Home / Fiksi Remaja / In The Rain / 01. Break feast

Share

In The Rain
In The Rain
Author: Anka05

01. Break feast

"Ayah malu punya anak kaya aku?"

"Ayah, aku juga mau disayang seperti yang lain."

"Ayah, kalau aku mati, apakah ayah akan sedih dan kehilangan aku?"

* * *

~Jika hidupku tidak ditakdirkan bahagia sekarang, maka izinkan aku bahagia dikehidupan selanjutnya, Tuhan.~

○♧○

Namanya Starla Keina Fazwa, sering di sebut Starla, namun panggilan kesayangan dari sang bunda dan keluarganya adalah Key.

Tak ada yang spesial dari hidupnya. Meski memiliki ayah dan tiga orang kakak termasuk satu kakak kembar beda 5 menit, Starla selalu merasa kesepian. Ayah yang selalu sibuk dengan urusan kantor dan semakin gila kerja setelah bunda tiada membuat suasana rumah tidak sehangat dulu lagi.

Hal itu membuat keinginan Starla kecil muncul. Ia ingin sekali mengembalikan momen-momen kehangatan serta keharmonisan keluarganya yang telah lama tiada. Akankah ia bisa menggapai keinginan kecilnya itu?

"Benci banget sama senin." Starla mematut wajahnya di depan cermin dengan wajah bete.

"Apa pura-pura sakit aja kali, ya? Males banget harus upacara," gumamnya pelan.

Wajahnya ia poles dengan bedak bayi dan bibirnya ia beri sedikit sentuhan lipp gloss agar tak terlalu pucat.

"Cantik juga," pujinya narsis.

Starla keluar dengan seragam Putih-Abu sambil menenteng tas disebelah kirinya. Senyumnya melebar ketika melihat ayah yang biasanya jarang di rumah sudah nangkring di depan meja.

"Pagi ayah!" sapa Starla hangat.

"Ya," balas sang ayah yang tak mengalihkan pandangannya dari tablet di tangan.

Senyum Starla tak meluntur meski sang ayah mejawab singkat sapaannya. Syukur saja kali ini sapaannya mendapat tanggapan, biasanya hanya di anggap angin lalu belaka.

Starla menyimpan tas dan segera mengambil selembar roti tawar dan mengolesnya dengan selai strobery sambil bersenandung ceria. Menikmati sarapan pagi kali ini.

Ryan duduk di depan Starla dengan eaut wajah datar. Sudah biasa seperti ini. Tidak akan ada sapaan antar saudara dan tidak akan ada kehangatan di dalamnya.

"Besok ada kumpulan orang tua di sekolah aku, ayah bisa datang gak?" tanya Starla dengan semangat. Meski ia tahu akhir dari jawaban sang ayah akan pahit baginya.

Sadar tak ada jawaban dari sang ayah, suara tawa ledekan terdengar nyaring di telinga Starla.

"Suruh bi Nana aja." Wajah ceria Starla sama sekali tidak luntur. "Semester kemarin ayah cuma ambil raport milik Skala aja, masa sekarang aku harus sama bi Nana lagi?" Starla menghela nafas kecewa.

"Pffft ... makanya pintar dulu baru di perhatiin ayah," ledek Ryan dengan tampang menyebalkan yang mulai keluar di wajah tampannya.

Memang di antara semua saudaranya, hanya Starla lah yang memiliki kapasitas otak yang tak memungkinkan seperti ketiga saudaranya. Hanya ia saja yang tidak lolos tes sekolah internasional.

"Otak-otak aku, kenapa kamu yang ngurus."

"Makanya urus diri li sendiri, bodoh," ujarnya seraya bangkit dari duduknya.

Starla pun ikut bangkit, ia melayangkan tangan untuk meminta salam dari ayahnya sebelum pergi. Namun ia turunkan kembali saat tawa ledekan Ryan menguar. Sadar bahwa ayahnya mengacuhkannya. Bara fokus pada tablet di tangannya tanpa menoleh kemanapun.

Starla hanya tersenyum canggung, kemudian melengang pergi di ikuti oleh Ryan di belakangnya yang sedang memutar-mutar kunci motor ninja kesayangannya sambil terus berbicara omong kosong mengenai otak Starla yang tidak sama dengan yang lainnya.

Starla hanya mengabaikan omong kosong Ryan sebagai angin lalu belaka. Sesaat sampai garasi, ia mengeluarkan sepeda kesayangannya.

Matanya memicing, meliha sosok di balik mobil ayah. Ternyata itu Skala.

"Pagi Skala!" sapa Starla dengan senyum ceria yang tak luntur.

"Skala udah sarapan? Kalau belum mau aku bikinin bekal buat sarapan kamu?"

Hening, tak ada satu jawabanpun dari sang empu. Membuat Starla tersenyum canggung.

"Ngga akan lama kok Skala, aku bikinin-"

"Urus diri lo sendiri!" ujar Skala memotong dengan pedas. Lalu meninggalkan Starla seorang diri di lorong garasi.

Starla tersenyum kecut, ia sudah teriasa dengan seluruh sikap dingin dan menyebalkan keluarganya. Namun hal itu tak akan membuat Starla menyerah. Ia yakin, suatu saat nanti ia akan bisa mengembalikan kembali keutuhan yang pernah hilang itu.

Nda lihat di sana kan? Nda pasti bantu Starla kan?

"Semangat Starla."

* * *

Next Part ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status