Beranda / Romansa / Imam Tak Sempurna / Kamu Harus Melayaniku

Share

Kamu Harus Melayaniku

Penulis: Cahaya Asa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-02 22:14:08

Zahra melangkah ragu-ragu menuju kamar suaminya. Entah mengapa wanita yang baru menjadi nyonya Alvino tersebut merasa terganggu dengan ucapan iparnya barusan. Bulu kuduknya meremang mengingat kalimatnya yang mirip ancaman. Apa memang semua oerang di rumah ini tidak menginginkannya? Tapi … bukankah mama mertuanya tersebut sangat ramah saat pertama kali bertemu dengannya di rumah sakit waktu itu?

            Tak terasa kaki Zahra sudah sampai di depan pintu katu jati dengan ukiran khas Jepara yang sangat elegan. Ia yang sudah diberi tahu  kalau di sini letak kamar suaminya merasa gugup saat tangannya hendak memutar kenop.  Meskipun sedikit kesusahan, Zahra mencoba meengetuk pintu sebelum masuk ke kamar tersebut. Kamar seorang pria yang telah mengucapkan ijab qabul kemarin. Setelah mendapat jawaban dari sang empunya kamar, ia membuka pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Lalu berjalan pelan tanpa menimbulkan suara menuju sosok pria yang duduk di tepi ranjang.

            “Mas, makannya sudah siap. Mau ditaruh di mana?” ucapnya lembut.

            “Bawa kemari!”

            Sungguh, rasanya Zahra ingin lari saja dari hadapan pria dingin ini andai ia tak ingat akan statusnya sekarang. Jantungnya berdentam-dentam tak karuan saat jarak dianatar mereka tinggal selangkah lagi. Pria  itu diam saja dengan tatapan kosong. Namun tetap mampu membuat bulu kuduk Zahra berdiri, seolah sorot mata itu menembus hingga ke dasar jantung Zahra, padahal lelaki itu buta.

            “Ini, Mas.” Zahra meletakkan nampan tersebut di pangkuan suaminya.

            “Suapi!”

            “Baik, Mas.” Gadis itu menurut. Mengambil kembali nampan di pangkuan suaminya dan menarik sebuah kursi untuk dia duduk. Sembari memangku nampan tersebut, Zahra menyuapkan makanan kepada suaminya dengan telaten seperti menyuapi bayi. Apa kabar jantung Zahra? Tentu saja berdetak lebih cepat dari biasanya.  Terebih sorot mata itu seolah menembus hingga ke tulang belulangnya. Meskipun tatapan pria itu kosong karena buta, namun entah mengapa Zahra merasa seakan tatapan itu mampu melihat dirinya yang gugup.

            Dengan sangat telaten dan sabar, Zahra menyuapi suaminya. ketika ada sisa makanan yang mengotori bibirnya, Zahra juga membersihkan dengan tisu sambil menahan nafas. Untuk pertama kalinya Zahra sedekat ini bersama pria asing. Maskipun lelaki ini sudah sah menjadi suaminya, tetapi ia masih merasa canggung dan malu. Terlebih selama ini dia nggak pernah pacaran atau dekat dengan lelaki manapun kecuali ayah angkatnya.

            “Sudah kenyang.” Alvino menolak suapan berikutnya, padahal masih tersisa separuh. Zahra hanya bisa menghela nafas pasrah dan  menyodorkan minum kepada lelaki itu. Tanpa diduga, Alvino menyemburkan minuman itu hingga mengenai wajah istrinya.

            “Minuman apa ini yang kau berikan padaku? Kamu ingin meracuniku, hah?” teriak Alvino di hadapan Zahra. Gadis itu tampak gemetar mendengar bentakan darinya. Dia hanya memberikan jus apel pada suaminya. Siapa sangka pria itu justru menyemburkannya.

            “Ma—maaf, Mas. ini jus apel. Saya tidakmemberikan racun kok. Mana saya berani meracuni orang lain. Dosa, Mas.”

            “Kamu tahu saya tidak suka buah apel? Kalau mau membuatkan jus jangan apel. Kamu sengaja, kan?”

            Zahra menggeleng meskipun ia tahu kalau suaminya tidak bisa melihatnya. Air matanya sudah berlinang membasahi  pipinya begitu saja. Tak menyangka hanya karena tak suka jus yang ia buatkan suaminya bisa semarah ini. Bukankah lebih baik ia mengatakan baik-baik kalau tidak suka?

            Lagipula mana Zahra tahu kalau pria yang baru menjadi suaminya itu tidak suka buah apel? Karena di kulkas banyak sekali buah apel dengan berbagai jenis. Ia pikir banyaknya stok buah itu karena suaminya menyukainya. Salahnya  juga sih, dia tak bertanya dulu minuman apa yang disuka.

            “Kamu menangis? Jangan pernah menangis di depanku! Aku nggak suka punya istri yang cengeng! Baru gitu aja sudah menangis, dasar lemah!” Alvino menaikkan kakinya ke atas ranjang dan menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang.

            “Makan dan minum sampai habis!” ucapnya kemudian berhasil menghentikan tangis Zahra berganti bingung.

            “Ma—maksudnya, Mas?”

            Alvino berdecak. Tak suka jika harus mengulang ucapannya lagi. Dia adalah tipe pria  yang irit bicara. Itulah sebabnya ia tak suka jika harus mengulangi lagi ucapannya.

            “Semua sisa makanku, kamu harus menghabiskannya. Jangan ada yang tersisa sedikitpun! Aku tak mau orang tua angkatmu menganggapku tak memberimu makan, meskipun aku tak yakin mereka masih peduli padamu setelah menjualmu demi perusahaan.”

            Ada yang berdenyut nyeri dalam hati Zahra kala suaminya mengingatkan siapa dirinya sekarang. Seorang isri yang dinikahi karena pertukaran bisnis dengan ayah angkatnya. Itu artinya apa yang dikatakan lelaki ini seratus persen benar, dan dia merasa sakit dengan fakta itu.  

            “Sudah nggak usah baper, memang kenyataannya begitu, kan? Cepat habiskan makananmu setelah itu lakukan tugasmu selanjutnya.”          

            Meskipun terpaksa, Zahra tetap melakukan apa yang diperintahkan suaminya, memakan makanan sisa suaminya dan menghabiskan jus apel yang baru disesap sedikit tersebut hingga tandas. “Nggak papa, Zahra. Makan sisa suami juga termasuk ibadah. Rasulullah juga pernah minum susu sisa istrinya di malam pertama,” ucap hati kecil Zahra menyemangati dirinya sendiri.

            Tak butuh waktu lama bagi Zaahra untuk menghabiskan makanan sisa tersebut. Kini ia tengah membereskan bekas makan mereka dan handak mengembalikannya ke dapur namun dicegah Alvino agar mengembalikan besok pagi saja.

            Pria itu lalu meminta Zahra untuk membacakan sebuah buku bisnis yang sangat tebal dengan suara yang cukup bisa didengar. Hingga berpuluh-puluh lembar ia  membaca sampai bibirnya berasa tebal akibat terus bergerak-gerak, pria itu masih terus memintanya untuk terus menbaca.

            “Kenapa suaramu makin lemah? Apa kamu tertidur?”

            “Tidak, Mas. Tapi mataku sudah perih sekali,” lirihnya. Ia tak berani menatap mata suaaminya yang terlihat begitu tajam dan menusuk, padahal tak bisa melihat.

            “Ya sudah, cukup sampai di sini saja membacanya. Kamu simpulkan apa yang sudah kamu bacakan tadi,” ucapnya enteng. Zahra tak mampu untuk menyembunyikan keterkejutannya. Untuk menyimpulkan, tidak tidak cukup membaca sekali saja. Namun pria itu tetap memaksanya hingga mau tak mau ia melakukannya.

            Zahra menjelaskan beberapa point yang masih melekat di otaknya kepada sang suami. Tanpa sadar gadis itu telah menorehkan seuah kesan tersendiri di hati Alvino. Dia adalah sosok pria yang sangat cerdas. Hanya sekali baca atau mendengarkan, memorinya mampu mengingat semua. Maka ketika Zahra  menjelaskan isi dan apa yang dibacakannya tadi, dalam hati ia tersnyum puas. Tak disangka gadis yang terlihat lugu dan lemah itu memiliki daya ingat yang cukup tinggi seperti dirinya.

            “Ya sudah, sekarang bantu aku tiduran dan pijit kedua kakiku biar ada rangsangan untuk bisa bergerak lagi.”

            Dalam hati Zahra mengucap banyak istighfar menghadapi suaminya  yang seolah tidak ada habisnya mengerjai dirinya. Perlahan dengan tangan gemetar, ia memijat kaki suaminya lembut. Takut jika menyakiti pria itu hingga ia kembali mendapat hadiah tak terduga darinya.  

            “Naik ke atas!”

            Zahra berhenti. Degup jantungnya terasa sangat cepat. “Ta—tapi, Mas ….”

Bab terkait

  • Imam Tak Sempurna   Neraka Dimulai

    Pagi pertama di kediaman Alvino diawali Zahra dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semenjak menikah, pria itu sudah memutuskan hanya akan makan makanan buatana sang istri. Karena hingga saat ini ia masih belum bisa percaya pada semua penghuni rumah ini. Sementara pada wanita ini … entah mengapa ia memiliki sedikit kepercayaan. Roti panggang selai kacang dan segelas jus wortel campur tomat sudah siap untuk suaminya. Kali ini ia menyiapkan porsi lebih, berjaga-jaga kalau dirinya harus makan sisanya lagi. Pikirnya jika ia membuatkan sedikit lebih banyak, maka lelaki itu juga akan makan lebih banyak. Selain jus, ia juga membawakan air putih hangat. Langkah Zahra terhenti kala seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya menghadang jalannya. Dengan tatapan menilai, pria yang ia perkirakan seusia dengan suaminya atau mungk

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Imam Tak Sempurna   Percobaan Pelecehan

    "Lepaskan dia!" ucap Eksan tenang. Entah sejak kapan pria kepercayaan Alvino itu sudah ada di belakang Zahra. Pembawaannya yang tenang hasil bentukan dari bosnya membuat Daniel merasa geram. "Nggak usah ikut campur, Lo! Tugas Lo itu ngurusi si cacat, jangan mengganggu kesenangan gue!" Daniel mencengkeram tangan Zahra dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Gadis itu memberontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan tangan pria buas itu. Beruntung Eksan datang tepat waktu sehingga dirinya selamat dari terkaman pria tak bermoral yang sejak awal ia datang sudah mengganggunya. Tak banyak kata yang terucap dari pria berbadan tegap itu. Dia hanya menatap Daniel dengan tatapan membunuh lalu memberi kode pada Zahra untuk keluar dari temp

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Imam Tak Sempurna   Jenuh

    Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan.Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja.Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya."Assalamualaikum, Tan."[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih?

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Imam Tak Sempurna   Bertemu Teman

    Suara mobil menderu di halaman rumah. Zahra yang sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu menyambut kedatangan suaminya, segera berlari ke balkon. Memastikan apakah benar suaminya yang datang atau orang lain. Dia tak berani mengambil resiko dengan bertemu Daniel lagi kalau nekat ke bawah sendirian.Senyumnya terukir di bibir tipis Zahra ketika melihat Eksan mendorong kursi roda Alvino memasuki rumah. Entah perasaan apa yang sekarang mendera, membuat gadis lulusan administrasi perkantoran itu berdebar-debar. Detik-detik menunggu pintu terbuka seperti seorang terdakwa yang tengah menunggu putusan hakim saja, hingga suara itu benar-benar menembus rungunya.Spontan Zahra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Menyambut kedatangan sang imam dengan senyum merekah meski ia yakin suaminya nggak bakalan bisa melihat."Sudah pulang, Mas? Mau langsung mandi atau-""Mandi," jawab Alvino cepat.Perasaannya masih bergemuruh me

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Imam Tak Sempurna   Tak Nyaman

    "Pak Dika? Kenapa bisa di sini?" tanya Zahra gugup. Tidak menyangka akan ketemu mantan atasannya di sini."Sama seperti kalian, saya juga mau makan siang." Dengan santai lelaki bernama Andika Mahardika itu duduk di samping Zahra, membuat gadis berhijab itu merasa terganggu. Ia menggeser kursinya sedikit menjauh dari pria yang ada di sampingnya. Sementara Intan menatap dua insan di depannya sambil mengulum senyum."Kenapa kamu resign tiba-tiba, Ra? Apa ada yang membuatmu nggak nyaman?"Sejak masuk ke kafe ini, Andika tak melepas tatapan dari mantan karyawannya itu. Ada rasa bahagia di dalam hatinya bisa bertemu di kafe ini. Entah, dorongan dari mana tiba-tiba ia ingin makan di kafe ini. Padahal biasanya pria yang menjabat sebagai General Manager itu lebih suka makan di ruangannya. Sejak mendengar kabar Zahra resign, lelaki itu jadi kebingungan mencari informasi tentangnya. Apalagi nomor Zahra sudah tidak aktif."Tidak papa, Pak. Kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • Imam Tak Sempurna   Misterius

    "Kamu ... pacarnya Dika?" tanya Al, dengan tatapan yang membuat Zahra bergidik.Sejenak istri Alvino itu menatap mata sang penanya, lalu beralih pada Andika yang juga menatapnya. Lalu ia menggeleng dan tersenyum tipis, sebagai jawaban kalau dia bukan pacar Andika. Entah hanya perasaan Zahra saja atau atau dia yang terlalu peka, pria itu tersenyum tipis mendengar jawabannya."Permisi, Assalamualaikum," pungkasnya.Dia melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang masih menatapnya itu. Sementara Intan yang sadar kalau sahabatnya benar-benar pergi langsung pamit dan mengejarnya.“Apa cewek itu yang sedang kamu incar? Dia … sepertinya biasa saja.” Al masih tak melepas tatapan dari Zahra yang mulai menghilang di antara kendaraan yang terparkir di depan kafe.“Ya. Kalau kamu hanya melihatnya sekilas saja, penilaianmu padanya hanya sampai situ. Secara fisik memang tak ada yang istimewa darinya. Bahkan banyak gadis yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • Imam Tak Sempurna   Dipaksa Menikah

    Air mata gadis berhijab itu terus mengalir tanpa bisa dicegah. Sudah satu jam berlalu ia berdiam diri di sebuah taman yang sepi karena sekarang hari kerja, namun ia masih betah merenungi nasibnya yang berubah. Tadi pagi, ia masih tersenyum riang di hadapan para sahabatnya di kantor. Hingga sebuah panggilan telepon dari ayahnya mengharuskan ia pulang lebih awal dari hari-hari biasanya.Gadis itu berlari menyusuri lorong rumah sakit dan mencari kamar ayahnya di rawat. Dengan derai air mata, ia terus mencari hingga tiba di sebuah kamar bertuliskan angka 105 di lantai 2 rumah sakit besar itu. Jantungnya berdetak lebih cepat kala mengintip di dalam kamar sana. Seorang pria yang selama ini selalu menyayanginya terbaring dengan selang infus menempel di lengan kirinya.Perlahan gadis berhijab itu membuka pintu dan melangkah masuk. Ibu dan kakak angkatnya menoleh dan tersenyum melihat kedatangannya. Namun entah mengapa Zahra merasa senyum itu berbeda. Tiba-tiba perasaannya jadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Imam Tak Sempurna   Hari Pernikahan

    Tubuh Zahra melemas. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar-putar. Akibat menangis yang terlalu lama, ditambah berita yang menyesakkan dada, gadis yang diangkat anak oleh Rudi ini semakin tak berdaya. Hampir saja ia limbung kalau tak berpegangan pada pinggir ranjang sang ayah.“Apa tidak terlalu cepat, Bu, Tan? Kami bahkan belum saling mengenal satu sama lain,” ucapnya akhirnya setelah mampu menguasai dirinya kembali.“Niat baik harus disegerakan. Orang tua sudah sama-sama setuju. Tante yakin Alvino juga bakalan setuju. Tenang aja, kamu tidak perlu bekerja apapun nantinya. Cukup mengurus suamimu saja.”“Tolong, Nak, terimalah. Demi ayah,” sahut Rudi yang menangkap keraguan di wajah putri angkatnya.Zahra menghela nafas dalam. Menatap semua orang di dalam ruangan itu bergantian sebelum mengangguk. Tak ada pilihan lain. Semua sudah ditentukan dan dia tak bisa melakukan apapun selain menerima. Apa pendapatnya akan diden

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02

Bab terbaru

  • Imam Tak Sempurna   Misterius

    "Kamu ... pacarnya Dika?" tanya Al, dengan tatapan yang membuat Zahra bergidik.Sejenak istri Alvino itu menatap mata sang penanya, lalu beralih pada Andika yang juga menatapnya. Lalu ia menggeleng dan tersenyum tipis, sebagai jawaban kalau dia bukan pacar Andika. Entah hanya perasaan Zahra saja atau atau dia yang terlalu peka, pria itu tersenyum tipis mendengar jawabannya."Permisi, Assalamualaikum," pungkasnya.Dia melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang masih menatapnya itu. Sementara Intan yang sadar kalau sahabatnya benar-benar pergi langsung pamit dan mengejarnya.“Apa cewek itu yang sedang kamu incar? Dia … sepertinya biasa saja.” Al masih tak melepas tatapan dari Zahra yang mulai menghilang di antara kendaraan yang terparkir di depan kafe.“Ya. Kalau kamu hanya melihatnya sekilas saja, penilaianmu padanya hanya sampai situ. Secara fisik memang tak ada yang istimewa darinya. Bahkan banyak gadis yang

  • Imam Tak Sempurna   Tak Nyaman

    "Pak Dika? Kenapa bisa di sini?" tanya Zahra gugup. Tidak menyangka akan ketemu mantan atasannya di sini."Sama seperti kalian, saya juga mau makan siang." Dengan santai lelaki bernama Andika Mahardika itu duduk di samping Zahra, membuat gadis berhijab itu merasa terganggu. Ia menggeser kursinya sedikit menjauh dari pria yang ada di sampingnya. Sementara Intan menatap dua insan di depannya sambil mengulum senyum."Kenapa kamu resign tiba-tiba, Ra? Apa ada yang membuatmu nggak nyaman?"Sejak masuk ke kafe ini, Andika tak melepas tatapan dari mantan karyawannya itu. Ada rasa bahagia di dalam hatinya bisa bertemu di kafe ini. Entah, dorongan dari mana tiba-tiba ia ingin makan di kafe ini. Padahal biasanya pria yang menjabat sebagai General Manager itu lebih suka makan di ruangannya. Sejak mendengar kabar Zahra resign, lelaki itu jadi kebingungan mencari informasi tentangnya. Apalagi nomor Zahra sudah tidak aktif."Tidak papa, Pak. Kar

  • Imam Tak Sempurna   Bertemu Teman

    Suara mobil menderu di halaman rumah. Zahra yang sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu menyambut kedatangan suaminya, segera berlari ke balkon. Memastikan apakah benar suaminya yang datang atau orang lain. Dia tak berani mengambil resiko dengan bertemu Daniel lagi kalau nekat ke bawah sendirian.Senyumnya terukir di bibir tipis Zahra ketika melihat Eksan mendorong kursi roda Alvino memasuki rumah. Entah perasaan apa yang sekarang mendera, membuat gadis lulusan administrasi perkantoran itu berdebar-debar. Detik-detik menunggu pintu terbuka seperti seorang terdakwa yang tengah menunggu putusan hakim saja, hingga suara itu benar-benar menembus rungunya.Spontan Zahra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Menyambut kedatangan sang imam dengan senyum merekah meski ia yakin suaminya nggak bakalan bisa melihat."Sudah pulang, Mas? Mau langsung mandi atau-""Mandi," jawab Alvino cepat.Perasaannya masih bergemuruh me

  • Imam Tak Sempurna   Jenuh

    Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan.Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja.Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya."Assalamualaikum, Tan."[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih?

  • Imam Tak Sempurna   Percobaan Pelecehan

    "Lepaskan dia!" ucap Eksan tenang. Entah sejak kapan pria kepercayaan Alvino itu sudah ada di belakang Zahra. Pembawaannya yang tenang hasil bentukan dari bosnya membuat Daniel merasa geram. "Nggak usah ikut campur, Lo! Tugas Lo itu ngurusi si cacat, jangan mengganggu kesenangan gue!" Daniel mencengkeram tangan Zahra dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Gadis itu memberontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan tangan pria buas itu. Beruntung Eksan datang tepat waktu sehingga dirinya selamat dari terkaman pria tak bermoral yang sejak awal ia datang sudah mengganggunya. Tak banyak kata yang terucap dari pria berbadan tegap itu. Dia hanya menatap Daniel dengan tatapan membunuh lalu memberi kode pada Zahra untuk keluar dari temp

  • Imam Tak Sempurna   Neraka Dimulai

    Pagi pertama di kediaman Alvino diawali Zahra dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semenjak menikah, pria itu sudah memutuskan hanya akan makan makanan buatana sang istri. Karena hingga saat ini ia masih belum bisa percaya pada semua penghuni rumah ini. Sementara pada wanita ini … entah mengapa ia memiliki sedikit kepercayaan. Roti panggang selai kacang dan segelas jus wortel campur tomat sudah siap untuk suaminya. Kali ini ia menyiapkan porsi lebih, berjaga-jaga kalau dirinya harus makan sisanya lagi. Pikirnya jika ia membuatkan sedikit lebih banyak, maka lelaki itu juga akan makan lebih banyak. Selain jus, ia juga membawakan air putih hangat. Langkah Zahra terhenti kala seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya menghadang jalannya. Dengan tatapan menilai, pria yang ia perkirakan seusia dengan suaminya atau mungk

  • Imam Tak Sempurna   Kamu Harus Melayaniku

    Zahra melangkah ragu-ragu menuju kamar suaminya. Entah mengapa wanita yang baru menjadi nyonya Alvino tersebut merasa terganggu dengan ucapan iparnya barusan. Bulu kuduknya meremang mengingat kalimatnya yang mirip ancaman. Apa memang semua oerang di rumah ini tidak menginginkannya? Tapi … bukankah mama mertuanya tersebut sangat ramah saat pertama kali bertemu dengannya di rumah sakit waktu itu? Tak terasa kaki Zahra sudah sampai di depan pintu katu jati dengan ukiran khas Jepara yang sangat elegan. Ia yang sudah diberi tahu kalau di sini letak kamar suaminya merasa gugup saat tangannya hendak memutar kenop. Meskipun sedikit kesusahan, Zahra mencoba meengetuk pintu sebelum masuk ke kamar tersebut. Kamar seorang pria yang telah mengucapkan ijab qabul kemarin. Setelah mendapat jawaban dari sang empunya kamar, ia membuka pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Lalu berjalan pelan tanpa menimbulk

  • Imam Tak Sempurna   Selamat Datang di Neraka

    Zahra yang baru pertama kali duduk berdampingan dengan seorang pria, merasa jantungnya mau copot. Meskipun suaminya sendiri, tapi tetap saja rasa gugup itu mendominasinya. Gadis berhijab itu tak sadar jika duduknya yang gelisah membuat pria yang duduk di sebelahnya terganggu.“Kamu sedang apa? Kenapa tak bisa diam?”“Maaf, Mas. Aku … hanya nerveous.”Setelah mengatakan itu, hanya keheningan yang mendominasi mobil. Perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih satu jam. Dan itu membuat Zahra tersiksa. Mati-matian ia menahan gugup dan gelisah hingga keringat dingin membanjiri tubuhnya. Sesekali Eksan melirik bosnya melalui kaca spion di atas kepalanya. Sudut bibirnya sedikit tertarik saat netranya menangkap senyum tipis di wajah bosnya yang selalu terlihat garang.“Apa kamu takut padaku?” ucap Alvino tiba-tiba menyentak lamunan Zahra.“Ti—tidak.”“Kenapa gugup begitu ka

  • Imam Tak Sempurna   Hari Pernikahan

    Tubuh Zahra melemas. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar-putar. Akibat menangis yang terlalu lama, ditambah berita yang menyesakkan dada, gadis yang diangkat anak oleh Rudi ini semakin tak berdaya. Hampir saja ia limbung kalau tak berpegangan pada pinggir ranjang sang ayah.“Apa tidak terlalu cepat, Bu, Tan? Kami bahkan belum saling mengenal satu sama lain,” ucapnya akhirnya setelah mampu menguasai dirinya kembali.“Niat baik harus disegerakan. Orang tua sudah sama-sama setuju. Tante yakin Alvino juga bakalan setuju. Tenang aja, kamu tidak perlu bekerja apapun nantinya. Cukup mengurus suamimu saja.”“Tolong, Nak, terimalah. Demi ayah,” sahut Rudi yang menangkap keraguan di wajah putri angkatnya.Zahra menghela nafas dalam. Menatap semua orang di dalam ruangan itu bergantian sebelum mengangguk. Tak ada pilihan lain. Semua sudah ditentukan dan dia tak bisa melakukan apapun selain menerima. Apa pendapatnya akan diden

DMCA.com Protection Status