali melihat suaminya terdiam dengan ekspresi malu.Perhatian Lauren teralihkan pada Anne, matanya memicing tidak suka melihat wanita itu memakai dress ketat cukup terbuka. Memang sih ini bukan di kantor, mereka sedang liburan dan bebas menggunakan apa saja. Tetapi Lauren tetap nerasa tidak suka, karena yakin Anne berdandan seksi begitu untuk menggoda suaminya."Ke-kenapa ya Bu?" tanya Anne setengah gagap. Diperhatikan se-dalam itu penampilannya oleh istri atasannya t