Home / Pernikahan / Ini Uangku, Mas! / Part 11 Astaga, aku seperti toko emas berjalan

Share

Part 11 Astaga, aku seperti toko emas berjalan

Author: Rita Febriyeni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ini uangku, Mas

Part 11(Astaga, aku seperti toko emas berjalan)

"Pakai Ini, ini juga, ini," titah ibu padaku.

Ibu mengeluarkan kotak perhiasan dari lemari. Setelah dibuka, satu gelang rantai emas sebesar jari telunjuk dikalungkan ke pergelangan tangan kiriku. Belum lagi gelang emas keroncong dengan macam tiga motif, menghiasi pergelangan tangan kananku.

"Bu, ini banyak sekali, tanganku merasa berat," jawabku melihat gelang emas di kedua pergelanganku.

"Mita, ini belum semuanya, ini ada model terbaru, dan ini juga ada yang Ibu minta disain sendiri ke tokonya." Ibu justru menambah memakaikan gelang dengan model yang berbeda.

"Aku takut dirampok, Bu."

"Kita pergi pakai mobil pribadi, Mit, bukan naik angkot."

Terpaksa nurut. Aku tak biasa pakai perhiasan banyak. Waktu gadis pun, ibu juga beli perhiasan tapi tak kupakai. Setelah menikah perhiasan itu sedikit-sedikit kujual agar jangan berhutang di warung. Sekarang hanya anting perak yang tersisa menghiasi telingaku.

"Ini anting apaan si
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Partinah Partinah
wkwkwkwk...jd norak donk, semua dipake
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ini Uangku, Mas!   Part 12 Belanja Banyak

    Ini uangku, MasPart 12 (belanja banyak / pov Ima)Pov ImaAstaga naga dari pegunungan himalaya! Ini benaran mbak Mita nggak, sih? Bajunya ..., bagus sekaliii, terus gelangnya banyak, itu kalungnya benaran emas murni? Tasnya, sepatunya. Aaah! Bisa pingsan aku melihatnya."Ima, jangan kelamaan mangap," tegur mpok Leha. Ini orang bikin kesal saja. Mulut punya aku kenapa dia yang sewot. Secepatnya kutup mulutku. Menelan air ludah, aku berusaha tenang dan tarik nafas panjang. Aku juga tak boleh kelihatan malu-maluin."Mpok Leha, saya sudah bilang, semua belanjaan Ibu-ibu di warung ini tanpa terkecuali saya yang bayar, saya hanya minta doanya agar tanah Ayah Mita yang lain cepat terjual juga, biar kami bisa bagi rejeki lagi," jelas ibu Eli dengan ramah."Aaminn, terima kasih ya, Bu.""Makasi, Bu, Mita.""Alhamdulillah, semoga rejeki Ibu dan Mita selalu lancar.""Semoga cepat terjual lagi tanah Ayahnya Mita, Aaminn."Ibu-ibu di warung mengucapkan terima kasih dan doa untuk mbak Mita dan ib

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 13 Ngintip di balik pohon

    Ini uangku, MasPart 13 (ngintip di balik pohon)Pov Bu Ros (ibu mertua Mita)"Awas ya, kalau kamu bohong! nggak mungkin deh si Mita tiba-tiba banyak emas dan bagi-bagi duit. Belum juga sehari," ucapku saat kami melangkah ke rumah bu Tita. Kuangkat daster panjangku hingga selutut demi melangkah cepat.Lagian saat kemarin ke rumah, Bu Eli naik taksi. Ngapain juga tak naik mobil baru. Terus kulihat ia tak punya emas melingkar di leher atau pun di tangannya. Hanya seperti cincin nikah yang menghiasi jarinya. Kalau ibunya Mita banyak emas, pasti sudah dipakai."Buat apa aku bohong, Bu? Bisa jadi karena Ayahnya jual tanah."Iya juga sih, tapi kok cepat jualnya. "Itu mobilnya?" Aku menunjuk ke halaman rumah bu Tita, ada mobil putih mengkilat terparkir. Dari warna cat, itu pasti mobil baru."Iya, Bu," jawab Ima."Paling cuma mobil rental, Im. Dia sakit hati karena anaknya kita usir." "Tapi mereka bagi duit di warung loh, Bu, maksudnya bayarin semua belanjaan Ibu-ibu.""Trus kamu nggak diba

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 14 Menyesal

    Ini uangku, MasPart 14 (menyesal)Pov Ima"Ima! Im! Ima!"Terdengar teriakan ibu datang. Bikin ribut saja ibuku. Tidak tahu kakiku bentol-bentol karena semut sialan itu. Tau begini ngapain juga aku ikut ibu berdiri bawah pohon."Apaan sih, Bu?" sahutku sambil mengobati gigitan semut dengan balsem."Tolong Ibu, Im, aduh! Sakit!" Ibu berdiri di depanku sambil menyibakkan daster hingga sepaha. Lalu tanpa ragu ibu melepaskan celana dalamnya."Ibu kenapa?" tanyaku heran. Kenapa juga celana dalam dilepas, kulihat ibu tidak ngompol dicelana."Iiih, Nenek nggak malu, buka celana dalam di sini," ucap Mimi menujuk ibu."Jangan ribut!" Ibu mengibaskan celana dalamnya hingga menyebarkan aroma tak sedap."Sudah berapa hari, sih, Bu, nggak ganti celana dalam?" Spontan kucubit hidungku menghindari orama itu."Iya, nih, bau pesing campur asam," sahut Mimi membenarkan perkataanku."Uh!" Dengan kesal ibu melempar celana dalamnya padaku, hingga tepat mendarat di kepalaku."Ibu apaan sih, jorok, uweek!

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 15 Di rumah orang tua

    Ini uangku, MasPart 15 (di rumah orang tuaku)Aku dan ibu meninggalkan rumah bu Tita. Ada rasa aneh melihat sikap ibu mertua. Caraya menatapku pasti juga ingin memiliki perhiasan yang kupakai. Tapi cukuplah sudah, selama ini bertahun-tahun aku tersiksa dalam keterdiaman. Semua demi menjaga rumah tanggaku utuh dan bentuk tanggung jawabku memilih mas Aga sebagai suami. "Pasti mertuamu kebakaran jenggot, apa lagi si Ima, mulutnya mangap lihat kamu," kata ibu senang seperti puas dengan rencana beliau."Apa aku tak terlihat norak pakai emas begini banyak, Bu?"Tentu saja aku risih. Aku seperti toko emas berjalan. Kedua pergelangan tanganku hampir penuh dan mendadak jari-jariku terhalang bergerak karena cincin tiga buah di tangan kanan, dan tiga lagi di tangan kiri. Astaga, ampun deh."Alah, itu saja kok repot, kamu bisa lihat kan, gimana Ibu-Ibu di warung melihatmu, ini demi menaikan namamu di sana, malu dong terusir, kamu tu masih punya Ibu dan Ayah."Aku tahu ibu sangat kesal. Apa lagi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 16 Ini uangku!

    Ini uangku, MasPart 16 (ini uangku!)Pintu kamar berderit, mas Aga masuk. Aku sedang duduk di ranjang sambil mengetik cerbung. Kejadian hari ini juga bisa jadi inspirasi ceritaku. Mulai dari persiteruan mertua dan ipar, hingga ibuku yang mulai jengkel hingga melakukan ide yang menurutku norak tapi berhasil menampar mereka. Tapi sampai kapan? Jenuh dengan masalah ini yang tak ada jalan keluarnya. Mertua dan ipar itu penghancur rumah tangga kalau suamiku tak bisa bersikap tegas. Intinya sikap suamiku."Sibuk Mit?" tanya mas Aga duduk di sampingku."Ada apa, Mas?" tanyaku lalu berhenti mengetik. "Kamu punya uang simpanan nggak? Aku butuh uang karena uang sakuku hanya tersisa lima puluh ribu."Tadi kudengar mas Aga bicara di ponsel kalau uangnya hanya sisa lima puluh ribu. Ini pasti jujur. "Buat apa, Mas?""Untuk isi sakuku, aku tak punya uang lagi, Mit, tapi aku janji, jika ada uang lebih, pasti uang dapur kutambah."Sebenarnya aku tak yakin mas Aga bisa menambah uang dapur. Toh, sela

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 17 Menyerah

    Ini uangku, MasPart 17 (menyerah)"Aku nyerah, Mas, aku tak sanggup lagi menjalani rumah tangga ini. Kurelakan dirimu mencari penggantiku," ucapku tegas. Ingin menangis tapi kutahan sekuat hati. Rasa kesal dibohongi dan ia memakai uangku. Sulit kugambarkan betapa kesalnya yang kurasakan. Sangat kesal.Tidak ada yang ingin bercerai. Dulu saat pilihanku jatuh pada mas Aga, aku sudah siap dengan segala resiko. Tapi kenyataan tak semanis bayanganku. Dengan diam diperlakukan seperti babu di rumah ibunya, mas Aga mengangap itu hal yang biasa dialami menantu. "Mitaaa, tolong ngertiin aku, aku tak sanggup melihat Ibuku menderita." Wajah mas Aga memelas. "Kamu tak sanggup lihat Ibumu menderita, jika aku yang menderita tidak masalah gitu?" Mataku tak lepas dari suamiku. Sial, mataku berkaca juga akhirnya.Mas Aga menghela nafas panjang. Duduk di tepi ranjang, sesekali ia menjambak rambutnya tanpa melihatku."Satu hal lagi, aku tidak mau berhubungan keluarga dengan Ima adikmu." Sengaja kusebu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 18 Curhat

    Ini uangku, MasPart 18 (curhat/pov Aga)Pov AgaSukurlah aku dapat pinjaman uang. Akan kuperlihatkan ke Mita, uangnya bisa kuganti cepat agar ia tak merendahkanku."Makasih ya, Dam, nanti gajian kubayar uangmu." Kumasukan uang itu ke saku celana. Tadi sudah kukirim pesan ke Mita bahwa uangnya yang terpakai sudah bisa kuganti. Tapi tak dibalas.Rasanya harga diriku diinjak. Kukira ia bisa menolongku karena istri. Tapi aku salah, dengan terusirnya kami, ia memendam sakit hati dan sepertinya tidak bisa diobati. Kukira Mita wanita yang sabar dan pengertian. Baru semalam kami tinggal di rumah orang tuanya, ia seperti tak menghargaiku lagi. Mentang-mentang aku tak bisa membelikannya perhiasan seperti orang tuanya. Seharusnya ia sadar kemampuanku dari awal menikah hanya seperti ini. "Kusut kali mukamu, Ga?" Adam melirikku sebentar, lalu sibuk lagi mencatat orderan barang."Itulah, Dam, pusing aku, pulang merasa tak nyaman," jawabku sambil duduk setelah mengeluarkan barang dari gudang."Ada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 19 Antara istri dan ibu

    Ini uangku, MasPart 19 (antara istri dan ibu)Pov Aga (2)"Gimana, Ga? Bisa bawa Mita balik lagi ke sini? Ibu nggak sanggup, capek." Mata sayu, ibu berbaring menatapku.Apakah dengan kehadiran Mita di rumah ini lagi bisa memecahkan masalah ibu? Terus bagaimana dengan Mita? Aku tak yakin ia mau kembali setelah diusir.Kuhela nafas berat. Mau jawab jujur tak mungkin. Aku masih menenggang perasaan ibu, karena penyebab Mita minta cerai karena uangnya kupakai untuk ibu. "Mungkin Mita nggak mau ya, setelah Ibu dan Ima usir, ini salah Ibu juga membela Adikmu." Ibu menduga sendiri tanpa kujawab."Ibu istirahat saja, nanti kucoba bicara dengan Mita, mau kuambilkan nasi Ibu?" Tadi ibu tak jadi makan karena mendengar perkataan Ima. Tentu ibu sedih, Ima anak yang paling disayang dan dimanja dari kecil."Kamu sudah makan?""Kita makan bersama yok, Bu?" ajakku.Kini, kami sudah duduk di meja makan. Ima dan Mimi sedang berselfie ria di ponsel. Kulihat di meja makan, ada tiga potong ikan asin dan s

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Ini Uangku, Mas!   Part 62 Ending

    Ini uangku, MasPart 62 ( ending )Sulit kuungkapkan kata-kata betapa terkejutnya aku dengan lamaran ini. Istri mantan suamiku ingin melamarku? Ide gila macam apa yang ada dipikiran Bulbul dan mas Aga. "Ini pasti lelucon. Bul, kamu sadar dengan maksud kedatanganmu?" Kuulangi bertanya.Bulbul menatap mas Aga sebentar. Mas Aga justru menatapku. Netranya membicarakan betapa ia menginkanku lagi jadi istrinya. Namun, tidak di diriku."Aku sadar, Kak. Kita berbagi suami, dan ini juga banyak terjadi di luar sana.""Aku akan berusaha adil, Mit," ucap mas Aga. Tak ada rasa bersalah dan ia berucap seperti seorang lelaki yang kuharapkan lagi seperti dulu. Justru dengan keadaan seperti ini membuatku semakin tak suka.Di cerbung yang kutulis. Ada beberapa kisah pelakor dengan judul 'Anaknya mirip suamiku' dan 'Acara di rumah ibumu'. Di sana kutulis ada yang terinspirasi dari kisah nyata. Tapi itu hanya cerita yang kugabung dari beberapa kisah. Intinya aku tak suka jika berbagi suami walaupun buka

  • Ini Uangku, Mas!   Part 61 Lamaran

    Ini uangku, MasPart 61 ( lamaran )"Dasar si Aga, siang hari mabuk, apa nggak punya malu," cerocos Ibu sambil meletakan secangkir kopi."Sudah, Bu, yang penting sekarang sudah aman," kata ayah."Iya, tapi tetap aja bukan contoh yang baik, lah mabuk terlihat Tia, apa dia nggak mikir, bodoh dipelihara.""Sst!" Ayah menempelkan telunjuk depan bibir menyuruh ibu diam. "Ada Tia, Bu, kasihan," ucap ayah melirik Tia yang sedang duduk di sampingku. Tentu kami menyimak obrolan ibu dan ayah.Kulihat Tia, ia seperti memikirkan sesuatu, pasti tentang papanya. Seharusnya ia tak melihat mas Aga mabuk. Dan ini pertama kalinya kulihat mantan suami seperti itu. Apakah karena ada masalah. Setahuku ia bukan tipe lelaki peminum alkohol.Mungkinkah tentang pelet itu benar? Kasihan Bulbul. Ia masuk ke keluarga yang salah. Seandainya sikap Ima dan ibunya berubah, aku yakin Bulbul bahagia bersama mas Aga. "Ma, jadi orang mabuk seperti Papa itu ya?" tanya Tia."Ya, tapi nggak usah dipikirkan," jawabku. "K

  • Ini Uangku, Mas!   Part 60 Kesadaran Dalam Musibah

    Ini uangku, MasPart 60 ( kesadaran dalam musibah )Pov BulbulDulu, aku tak peduli dengan kata cinta. Tujuan menikah dengan mas Aga sekedar ingin punya keturunan. Hidup sebatang kara. Berjuang sendiri agar dihargai. Dari kecil hinaan terus kuterima dengan sakit hati. Orang tuaku selalu mengajarkan, 'buktikan kamu sukses dengan pikiran, jika fisik yang kamu sesali berarti kamu membenci pemberian Tuhan', itulah yang selalu kutanamkan. Hingga menata hati tak akan pernah mencintai lelaki mana pun."Mas, ayo pulang." Kutarik tangan mas Aga. Ia masih suamiku, jika pernikahan ini karena pengaruh pelet, itu bukan salahnya."Bul, itu Mita kan?" Mas Aga menunjuk kak Mita. Bau minuman alkohol menyengat dari mulutnya. Dulu aku tidak cemburu karena aku tahu mereka sudah bercerai. Kak Mita tidak pernah menunjukan ingin rujuk. Itulah kenapa aku bisa menerima dengan akal sehat. Namun, kali ini aku cemburu. Aku tak rela melihat suamiku masih mengharapkan mantan istrinya. Apakah 'cinta' tak pernah b

  • Ini Uangku, Mas!   Part 59 Kacau

    Ini uangku, MasPart 59 ( kacau )Pov Aga_2Apa yang terjadi padaku? Kenapa Bulbul? Ah! Aku bingung. Rasa ingin jauh darinya. Kok mendadak rasaku bisa berubah dengan sekejap. Rasa cinta dan menggebu berubah seiring melihatnya tampak beda hari ini."Bu, Ima, ada apa dengan Mas Aga? Kenapa ia terlihat aneh hari ini?" Bulbul bertanya seolah ia istriku. Maksudku istri yang kucinta. Ah! Aku sulit menjelaskanya."Bulbul, mungkin Aga kurang enak badan," jawab ibu."Ibu, i-ini kenapa? Aku aku ...." "Sudahlah, Mas, ayo duduk dulu." Ima menarik tanganku."Ima, kenapa temanmu sekamar denganku?" bisiku saat melangkah ke kursi."Bulbul istrimu, Mas," jawab Ima juga berbisik."Nggak mungkin! Tapi bukan yang itu!" ucapku lantang karena tak menerima semua ini. Aku tak ingin menikahi Bulbul, lagian bukan Bulbul yang ini yang ingin kujadikan istri."Kecilkan suaramu, Mas." Ima berbisik menekan suara agar tak didengar Bulbul. "Apa yang tidak mungkin, Mas Aga?" tanya Bulbul. Kupalingkan ke belakang,

  • Ini Uangku, Mas!   Part 58 Astagfirullahalaziim

    Ini uangku, MasPart 58 ( pov Aga : Astagfirullah'alaziim! )Pov Aga"Mita! Tunggu dulu, aku belum selsai ngomong!"Mita terus melangkah memasuki pagar rumahnya."Mita! Atau seperempat aja bagianku! Aku butuh buat membahagiakan Bulbul, Mita!""Jangan teriak-teriak!" bentak Mita tanpa menoleh padaku."Maka dengarin, bukan pergi gitu aja.""Brisik!" Prak!Pintu dihempaskannya ditutup."Mita! Mita!"Ia tak peduli dengan panggilanku. Justru hempasan pintu yang kudapat seiring bentakannya. Dasar maruk!"Mita!"Sekencang apa pun aku memanggilnya, tetap saja ia tak peduli. Padahal sudah kuberi ide bagus agar kita sama-sama adil dalam memiliki Tia. Tanpa aku Tia belum tentu bisa ada di dunia ini, bibitku hebat bisa mempunyai anak berbakat. Seharusnya Mita menyadari itu.Kemana lagi kucari uang biar bisa beli mobil. Bulbul pasti senang jika aku juga mampu. Dengan gajiku tak akan cukup. Lagian ibu dan Ima juga harus kubiayai, belum lagi makan Mimi juga banyak. Ima dan Mimi sama banyak makanny

  • Ini Uangku, Mas!   Part 57 Bicara Pikirkan Dulu

    Ini uangku, MasPart 57 ( bicara dipikirkan dulu )Aku tak ingin masuk ke lubang yang sama. Bertahun-tahun sudah cukup bagiku mengenal ibu mantan mertua dan Ima, apa lagi mantan suamiku. Jika ia mengakui dosanya, itu bukan urusanku karena yang diperbuat itu lah yang dipetik.Hanya prihatin. Aku tak ingin ikut campur dengan urusan yang bukan urusanku. Jika pernikahan mas Aga dengan Bulbul di luar kesadaran mas Aga, yang patut dipersalahkan adalah ibunya dan adiknya. "Mita.""Astagfirullah'alaziim." Aku mengucap terkejut. Tiba-tiba pundakku ditepuk ibu dari belakang."Melamun aja, mikirin apa?" "Oh, nggak, nggak ada, Bu," jawabku lalu pura-pura sibuk melihat layar ponsel. "Kamu tu lahir dari rahim Ibu, kamu sedang bohong, pura-pura, sedih, atau menyembunyikan sesuatu, Ibu pasti tau."Tuh kan, sudah berusaha menghindari, tetap saja ibu tahu. Sebenarnya malas bicara jujur. Ujung-ujungnya aku pasti kena semprot jika membahas tentang keluarga mantan suamiku."Ya udah, tapi ingat, serapi

  • Ini Uangku, Mas!   Part 56 Sedih lihat anak

    Ini uangku, MasPart 56 ( pov bu Ros: aku yang lebih tersiksa melihat penderitaan anak-anaku )Melangkah pulang dengan hati kecewa. Mita menolak rujuk dengan Aga. Apakah sesulit itu baginya memaafkan yang terjadi? Atau aku yang tak menyadari penderitaanya selama ini?Di mana-mana, menantu yang kerjakan semua pekerjaan rumah suatu hal yang biasa. Itu gunanya ia tinggal di rumah. Tapi kenapa Mita seperti aku memperbudaknya? Apakah karena selama ini Ima juga ikut adil dalam memerintah? Kuakui, Ima punya sifat semena-mena akibat kumanjakan. Dulu saja aku hampir sakit saat Mita terusir dan aku lah yang mengerjakan semuanya. Apakah aku salah mendidik anak?"Ibu dari mana? Lihat Ima belum berhenti menangis seperti anak kecil, telingaku sakit!" Bulbul berdiri berkacak pinggang. Aku baru masuk langsung disambut dengan omongan tak enak. Ia berlagak seolah nyonya besar dan aku pembantunya."Itu aja kamu sewot," jawabku berusaha mengabaikanya."Lah iya lah aku sewot, Ima sangat berisik! Aku ing

  • Ini Uangku, Mas!   Part 55 Maaf?

    Ini uangku, MasPart 55 ( maaf )"Jangan menangis, Ma," ucap Tia menatapku.Aku duduk menyeka air mata. Rasa khawatir, takut jauh dari putriku. "Nak, jika suatu saat kamu tak nyaman bersama Mama, bicara lah." Kubelai pipi Tia."Mama bicara apa sih? Justru aku takut membebani Mama, aku hanya ingin Mama, aku juga sayang Papa, tapi kenyamananku bersama Mama."Ya Allah, terima kasih tidak menjauhkanku dari putriku. Hamba mohon, jangan pernah pisahkan kami. Tapi seandainya maut memisahkan, biarkan putriku di tangan orang yang tepat hingga hidupnya tak teraniaya. Pengalaman berumah tangga dan tinggal di rumah mertua sudah cukup memberiku pelajaran tentang hidup sesungguhnya.Jika dulu aku berpikir logis. Cinta tak cukup membuat bahagia, lingkungan saling menghargai itu penting. Seandainya sudah menjadi seorang ibu, tak ada yang lebih penting dari anak. Mantan suami ada, tapi mantan anak tidak akan pernah ada. Satu hal yang kuabaikan, firasat orang tua itu benar. "Mita! Mit!"Ibu memanggil

  • Ini Uangku, Mas!   Part 54 Muak

    Ini uangku, MasPart 54 ( pov Aga: aku muak dibilang anak durhaka!)"Kok diam, Bu? Ada apa dengan tiga hari lagi?" tanyaku lagi karena belum dijawab."Oh, itu, Ga, tiga hari lagi Ibu berencana mengadakan syukuran buat pernikahan kalian," jawab ibu."Iya, Mas, warga sini juga harus tau kalau kamu bukan suami Mbak Mita lagi, tapi suami Bulbul," ucap Ima."Tapi aku tak punya uang buat acara syukuran, Ibu tau itu kan?"Buat apa mengadakan acara syukuran jika yang datang dikasih makan angin. Aku tak yakin Bulbul mau, uangnya banyak terpakai."Nanti kita bicarakan lagi ke Bulbul, mana tau ia mau.""Jangan, Bu, aku tak enak dengan Bulbul, pasti ia marah dan aku nggak mau ia malah minta cerai, aku cinta Bulbul, Bu."Jujur dan terbuka lebih baik. Biar hati merasa lega. Lagian yang memperkenalkan Bulbul adalah Ima. "Mas Aga! Kok malah lemah gitu? Jadi laki ya harus tegas, lawan rasa lemahmu."Ima ngomong aja yang bisa. Apa ia merasakan yang kurasakan? Hati ini betul-betul terpaut pada Bulbul.

DMCA.com Protection Status