Beranda / Fiksi Remaja / In The Rain / 06. Pelukan hangat Bi Nana

Share

06. Pelukan hangat Bi Nana

Bu Ratna dengan lipstik merah tua mencibir dari meja samping sambil mengipasi wajahnya.

"Duh anak zaman sekarang gak ada rasa takut-takutnya sama sekali. Memangnya kamu mau bertanggung jawab kalau sampai teman sekelasmu itu buta?"

Starla menunduk sambil meremas kedua tangannya yang tak luput dari perhatian Angkasa.

"Bu Ratna, saya harap ibu tidak ikut campur, ini masalah anak kelas saya." Pak Banu berdeham tegas.

"Ini semua karena Pak Banu terlalu baik. Coba liat anak kelas saya, mana ada yang brutal seperti ini. Belum apa-apa saja sudah mau buat anak orang buta." Bu Ratna bergidik lalu bangun dari duduknya.

Starla menusuk telapak tangannya dengan kukunya yang panjang. Menyalur rasa kesal di hatinya karena ucapan guru tersebut.

Dia memang bersalah tapi Starla tak sepenuhnya salah. Kalau Naura tak mengambil foto bunda lebih dulu Starla juga tidak mungkin bertindak sejauh ini.

Starla tidak gila dengan tiba-tiba menyerang orang lain. Tapu taka da yang berusaha mendengar dari sisinya. Semya orang hanya melihat jika Starla melakukan kejahatan pada Naura.

"Saya harap ke depannya hal sepertu ini tidak akan terjadi lagi. Bapak tidak bisa lagi mentolelir perbuatan melukai orang lain dengan alasan apapun."

"Maaf, pak."

"Sebelum orang tua Naura datang, kamu minta maaf lah lebih dulu pada Naura," ujar Pak Bandu melembutkan nada bicaranya.

Starla melempar pandanga kesal. "Kenapa harus saya yang dulua minta maaf? Kalau dia gak usik barang pribadi saya, saya tidak akan mungkin melakukan tindakan macam-macam sama Naura."

Pak Banu memijat keningnya yang pening. "Maka dari itu, kenapa kamu harus menusuk wajah Naura dengan pulpen? Kamu sadar kalau tindakan kamu itu bisa di masukkan ke dalam tindak kriminal?"

"Saya juga korban pak, hanya karena Naura berdarah bukan berarti cuma dia korbannya," tegas Starla.

Matanua tak sedikitpun memperlihatkan ketakutan. Kepalan di tangannya mengerat seiring dengan jantungnya yang berpacu kencang.

"Kenapa cuma saya yang di bawa ke ruangan? Kenapa bapak gak lebih dulu tanya kenapa bisa saya berbuat tindakan seperti itu?"

"Kamu!" Pak Banu menggeram marah.

"Jangan menambah masalah dengan ucapan yang aneh-aneh. Bapak gak mau tahu, besok kamu harus minta maaf pada Naura dan kedua orang tuanya."

Bahkan Starla harus meminta maaf atas dosa yang sepenuhnya bukan miliknya.

* * *

"Sore Bi Nana," sapa Starla pada Art di rumahnya.

"Baru pupang neng Starla?" Bi Nana tersenyum hangat menyambut kedatangan Starla.

Tangannya dengan cekatan mengambil tas Starla dan menuntunnya ke dapur. "Gimana atuh sekolahnya?"

Starla balas tersenyum sendu. "Ya so far so good lah, Bi."

"Naon atuh eta teh? Bibi mah gak ngerti inggris-inggrisan."

Starla terkekeh mendengar jawaban Bi Nana yang menghiburnya. "Sekolah Starla baik Bi. Makasih udah mau nanya hehe."

"Neng kalau ada apa-apa cerita weh ke Bibi ya? Ya, walaupun Bibi cuma tamatan Sd tapi Bibi ngerti neng-nya cerita ke Bibi. Jangan di pendem sendirian."

Starla terharu mendengar perkataan Bi nana. Memang semenjak kepergian bunda sosok Bi Nana lah yang menggantikan kekosongan itu meski tak sempurna.

Hanya Bi Nan di rumah yang mau menanyakan kabar atau keadaan Starla secara rutin. Starla merasa beruntung bisa mendapatkan Bi Nana di hidupnya.

"Starla gak apa-apa kok biiiii. Starla pasti cerita ke bibi hehheeh. Sini dong mau peluk bibi." Strla merentangkan tangannya meminta Bi Nana mendekat.

"Hmm hangat." Starla membenamkan wajahnya guna merasakan kehangatan Bi Nana.

"Gimana temen-temen barunya? Udah dapat temen deket belum?" tanya Bi Nana sambil mengelus surai Starla lembut.

Starla menelan pahit salivanya, teman dekat? Jangakan dekat dia justru malah membuat musuh di hari pertama sekolahnya!

"Emm ya gitu lah bi." Starla menjawab seadanya.

"Bibi seneng dengernya kalau di sekolah neng Starla dapat temen banyak, baik, bibi ngerasa lega."

Starla memjamkan matanya berusaha menganggap kejadian hari ini adalah angin lalu. Selagi ada yang masih menyayangi dirinya seperti Bi Nana dia pasti akan baik-baik saja.

"Temen Starla ... baik kok bi. Tadi kita makan bareng di kantin, ketawa seneng sambil liatin promo ekskul, dan Starla ketemu banyak orang baik." Bohong. Semua hanya harapan Starla semata.

Tak ada yang baik hari ini, semuanya kacau dan Starla mengacaukannya. "Besok ... Starla pasti seneng-seneng lagi kan, bi?"

"Ya pasti neng Starla yang bibi kenal pasti di sukain sama semua orang." Bibi tersenyum senang. "Neng Starla cantik, baik, pinter, pasti punya banyak temen yang sayang sama neng Starla."

Starla mengeratkan pelukannya sembari mengamini setiap kata yang Bi Nana ucapkan padanya. Berharap semua itu terkabul dan menjadi kenyataan.

* * *

Next Part ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status