Share

Chapter 4

Penulis: Aaysh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 10:52:33

Sebelum membalikan badan, Arya mencium Nadira lebih dulu, membuat Dara yang sedang mengendong Nadira merasakan sensasi yang berbeda. Ia buru buru menepis pikiran anehnya itu sebelum menguasai seluruh otaknya.

Ardi menghilang dari jangkauan pandangan Dara, ia sendiri kini kembali memerhatikan Nadira yang sudah tertidur. Dengan gerakan pelan dan hati hati Dara berdiri dari duduknya dan kemudian perlahan melangkahkan kaki ke kamar Nadira.

Di samping tempat tidur bayi, sudah ada ranjang sedang dan sofa yang memang sudah disiapkan untuk menjaga Nadira di sana. Dara mendaratkan diri di sofa itu lalu menyandarkan punggung kebelakang dengan masih ada Nadira dalam pangkuannya. Ia benar benar betah dengan kehadiran Nadira diantara pelukan tangannya.

Tidak berselang lama, di dalam rumah yang senyap itu Dara dapat mendengar suara deruman mobil Ardi perlahan redup menghilang dari jangkauan telinganya. Kini sekarang tinggal dirinya dan Nadira yang berada dalam rumah.

Saat Nadira tidur di tempat tidurnya, Dara mengambil ponselnya yang sudah di letakan Ardi di atas meja ruang tamu. Lalu kembali ke masuk ke kamar Nadira. Sambil bersandar di sofa ia membuka ponselnya. Ada empat panggilan tidak terjawab dari Reno dua jam lalu saat dirinya sibuk berkutat dengan alat dapur. Dara menghela nafas, kata kata seperti apa yang akan di sampaikan nya kepada Pacarnya itu. Ia benar benar tidak tahu.

Suara mobil Ardi kembali datang menghampiri indra pendengaran Dara. Ardi sudah pulang. Karena Nadira masih tidur, Dara tetap berada di sana. Beberapa saat justru munculah Ardi di ambang pintu.

"Nadira tidur?" Ardi masuk langsung mendekati tempat tidur Nadira. Ia memperhatikan anaknya yang kini tertidur pulas.

"Iya kak. Baru."

"Kamu sudah makan? Saya sudah beli makanan saat perjalanan pulang.

"Iya kak sudah. Bahkan aku juga sudah siapin untuk kak Ardi di atas meja makan. Nggak enak kalau masak untuk makan sendiri saja. Jadi aku banyakin untuk kak Ardi juga."

Ardi diam mendengar perkataan Dara, perhatian dan kelembutan yang di tunjukan Dara mirip sekali dengan Mira. Hal itu memang wajar karena mereka adalah adik kakak. Tapi yang tidak wajar untuk Ardi adalah ia seperti melihat Mira pada diri Dara.

Melihat raut wajah Ardi yang hening, Dara berpikir bahwa Ardi mungkin tidak menyukai tindakannya yang kelewatan.

"Nanti kalau kak Ardi nggak suka, aku nggak akan ulangi lagi."

"Nggak apa apa. Kamu bisa melakukannya. Dan untuk makanan yang baru saya beli kamu bisa bawa ke kosan mu. Saya akan juga memakan masakan kamu."

"Iya kak. Makasih."

"Kalau begitu saya gantian dulu, setelah itu kamu boleh pulang."

"Iya kak."

Setelah Ardi selesai ganti baju kerja dengan baju santainya. Ia kemudian kembali menghampiri kamar Nadira. Sedangkan Dara juga sudah siap siap dengan tas dan polesan tipis bedak di wajahnya.

Sebelum pulang Dara memperhatikan dulu wajah Nadira yang masih tidur, menyimpan semua garis dan bentuk wajah itu dalam otaknya. Ia tidak menyentuhnya karena tidak mau membangunkan Nadira dalam tidur damainya. Kemudian Dara berbalik keluar hendak keluar.

"Nanti kamu ambil ya makanan nya. Saya taruh di meja depan."

"Iya kak. Aku pulang dulu."

"Hati hati."

Dara keluar dari rumah, ia menaiki motornya yang terparkir lama di depan. Ia pun melakukan motor meninggalkan rumah Ardi.

Alangkah kagetnya Dara ketika melihat Reno sudah berada di depan kosannya. Dara tidak mungkin menghindari Reno sekarang. Jalan terbaik ia harus berbicara padanya. Dara mendekat, kini Reno sudah melihat dirinya dengan tatapan marahnya.

"Kamu darimana?" Tanya Reno tanpa basa basi lagi, tentu ia akan marah beberapa kali ia menghubungi Dara, tapi gadis itu tidak menjawabnya.

Dara bingung mau menjawab apa. Ia memutar bola matanya mencoba mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Reno. Dan... Dara menemukan kantung tas makanannya yang tergantung di gantungan motor.

"Aku habis beli makanan."

"Selama itu?" Tanya Reno sambil menatap mata Dara mencari kejujuran di sana.

Tidak ada gunanya Dara berbohong sekarang. Reno bukanlah orang yang bodoh. Pria itu pasti tau ada yang ia sembunyikan. Dan dia sekarang meminta penjelasan darinya, bukan kebohongan lagi yang terus ia ciptakan dalam kepalanya.

"Aku pergi ke rumah almarhumah kakakku untuk menjaga keponakanku di sana." Jawab Dara akhirnya mengakui. Sudah, biarkan saja Reno marah. Ia sudah membulatkan tekadnya. Apalagi bagaimana ia melihat Nadira terus menangis. Nadira membutuhkan dirinya. Ia tidak bisa meninggalkannya.

"Sial." Desis Reno geram. Matanya berkilat tajam dikala mengetahui Dara tidak menurutinya.

"Maksud kamu apa Dara, kamu jelas tau kalau aku nggak mau kamu kesana."

"Aku nggak bisa Ren. Nadira itu keponakan aku. Anak kakak aku. Dia baru kehilangan ibunya. Bagaimana bisa aku mengabaikan dia."

Reno diam, sebenarnya bukanlah ini yang ia maksud. Bukanlah ini yang menjadi ketakutan dalam dirinya.

"Apa kamu nggak punya hati, melarang aku untuk bertemu keponakan aku." Tambah Dara, tidak habis pikir. Ia masih tidak menyangka pria yang di pacari nya selama dua tahun ini berpikiran dangkal seperti sekarang. Ada apa sekarang dengan Reno. Kalimat itu terus berputar dalam kepala Dara. Melihat tingkah Reno yang tidak seharusnya. Ia seperti berubah

Reno mengepalkan tangannya. Marah. Ia melarang Dara bukan tanpa alasan. Ia takut dan punya firasat buruk tentang kepergian Dara ke rumah itu. Masalahnya bukan terletak pada keponakan Dira tapi ayah dari bayi itu. Ada seorang pria di dalam rumah itu.

"Aku begini justru aku punya hati, Dara. Apa kamu nggak bisa ngerti?"

"Nggak. Aku nggak bisa mengerti cara berpikir kamu." Sambil mengambil makanannya Dara turun dari motornya lalu berjalan melewati Reno di sana.

Dengan sigap Reno menahan tangan Dara, ia butuh jawaban. Butuh kesimpulan dari hubungan mereka. Dia benar benar tidak bisa, tidak tenang jika Dara terus menerus berada di rumah itu. Bagaimana jika apa yang di dikhawatirkannya terjadi.

"Dara ini demi hubungan kita." Mohon Reno.

Dara menghempas tangan Reno. Dengan kilatan emosi dan kecewa yang terlukis di wajahnya ia berbalik menatap pria itu, "Nggak Ren. Apapun itu jangan melarang aku untuk menemui keponakan aku. Kumohon. Tolong mengerti."

"Aku tidak pernah melarang mu menemui keponakan mu. Tapi Ayah dari keponakan mu." Jujur Reno. Terlihat dari raut wajahnya. Ia khawatir dan cemas Dara dekat dengan pria itu.

Mulut Dara menganga. Dahinya pun berkerut. Tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Semua dari larangan Reno karena ia cemburu pada Ardi.

"Apa yang kamu pikirkan!?" Seru Dara.

"Dara. Aku takut kamu berada di sana karena suami dari almarhumah kakakmu. Dia seorang pria yang pasti butuh pendamping. Butuh ibu untuk anaknya. Aku takut dia merebut kamu dariku. Itu bisa saja terjadi."

"Kamu tau nggak, kamu berubah. Picik. Kamu meragukan aku Ren. Meragukan hubungan kita." Dengan rasa kecewa, Dara meninggalkan Reno di depan kosannya.

"Aku melakukan ini karena aku sangat cinta sama kamu Dara." Teriak Reno frustasi. Ia bisa mengerti bahwa Dara menyayangi keponakannya itu, tapi ia tidak bisa. Benar benar tidak bisa mengizinkan Dara untuk berada di rumah itu bersama dengan seorang pria dewasa.

"Jika kamu mencintai aku, tolong mengerti dengan perasaanku. Aku tetap tidak bisa meninggalkan bayi itu." Putus Dara dan berlalu dari sana meninggalkan Reno dengan perasaan frustasi nya.

Reno mengacak acak rambutnya. Tidak ada solusi dari masalahnya kini. Rasa cemburunya, rasa takutnya. Keinginan Dara untuk merawat anak kakaknya, benar benar membuat nya marah.

Bab terkait

  • Iparku Suamiku   Chapter 5

    Setelah selesai dengan ritual malamnya, Dara siap siap untuk tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah hal hal yang di lalui nya hari ini, terlebih lelah pikirannya setelah bertemu Reno sore ini. Akan tetapi saat Dara akan menutup mata nya, tiba tiba ponselnya berdering. Ia pun mengambilnya dan melihat nama yang tertera dalam ponsel itu.Ada sekilas pertanyaan yang muncul di benak Dara saat mengetahui orang menghubunginya. Namun tanpa berpikir lama ia segera mengangkat panggilan dari kakak iparnya itu. "Maaf Dara. Saya mengganggumu malam malam begini. Nadira menangis sejak tadi, aku tidak bisa menenangkannya." Ardi langsung bicara ketika sambungan telfon terhubung, membuat Dara mengerti alasan pria itu menghubunginya. Dara dapat mendengar getaran dari pemilik suara itu, hatinya pasti cemas dan bingung ketika ia tidak bisa menenangkan Nadira. Suara tangis Nadira terdengar pun juga jelas di telinga Dara. Apa ia harus kesana malam ini sekarang. "Saya mohon, saya juga t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Iparku Suamiku   Chapter 6

    Dara kembali ke kosannya sore ini. Ia membaringkan diri mengistirahatkan badannya sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya yang tergeletak di sampingnya.Dara membaca pesan dari Reno yang masuk sejak ia berada di rumah Ardi. Pesan dengan isi, Reno memintanya untuk bertemu malam ini. Dara memang harus bertemu Reno, ia harus menyelesaikan ketegangan yang terjadi di antara mereka.Setelah selesai menutup pintu, dengan cepat Dara menaiki dan memutar kunci motornya melaju meninggalkan kosannya. Setelah sampai ke tempat yang sudah di tentukan Reno untuk bertemu, tiba tiba Dara mendapat panggilan dari Ardi. Lagi. Ardi tidak bisa menghentikan tangis Nadira.Tanpa kata kata lagi, Dara langsung memutar motornya. Ia tidak sanggup membiarkan Nadira terus menangis. Ia harus segera berada di sana, mendekap sang bayi mungil itu.Dara langsung berlari ke dalam rumah, lalu meraih Nadira dari Ardi. Dengan wajah panik Dara menghentikan tangis Nadira.Nanap. Ardi menatap aneh. Ada apa sebenarnya. Men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Iparku Suamiku   Chapter 7

    Seperti biasa malam itu, Ardi mendirikan tenda di luar dan Dara di dalam rumah bersama Nadira. Namun kali ini Dara tidak bisa tidur rasa lapar melanda nya sejak tadi. Ia menunggu beberapa saat, memastikan Ardi dan Nadira sudah terlelap.Dengan langkah mengendap endap, Dara melangkahkan kakinya ke dapur. Karena aksinya diam diam ia tidak menyalakan lampu dan memilih mengunakan cahaya ponselnya. Kemudian Dara mulai mengeledah, mencari sesuatu yang bisa di makan.Ardi terbangun, ia merasakan haus dan bahkan lupa membawa air minum ke dalam tenda. Ia kemudian keluar dan masuk ke dalam rumah langsung menuju ke arah dapur. Alangkah kagetnya Ardi, menemukan dan menyaksikan seseorang dalam gelap sedang mengacak acak mencari sesuatu di lemari penyimpanan atas. Ia kemudian mengatur posisi waspada, bersiap menangkap orang yang dianggapnya pencuri itu.Karena ukuran sasaran yang lebih kecil darinya, Ardi dengan cepat mendekap dan menahan tangan orang itu dari belakang. Ia lalu menjatuhkan ke bawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Iparku Suamiku   Chapter 8

    Dara kembali ke dalam kamar dan mengambil ponselnya. Dan kunci motornya ada di lantai atas, bagaimana ia melewati mereka dalam situasi seperti ini. Dara memberanikan langkah kakinya, ia lebih baik pulang sekarang, dia tidak mungkin mengatakan kepada Ibu Fani bahwa ia masih ingin tetap berada di rumah ini. Ia tidak punya hak untuk hal itu, dirinya bukanlah apa apa selain menyandang gelar bibi dari anak Ardi."Kak Ardi. Tante."Mendengar suara Dara, Ardi spontan menoleh ke arah suara. Ia bisa melihat raut pucat lesu gadis itu, sepertinya sakit perutnya belum hilang. Tapi ada yang membuat Ardi lebih gelisah, Dara pasti mendengar pembicaraannya dengan ibunya. Ia takut, Dara mungkin akan sedih dan berpikiran tidak bertemu Nadira lagi. Dara mendekati keduanya dengan langkah tertatih Ratih, ia kemudian melirik Ardi yang menatap dengan raut wajah khawatir."Aku nggak apa apa kak." Ucap Ratih bohong, tidak ingin pria itu merasa cemas padanya."Aku akan pulang." Ucap Dara menambahkan. Ardi m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Iparku Suamiku   Chapter 9

    "Kok gitu? Bukannya kamu yang ingin terus kesana. Lalu bagaimana dengan keponakan kamu?"Dara diam, titik pandangnya jatuh ke bawah. Bingung akan berkata apa. Di samping ia harus menjauh dari Ardi dan Nadira, di sisi lain ia merasa sulit meninggalkan bayi itu. Ia merasa tidak terima dengan situasi ini. Bagaimana keadaan Nadira nanti jika tanpa dirinya. Apakah ia akan tahan merindukan bayi yang sudah sangat di sayangnya itu.Namun terlepas dari hal itu, Dara harus menentukan arah keputusannya. Mau tidak mau, dia harus meninggalkan mereka. Meninggalkan Nadira."Kamu nggak apa apa?" Mendapati Dara hanya diam atas pertanyaan yang sudah ia lontarkan, ada resah di hati Winda memikirkan Dara yang mungkin sedang dilanda masalah.Dara tersadar dari lamunannya. Ia lalu mengangkat wajahnya melihat Winda yang terus menyorotkan pandangan kepadanya. "Kalau kamu nggak mau cerita nggak apa apa."Sambil mengusap rambutnya ke belakang, Dara menghela napas berat dan mengalihkan pandangannya keluar jende

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Iparku Suamiku   Chapter 10

    Tanpa mempedulikan rasa penasaran alasan mengapa Dara bisa sampai di rumah sakit dan kaki pincang nya. Ardi segera berdiri membantu membawa Dara untuk duduk."Untung ada Ibu disini. Saya harus menyampaikan ini kepada Bapak Ibu berdua, agar mengetahui tindakan apa yang harus Bapak Ibu lakukan untuk si bayi." Ujar Dokter. "Ketika tangisan bayi berlangsung lama dan berlebihan, terdapat fakta bahwa tubuh dan otak mereka dibanjiri oleh hormon stres adrenalin dan kortisol yang tentu hal itu dapat merusak otak bayi.""Sebaiknya bapak memang banyak belajar untuk memahami perasaan anak bapak dan menggunakan insting serta lakukan apa yang menjadi ke inginkan nya.""Dan menangis itu adalah cara bayi berkomunikasi untuk mengutarakan keinginan mereka. Alasannya bermacam-macam mulai dari bayi merasa lapar, badannya ada yang sakit atau karena faktor kesepian dan kerinduan." Penjelasan Dokter tertangkap baik oleh indra pendengar Ardi."Dan setelah di periksa saya tidak menemukan bahwa bayi bapak bada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Iparku Suamiku   Chapter 11

    Esoknya saat jam istirahat kerja, Ardi datang ke kosan Dara. Mendiang istrinya pernah mengatakan tempat dimana Dara ngekos tapi ia sendiri tidak tau ada dimana tepat nya kosan Dara.Ardi pun mulai bertanya kepada penghuni penghuni area yang ngekos dekat kampus itu dan berhasil mendapatkan kosan Dara setelah mendapat petunjuk salah satu mahasiswa di sana."Terima kasih." Ucap Ardi lalu mengikuti arahan yang di maksud mahasiswa tadi. Ardi mendekati salah satu kosan di sana yang ia yakini adalah tempat Dara karena motor matic yang terparkir di depannya. Namun sepertinya Dara sedang tidak sendiri. Dari pintu yang terbuka itu ia bisa melihat ada seseorang laki laki di sana. Ia mendekat dan samar samar ia bisa mendengar apa yang di bicarakan dua orang dalam kosan itu."Apa aku bilang, gini kan jadinya? Mulai sekarang kamu nggak boleh lagi kesana. Aku nggak suka. Kamu tau aku melarang mu bukan karena menemui keponakan mu." Ujar Reno setelah melihat kondisi Dara."Aku akan pergi. Aku akan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Iparku Suamiku   Chapter 12

    Ardi mencari Ibu Tia yang ternyata berasa di dapur sedang memasak. "Bu?" Sapa Ardi"Eh iya." Ibu Tia yang sedang menumis sayur nya mendongak ke belakang. Dilihat nya Ardi sedang menuju ke arah nya. "Hehe ibu lagi masak. Soalnya udah siang. Ibu sudah lapar, pasti kalian juga. Tapi seadanya saja. Bahan bahan di kulkas sudah habis." Kekeuh Ibu Tia ketika Ardi sudah berada di samping. "Saya pesan saja." Ucap Ardi. Ibu Tia kembali melanjutkan mengaduk aduk sayur nya, "Secepat nya kamu harus menikah. Bukan hanya untuk anak kamu tapi kamu juga. Biar ada yang masakin kalau udah pulang kerja. Biar ada yang urus. Kasihan kalau kamu kerepotan sendiri."Iya Bu, terima kasih sarannya. Akhirnya Dara mau menikah dengan saya." Sahut Ardi."Baguslah kalau begitu. Alhamdulillah." Ibu Tia mematikan kompornya ketika di rasa sayur nya telah matang. Lalu ia menoleh kepada Ardi yang menjadi majikannya itu."Tapi Ibu jangan pergi dulu ya." Pinta Ardi memohon. "Loh Kenapa? Kan sudah ada Dara." Ibu Tia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Iparku Suamiku   Chapter 29

    Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it

  • Iparku Suamiku   Chapter 28

    "Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan

  • Iparku Suamiku   Chapter 27

    "Aku nggak bisa. Aku juga masih cinta sama Reno, dia bahkan rela menunggu aku." urai Dara.Winda diam, kenyataan tentang Reno masih terus mencintai Dara membuat nya bungkam. Ia tidak bisa menyela hal itu. Tapi tetap saja, ia tidak ingin Dara berpisah dengan Ardi. Entah apa yang terjadi, Winda lebih memilih Dara bersama Ardi daripada Reno. Terlebih lagi keduanya sudah menikah."Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Kita bahas tentang kamu saja."Sore itu terlewat dengan Dara dan Winda yang terus bercanda, keduanya terus menerus tertawa sampai tidak sadar akan keberadaan Ardi di dalam rumah.Usai mengantar Winda keluar, Dara masuk ke dalam kamar nya dan Ardi. Mata gadis itu tiba tiba melotot saat melihat Ardi yang sedang bertelanjang dada.Aura maskulin Ardi terpancar, rambut hitam basah yang berserakan di dahi begitu menonjol. Pundak yang lebar dan lengan yang berotot terlihat seperti hasil pahatan. Mulut yang sedikit terbuka dan mata sorot mata yang tegas jatuh kepada Dara.Dara yang menyaks

  • Iparku Suamiku   Chapter 26

    Dara melirik keluar jendela, sudah malam hari akan tetapi Ardi belum pulang juga ke rumah. Gadis itu cepat menggeleng dan pergi, ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang di lakukan pria itu di luar sana.Baru saja mengayunkan kaki lima langkah, suara mobil Ardi terdengar memasuki halaman rumah. Dara bersikap tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki nya ke kamar Nadira.Saat membuka pintu, Dara melihat ponsel nya berdering. Gadis itu segera meraih ponsel nya dan melihat nama Winda tertera di sana.Buru buru Dara mengusap layar ponsel nya ke atas dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya. "Halo Win, ada apa?" Sapa Dara begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu sibuk nggak besok sore. Aku kangen kamu. Aku datang ke rumah kamu ya. Tadi aku juga udah bilang sama kak Ardi." sahut Winda."Kamu ketemu dia?" tanya Dara saat Winda menyebut nama Ardi. "Iya, tadi sore aku nggak sengaja lihat dia di restoran. Aku kira dia lagi sama kamu." suara Winda terdengar di telepon

  • Iparku Suamiku   Chapter 25

    Tidak ada gunanya berdebat sekarang, apalagi Nadira yang sedang menangis di pangkuan Dara. Ardi mengeluarkan kunci dari saku celana nya dan berjalan menghampiri pintu kamar.Ketika pintu terbuka dengan gerakan cepat Dara langsung keluar dari sana. Ia butuh waktu sendiri dan tidak ingin melihat Ardi dulu.Tangan Ardi terangkat dan spontan memijat pelipis nya yang tidak sakit itu. Ia hanya merasa pusing dengan situasi pernikahannya sekarang.Dara menenangkan Nadira yang masih menangis. Dalam beberapa saat tangis bayi itu berhenti bersamaan dengan Ardi yang juga muncul di sana."Ini. Aku bawa susu Nadira."Ardi meletakan botol susu Nadira yang sudah di buat nya di atas meja dan diam di sana beberapa saat. Dara yang menyadari Ardi belum keluar juga, mengintip dari sudut matanya. Terlihat pria itu bukannya keluar dari kamar dan malah mendekatinya dengan Nadira."Aku ingin mengucapkan selamat tidur pada nya." ujar Ardi sambil mendekatkan tubuh nya untuk mencium dahi Nadira.Melihat tubuh A

  • Iparku Suamiku   Chapter 24

    "Kamu datang." ujar Reno saat melihat Dara sudah berada di hadapannya. Lelaki itu tersenyum puas saat Dara terlihat di sana."Aku nggak bisa lama lama." cicit Dara sambil duduk. "Aku akan memesan." Reno mengedarkan pandangan mencari waitress lalu mengangkat tangannya."Aku sudah makan." sahut Dara jujur. "Kalau gitu, kita jalan. Aku juga belum merasa lapar." Reno berdiri dari duduk nya seraya meraih tangan Dara. "Ayo."Dara mendongak dan mengikut saja. Biarkan saja malam ini ia mengikuti kemauan Reno. Buru buru gadis itu mengeluarkan masker nya dan memakainya. Ia masih teringat dengan perkataan Ardi tentang seseorang yang di kenal nya bisa saja melihat nya dimana saja. Dia ingin menghindari hal itu. Ia tidak mau Ardi tahu bahwa dirinya dan Reno hanya berduaan saja."Kenapa pakai masker?" tanya Reno sambil mengernyit kan kening nya. "Bisa saja udara malam membuat ku flu." ucap Dara bohong. "Sejak kapan?""Jaga jaga saja. Aku tidak mau sakit, apalagi aku harus menjaga seorang bayi.

  • Iparku Suamiku   Chapter 23

    Pagi itu setelah berangkat nya Ardi ke kantornya, Reno muncul di depan rumah untuk menemui Dara. "Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dara setelah membuka pintu tu dan menemukan Reno sudah berada di depan. "Aku ingin dia tahu, bahwa dia salah. Aku yang harus nya berhak atas kamu. Dia yang merusak hubungan kita, Dara." Reno masih teringat dengan kekesalannya kemarin."Ren, kamu jangan kayak gini." tampak raut khawatir di wajah Dara. Ia takut mungkin saja Ardi tiba tiba kembali atau bisa saja orang lain melihat nya sedang bersama orang lain di rumah suami nya sendiri. Ia tidak ingin kedua nya bertemu kembali. "Nggak, Dara. Biarkan aku bertemu dengan mu seperti ini. Aku melakukan hal ini, karna aku ingin juga mengerti dengan keponakan mu." ucap Reno. "Aku tahu, tapi kamu pergi ya." pinta Dara. "Nggak. Kenapa aku harus melakukannya. Biarkan saja dia melihat. Kenapa kamu membuatku merasa bahwa aku harus bersembunyi?""Maksudku bukan itu Reno."Reno tidak mengindahkan perkataan Dara d

  • Iparku Suamiku   Chapter 22

    "Sial." umpat Reno. Dara memperhatikan Reno yang menatap tajam pada Ardi. Tampak juga otot otot rahangnya menegang, "Hei. Apa anda tidak sadar, andalah yang merebut Dara dari saya. Seharusnya anda malu." hardik nya. "Bagaimanapun awalnya, nyatanya dia adalah istri saya. Apakah saya perlu membuat pengumuman di sini." sahut Ardi berusaha santai.Dara menatap wajah Ardi, "Kak."Emosi Reno perlahan memuncak. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkat nya. Ia ingin segera memukul wajah Ardi. Melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada pria yang telah merebut wanita nya ini. Sudah lama ia menahan. Rasanya ia ingin menghancurkan nya sekarang."Reno jangan!""Saya sedang mengendong bayi. Disini banyak orang, anda hanya akan mempermalukan diri anda sendiri jika mencoba memukul ku. Jika anda ingin melampiaskan kekesalan anda. Silakan hubungi saya. Saya akan meladeni anda dengan baik." Ardi bersuara lagi.Terlihat Reno memperhatikan sekitar. tampak beberapa orang menyadari situasi mereka. Ia tida

  • Iparku Suamiku   Chapter 21

    Ardi langsung berjalan menuju kamar. Ia meletakan tas kerjanya serta menarik dasi kasar hingga terlepas dari kerah kemeja nya. Entahlah rasanya ia ingin marah menyaksikan istrinya sendiri sedang dikunjungi oleh kekasih nya di rumah nya sendiri dan bahkan di cium. Namun lagi lagi Ardi hanya bisa menahan nya.Setelah selesai membersihkan diri, Ardi ke arah dapur untuk mengambil air minum. Ia menemukan Nadira tertidur di ranjang dorong nya dan Dara sedang memasukan pakaian kotor ke dalam mesin. "Kak..." sapa Dara, namun tidak di gubris oleh Ardi. Pria itu hanya berlalu saja lalu membuka kulkas untuk mengambil air minum. Ardi kemudian meninggalkan dapur begitu saja, sehingga tingkahnya itu memantik tanda tanya di benak Dara.Kak Ardi terus menghindar bahkan tidak menggubris saat ku sapa. Batin Dara.Dara melanjutkan kembali aktifitasnya, walaupun dirinya juga tidak nyaman dengan situasi ini. Ia tidak bisa apa apa. Meskipun sebelumnya memang kaku, entah mengapa sekarang setelah pulang k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status