Share

Bab 14. Enak Saja Minta Uang

Aku semakin benci dengan nasib yang menimpaku.

Karena ayah sudah tidak ada, kami harus menyerahkan semua fasilitas dari kantor, mobil, dan termasuk rumah yang kami tempati ini. Untungnya, masih ada rumah yang sempat dibeli ayah, walaupun jauh sederhana daripada rumah sebelumnya.

Sering kali aku meruntuki diri sendiri, kenapa aku tidak dilahirkan di keluarga yang kekayaannya tidak habis tujuh turunan? Kenapa hanya di keluarga yang langsung jatuh saat ayah tiada? Apalagi, ibu yang murni ibu rumah tangga, terbiasa menerima uang bulanan dari ayah. Kami benar-benar jatuh tuh sampai dasar.

Mas Farhan lah yang memaksakan diri menggantikan ayah. Kesempatan sekolah di universitas negeri di Bandung, dia abaikan. Dia mengubur keinginannya menjadi sarjana teknik dan berakhir bekerja di bengkel. Penghasilan tidak seberapa, memaksa Mas Farhan bekerja dobel-dobel. Kebutuhan kami tidaklah sedikit, dua adik yang masih kecil dan aku harus masuk sekolah SMA.

Kesal sekali saat itu. Harga diriku sepert
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status