Home / Fiksi Remaja / In The Rain / 05. Catatan Hitam

Share

05. Catatan Hitam

"Hahaha lucu."

"Apaan deh bawa kaya ginian ke sekolah?"

"Anak mami hahhahah."

"Liat-liat, ads tulisan di belakangnya tuh."

"Apaan? Baca-baca!"

"Bunda surga gimana? Di sana bunda bahagia kan? Di sini aku juga bahagia kok. Alafyu bunda hahahhaa alay banget anjir."

"Hahaha ngakak gue sialan!"

"Nau coba lo foto biar bisa share ke grup angkatan."

"Eh eh orangnya dateng!"

Starla memasang wajah bingung saat beberapa anak cewek berkerumun di dekat bangkunya. Suara tawa mereka kencang sekali sampai terdengar keluar.

"Kalian ngapain?" tanya Starla pelan. "Itu apa yang kamu pegang?"

Naura dengan cewek body ramping dan baju hampir ketat itu menunjukkan sebuah foto yang Starla kenal.

"Segitu kangennya sama nyokap sampe bawa fotonya kemana-mana?" ejeknya.

"Kalian kok sentuh barang orang tanpa izin! Jangan sentuh foto bunda!" Starla berjalan cepat menghampiri Naura dan merebut foto bunda.

Sayangnya karena perbedaan tinggi di antara mereka Starla menjadi kesusahan. Teman-teman Naura malah asyik mengambil video saat Starla bersusah payah merebut foto bunda.

"Oh bunda~Bagaimana syurga~Aku bahagia di sini~hahahhaha." Naura berlari mengelilingi kelas di iringi tawaan yang lain.

"Kembaliin foto bunda! Jangan kurang ajar kamu!" tunjuk Starla murka.

Naura atau siapapun boleh mengambil barang Starla asalkan jangan foto bunda. Foto kesayangan yang selama ini Starla jaga dan bawa kemana-mana, dia tidak akan memaafkan siapapun yang berani mengambil foto bunda.

"Kenapa? Lo pikir gue takut haaa?"

"KEMBALIIN FOTONYA!" Starla berteriak keras hingga orang-orang berkerumun di luar kelas.

"Yahhhh sobek?" Naura memasang wajah pura-pura bersalah saat ia tak sengaja menyobek foto milik Starla. "Eh sorry ya gue gak sengaja ... lo masih punya foto lain kan?"

Starla tak bergeming saat melihat foto bunda terbelah menjadi dua. Naura menutup mulutnya tapi tak ada ketulusan dalam matanya. "Jangan bilang lo cuma punya yang satu ini? Serius?"

Wajah Starla sudah sangat merah dengan napas tak beraturan. Starla mengambil asal pulpen di kotak pensilnya dan berlari menghampiri Naura yang sibuk tertawa.

"Kembaliin fotonya!"

Srek!

Semua orang yang menonton kejadian itu terkesiap saat pulpen Starla menggores wajah Naura cukup dalam. Luka baret panjang karena ujung pulpen yang lancip terbentuk dari bawah mata hingga pipi.

Sedikit saja pasti mata cewek itu tidak akan terselamatkan.

"ARGHHH." Naura menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

Rasa perih dan panas menerjang wajah Naura yang saat ini tengah meraung keras. Orang-orang segera berkumpul mengelilingi Naura dan memberiman tatapan tajam untuk Starla.

Starla mengabaikan semua tatapan itu, dia megambil foto bunda yang tergeletak tak jauh dari Naura. Starla mengusap foto bunda dengan sayang seolah benda itu bisa pecah kapan saja.

Bahu Starla di dorong dengan kasar. "Lo gila ya!?"

"Lo mau bikin Naura buta?"

"Dasar gila!"

Starla menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Semua kata-kata pembelaan yang ingin ia sampaika tertinggal di tenggorokan. Starla menciut di antara kerumunan orang yang menatap dirinya seolah binatang liar.

"Starla Keina Fazwa. Ikut saya ke ruang guru!" ujar Pak Banu yang baru saja tiba dengan wajah galaknya.

* * *

Starla menundukkan wajahnya selama di ruang guru. Para guru terang-terangan membicarakan dia yang membuat onar di hari pertama masuk sekolah.

"Bagus sekali. Dalam satu hari sudah ada dua anak yang membuat saya emosi." Pak Banu menggeram menahan marah.

Stara melirik ke samping dan mendesah lelah saat melihat Angkasa dengan wajah datarnya duduk anteng di kursi sebelah.

"Kamu Angkasa. Sekali lagi tidur di dalam kelas saya gak akan segan-segan untuk mencatat nama kamu di buku hitam!"

Angkasa mengangguk tanpa rasa takut. "Ya, Pak."

"Jangan hanya iya-iya." Pak Banu melotot.

"Sudah, keluar kamu. Jangan ulangi lagi tindakan nakal itu di jam pelajaran siapapun!"

Angkasa melirik cewek yang duduk di sampingnya. "Saya mager keluar, pak."

"Angkasa! Kamu benar-benar mau saya hukum?!"

Angkasa menggaruk kepalanya yang tak gatal dan menyengir jahil. "Jangan kebanyakan marah, pak. Liat keriput bapak mengerut semua tuh."

"Angkasa!" Cowok itu ngacir begitu melihat wajah Pak Banu yang berubah merah. Sama sekali tidak punya rasa takut meski masih berstatus siswa baru.

"Dan kamu Starla, kenapa kamu tusuk wajah teman kamu dengan pulpen? Kamu sadar seberapa bahaya tindakan kamu barusan?"

"Dia yang duluan, pak," jawab Starla sejujur-jujurnya.

Bu Ratna dengan lipstik merah tua mencibir dari meja samping sambil mengipasi wajahnya.

"Duh anak zaman sekarang gak ada rasa takut-takutnya sama sekali. Memangnya kamu mau bertanggung jawab kalau sampai teman sekelasmu itu buta?"

* * *

Next part ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status