Beranda / Romansa / Imam Tak Sempurna / Hari Pernikahan

Share

Hari Pernikahan

Penulis: Cahaya Asa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-02 22:11:29

Tubuh Zahra melemas. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar-putar. Akibat menangis yang terlalu lama, ditambah berita yang menyesakkan dada, gadis yang diangkat anak oleh Rudi ini semakin tak berdaya. Hampir saja ia limbung kalau tak berpegangan pada pinggir ranjang sang ayah.

“Apa tidak terlalu cepat, Bu, Tan? Kami bahkan belum saling mengenal satu sama lain,”  ucapnya akhirnya setelah mampu menguasai dirinya kembali.

“Niat baik harus disegerakan. Orang tua sudah sama-sama setuju. Tante yakin Alvino juga bakalan setuju. Tenang aja, kamu tidak perlu bekerja apapun nantinya. Cukup mengurus suamimu saja.”

“Tolong, Nak, terimalah. Demi ayah,” sahut Rudi yang menangkap keraguan di wajah putri angkatnya.

Zahra menghela nafas dalam. Menatap semua orang di dalam ruangan itu bergantian sebelum mengangguk. Tak ada pilihan lain. Semua sudah ditentukan dan dia tak bisa melakukan apapun selain menerima. Apa pendapatnya akan didengar? Tentu saja tidak. Dia hanya wajib patuh pada semua permintaan kedua orang tua angkatnya. Lebih tepatnya pada perintah mereka berdua.

Hari yang ditentukan tiba. Acara pernikahan yang diadakan secara sederhana berlangsung di rumah Rudi. Tak banyak tamu yang diuundang. Hanya kerabat dekat dan kolega bisnisnya saja. Bahkan sang mempelai pria jugga tak mau mengadakan resepsi. Untuk hal itu Zahra ikut setuju. Karena dirinya juga tak ingin pernikahannya ini diekspos.

Di depan cermin rias dalam kamarnya, Zahra menatap bayangan dirinya yang tampak lebih cantik dan segar. Make up tipis dan dres putih serta kerudung putih menghiasi dirinya. Zahra pernah memimpikan menikah dengan seseorang yang bisa menjadi imam baginya. Membingkai rumah tangga dengan balutan nilai-nilai religius.   

Namun tampaknya itu semua hanya hayalan yang tak akan terwujud. suaminya saat ini bukanlah orang yang diharapkan. Terlalu jauh dari ekspektasinya selama ini.dia tak butuh suami kaya, apalagi mewarisi banyak harta, yang ia butuhkan adalah seorang lelaki yangmampu menjadi imam bagi rumah tangganya.

“Pengantin itu nggak boleh cemberut. Harusnya kamu bahagia karena sebentar lagi akan menjadi nyonya Pramudya. Kenapa malah bersedih begini?” ucap Dinda yang sejak tadi mengamati adik angkatnya. Dalam hati ia bersorak menang karena sebentar lagi Zahra akan pergi dari rumah ini. Kasih sayang orang tuanya tak lagi terbagi dengan anak pungut ini.

“Aku akan bahagia jika tidak menikah ssecara paksa, Kak. Kak Dinda tahu, bahkan aku belum pernah melihat calonku sendiri. Bagaimana mungkin tiba-tiba aku hidup bersamanya?”

Dinda tersenyum sinis di belakang sang adik. Menyentuh pundak berbalut gaun pengantin sederhana namun tampak elegan itu dan mencondongkan wajahnya ke depan, lalu berbisik. “Selamat, sebentar lagi akan menjadi istri seorang pria cacat.”

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat jantung adiknya berdenyut nyeri, gadis bergaun merah itu melangkah keluar meninggalkan calon mempelai wanita bersama penata rias.

“Sabar ya, mbak, pasti ada hikmah dari semua ini. Kata guru ngaji saya dulu, kalau seorang istri ikhlas merawat dan mengurus suaminya hingga suaminya ridlo padanya, maka Allah telah menyediakan surga untuknya. Semoga mbak Zahra termasuk salah satu wanita yang akan mendapat surganya kelak,” ucap penata rias itu menenangkan.

“Aamiin, makasih ya, Mbak. Mungkkin ini memang takdirku. Allah lebih tahu yang terbaik buat hamba-Nya, kenapa aku harus sedih?” ucapnya sambil tersenyum. Meski setetes bulir bening jatuh membasahi pipinya, senyum di bibirnya tetap terlihat nyata. Seketika ia merasa damai.

Sebuah ketukan mengalihkan pembicaraan mereka. Seseorang melongok dari balik pintu dan meminta Zahra untuk ke ruang tamu karena ijab qabul telah dilaksanakan.

“Zahra, keluarlah temui suamimu. Ijab qabul sudah selesai.”

Zahra menatap wanita paruh baya itu lalu mengangguk sekilas. Bismlillah, semoga ini jalan terbaik yang Kau pilihkan ya Rabb. Beri aku kekuatan dan keikhlasan dalam membina rumah tangga ini. Lembutkan hati suamiku agar kami bisa menapaki kehidupan rumah tangga ini bersama dengan cinta-Mu.

Dengan wajah sedikit menunduk, Zahra dituntun sang perias berjalan menuju kerumunan di ruang tamu. Semua pasang mata menatapnya takjub. Termasuk seorang lelaki di kursi roda yang tatapannya juga mengarah  padanya dengan pandangan kosong. Namun entah mengapa Zahra merasa bahwa tatapan kosong itu mengarah padanya.

“Nah, ini dia mempelai perempuan sudah datang. Silahkan tanda tangani buku nikahnya,” perintah penghulu yang langsung dilaksanakan oleh Zahra tanpa membantah sedikitpun.

Selesai menandatangani seluruh dokumen, Zahra diminta untuk mecium tangan suaminya. Lalaki itu menggenggam jemari kecil istrinya lalu memasannya sebuah cincin emas dengan mata berlian biru. Sedikit meraba agar bisa masuk pada jari yang tepat.

Selanjutnya, Zahra merasakan pria yang baru saja sah menjadi imamnya itu meraba wajahnya. Meski sedikit risi, namun ia membiarkannya. Memberikan kebebasan pada suaminya untuk mengenalinya. Mungkin dengan cara ini imamnya itu bisa mengenalnya. Tiba-tiba tubuh Zahra membeku. Sebuah kecupan ringan ia dapatkan di keningnya.

“Sekarang kamu sudah jadi milikku, jangan pernah berpikir untuk lepas setelah ini,” bisik pria berkursi roda itu di telinga Zahra. Sekilas orang mengira kalau lelaki itu tengah mencium pipinya.

“Sepertinya putrraku senang menikahimu, Zahra,” ucap Susi membuat beberapa tamu tergelak. Alvivo kembali menegakkan tubuhnya dan kembali memasang wajah datar. Dia nggak suka menjadi pusat perhatian. Namun untk saat ini ia akan membiarkan mereka tertawa melihatnya menikah.

Pernikahan sederhana itu selesai. Satu per satu para tamu pulang ke rumahnya. Tinggal Alvino bersama asistennya, Eksan yang masih tinggal. Zahra yang beru pertama kali bertemu Alvino, merasa canggung menghadapinya. Ia bingung harus melakukan apa setelah ini. Mengajaknya ke kamar, rasanya gadis itu terlalu malu. Akhirnya ia hanya duduk diam di sofa, dengan suaminya di kursi roda dekat sofa tempatnya duduk. Sejenak mereka saling diam, hingga pria itu membuka suara.

“Bersiaplah, kita langsung pulang sekarang,” perintahnya tak terbantahkan.

“Pu—pulang ke—mana?” tanya Zahra terbata.

“Ke rumahku, kemana lagi? Cepat aku nggak punya banyak waktu,” ucapnya lagi. Kali ini nadanya sedikit ketus. Zahra yang memahami posisinya kini sudah menjadi seorang istri, mau tak mau menurut pada suaminya.

“Baiklah, tunggu sebentar.”

‘Sepertinya gadis tulus dan baik. Tapi kenapa ia mau menikah hanya demi uang?Apa sikap baiknya hanya kedok untuk melancarkan aksinya’ banti Alvino menerka.

Zahra memasukkan beberapa potong pakaian dan keperluan sehari-hari ke dalam koper. Tak banyak yang ia bawa karena ia tak memiliki banyak barang. Hatinya gamang, tapi ia tak bisa untuk tidak menuruti suaminya. Mulai sekarang surganya ada pada lelaki itu. maka sebisa mungkin ia membuat pria itu ridlo padanya.

Takut suaminya menunggu terlalu lama, Zahra segera keluar dari kamar yang telah ia tempati selama 22 tahun ini. Ia kembali memindai seluruh ruangan dan menyimpannya dalam memori. Aku pasti akan kangen dengan kamarku ini.

“Zahra, kamu mau kemana?” tanya Rudi yang berjalan ke ruang tamu.

“Kata mas Al, kita langsung pulang ke rumahnya, Yah.”

“Loh, apa tidak menginap dulu barang semalam?”

“Tidak, Yah. Saya ada banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan,” sahut Alvino. Ia tak mau berlama-lama di rumah ini. Terlebih berdekatan dengan orang tua yang tega menjual anaknya demi uang.

“Baiklah, hati-hati kalau begitu,” pungkas Rudi akhirnya.

Ketika Eksan hendak mendorong kursi roda bosnya, Zahra mencegahnya. Lalu ia mengambilalih tugas Eksan dan menyerahkan kopernya untuk dibawakan.

“Mulai sekarang, biarkan aku yang melakukan ini,” ucapnya dengan semburat merah di pipi. Asisten Alvino mengangguk dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh nona barunya. Dalam hati, Eksan mengagumi sosok gadis yang baru saja menikah dengan bosnya ini.

Bab terkait

  • Imam Tak Sempurna   Selamat Datang di Neraka

    Zahra yang baru pertama kali duduk berdampingan dengan seorang pria, merasa jantungnya mau copot. Meskipun suaminya sendiri, tapi tetap saja rasa gugup itu mendominasinya. Gadis berhijab itu tak sadar jika duduknya yang gelisah membuat pria yang duduk di sebelahnya terganggu.“Kamu sedang apa? Kenapa tak bisa diam?”“Maaf, Mas. Aku … hanya nerveous.”Setelah mengatakan itu, hanya keheningan yang mendominasi mobil. Perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih satu jam. Dan itu membuat Zahra tersiksa. Mati-matian ia menahan gugup dan gelisah hingga keringat dingin membanjiri tubuhnya. Sesekali Eksan melirik bosnya melalui kaca spion di atas kepalanya. Sudut bibirnya sedikit tertarik saat netranya menangkap senyum tipis di wajah bosnya yang selalu terlihat garang.“Apa kamu takut padaku?” ucap Alvino tiba-tiba menyentak lamunan Zahra.“Ti—tidak.”“Kenapa gugup begitu ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Imam Tak Sempurna   Kamu Harus Melayaniku

    Zahra melangkah ragu-ragu menuju kamar suaminya. Entah mengapa wanita yang baru menjadi nyonya Alvino tersebut merasa terganggu dengan ucapan iparnya barusan. Bulu kuduknya meremang mengingat kalimatnya yang mirip ancaman. Apa memang semua oerang di rumah ini tidak menginginkannya? Tapi … bukankah mama mertuanya tersebut sangat ramah saat pertama kali bertemu dengannya di rumah sakit waktu itu? Tak terasa kaki Zahra sudah sampai di depan pintu katu jati dengan ukiran khas Jepara yang sangat elegan. Ia yang sudah diberi tahu kalau di sini letak kamar suaminya merasa gugup saat tangannya hendak memutar kenop. Meskipun sedikit kesusahan, Zahra mencoba meengetuk pintu sebelum masuk ke kamar tersebut. Kamar seorang pria yang telah mengucapkan ijab qabul kemarin. Setelah mendapat jawaban dari sang empunya kamar, ia membuka pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Lalu berjalan pelan tanpa menimbulk

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Imam Tak Sempurna   Neraka Dimulai

    Pagi pertama di kediaman Alvino diawali Zahra dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semenjak menikah, pria itu sudah memutuskan hanya akan makan makanan buatana sang istri. Karena hingga saat ini ia masih belum bisa percaya pada semua penghuni rumah ini. Sementara pada wanita ini … entah mengapa ia memiliki sedikit kepercayaan. Roti panggang selai kacang dan segelas jus wortel campur tomat sudah siap untuk suaminya. Kali ini ia menyiapkan porsi lebih, berjaga-jaga kalau dirinya harus makan sisanya lagi. Pikirnya jika ia membuatkan sedikit lebih banyak, maka lelaki itu juga akan makan lebih banyak. Selain jus, ia juga membawakan air putih hangat. Langkah Zahra terhenti kala seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya menghadang jalannya. Dengan tatapan menilai, pria yang ia perkirakan seusia dengan suaminya atau mungk

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Imam Tak Sempurna   Percobaan Pelecehan

    "Lepaskan dia!" ucap Eksan tenang. Entah sejak kapan pria kepercayaan Alvino itu sudah ada di belakang Zahra. Pembawaannya yang tenang hasil bentukan dari bosnya membuat Daniel merasa geram. "Nggak usah ikut campur, Lo! Tugas Lo itu ngurusi si cacat, jangan mengganggu kesenangan gue!" Daniel mencengkeram tangan Zahra dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Gadis itu memberontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan tangan pria buas itu. Beruntung Eksan datang tepat waktu sehingga dirinya selamat dari terkaman pria tak bermoral yang sejak awal ia datang sudah mengganggunya. Tak banyak kata yang terucap dari pria berbadan tegap itu. Dia hanya menatap Daniel dengan tatapan membunuh lalu memberi kode pada Zahra untuk keluar dari temp

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Imam Tak Sempurna   Jenuh

    Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan.Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja.Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya."Assalamualaikum, Tan."[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih?

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Imam Tak Sempurna   Bertemu Teman

    Suara mobil menderu di halaman rumah. Zahra yang sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu menyambut kedatangan suaminya, segera berlari ke balkon. Memastikan apakah benar suaminya yang datang atau orang lain. Dia tak berani mengambil resiko dengan bertemu Daniel lagi kalau nekat ke bawah sendirian.Senyumnya terukir di bibir tipis Zahra ketika melihat Eksan mendorong kursi roda Alvino memasuki rumah. Entah perasaan apa yang sekarang mendera, membuat gadis lulusan administrasi perkantoran itu berdebar-debar. Detik-detik menunggu pintu terbuka seperti seorang terdakwa yang tengah menunggu putusan hakim saja, hingga suara itu benar-benar menembus rungunya.Spontan Zahra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Menyambut kedatangan sang imam dengan senyum merekah meski ia yakin suaminya nggak bakalan bisa melihat."Sudah pulang, Mas? Mau langsung mandi atau-""Mandi," jawab Alvino cepat.Perasaannya masih bergemuruh me

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Imam Tak Sempurna   Tak Nyaman

    "Pak Dika? Kenapa bisa di sini?" tanya Zahra gugup. Tidak menyangka akan ketemu mantan atasannya di sini."Sama seperti kalian, saya juga mau makan siang." Dengan santai lelaki bernama Andika Mahardika itu duduk di samping Zahra, membuat gadis berhijab itu merasa terganggu. Ia menggeser kursinya sedikit menjauh dari pria yang ada di sampingnya. Sementara Intan menatap dua insan di depannya sambil mengulum senyum."Kenapa kamu resign tiba-tiba, Ra? Apa ada yang membuatmu nggak nyaman?"Sejak masuk ke kafe ini, Andika tak melepas tatapan dari mantan karyawannya itu. Ada rasa bahagia di dalam hatinya bisa bertemu di kafe ini. Entah, dorongan dari mana tiba-tiba ia ingin makan di kafe ini. Padahal biasanya pria yang menjabat sebagai General Manager itu lebih suka makan di ruangannya. Sejak mendengar kabar Zahra resign, lelaki itu jadi kebingungan mencari informasi tentangnya. Apalagi nomor Zahra sudah tidak aktif."Tidak papa, Pak. Kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • Imam Tak Sempurna   Misterius

    "Kamu ... pacarnya Dika?" tanya Al, dengan tatapan yang membuat Zahra bergidik.Sejenak istri Alvino itu menatap mata sang penanya, lalu beralih pada Andika yang juga menatapnya. Lalu ia menggeleng dan tersenyum tipis, sebagai jawaban kalau dia bukan pacar Andika. Entah hanya perasaan Zahra saja atau atau dia yang terlalu peka, pria itu tersenyum tipis mendengar jawabannya."Permisi, Assalamualaikum," pungkasnya.Dia melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang masih menatapnya itu. Sementara Intan yang sadar kalau sahabatnya benar-benar pergi langsung pamit dan mengejarnya.“Apa cewek itu yang sedang kamu incar? Dia … sepertinya biasa saja.” Al masih tak melepas tatapan dari Zahra yang mulai menghilang di antara kendaraan yang terparkir di depan kafe.“Ya. Kalau kamu hanya melihatnya sekilas saja, penilaianmu padanya hanya sampai situ. Secara fisik memang tak ada yang istimewa darinya. Bahkan banyak gadis yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19

Bab terbaru

  • Imam Tak Sempurna   Misterius

    "Kamu ... pacarnya Dika?" tanya Al, dengan tatapan yang membuat Zahra bergidik.Sejenak istri Alvino itu menatap mata sang penanya, lalu beralih pada Andika yang juga menatapnya. Lalu ia menggeleng dan tersenyum tipis, sebagai jawaban kalau dia bukan pacar Andika. Entah hanya perasaan Zahra saja atau atau dia yang terlalu peka, pria itu tersenyum tipis mendengar jawabannya."Permisi, Assalamualaikum," pungkasnya.Dia melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang masih menatapnya itu. Sementara Intan yang sadar kalau sahabatnya benar-benar pergi langsung pamit dan mengejarnya.“Apa cewek itu yang sedang kamu incar? Dia … sepertinya biasa saja.” Al masih tak melepas tatapan dari Zahra yang mulai menghilang di antara kendaraan yang terparkir di depan kafe.“Ya. Kalau kamu hanya melihatnya sekilas saja, penilaianmu padanya hanya sampai situ. Secara fisik memang tak ada yang istimewa darinya. Bahkan banyak gadis yang

  • Imam Tak Sempurna   Tak Nyaman

    "Pak Dika? Kenapa bisa di sini?" tanya Zahra gugup. Tidak menyangka akan ketemu mantan atasannya di sini."Sama seperti kalian, saya juga mau makan siang." Dengan santai lelaki bernama Andika Mahardika itu duduk di samping Zahra, membuat gadis berhijab itu merasa terganggu. Ia menggeser kursinya sedikit menjauh dari pria yang ada di sampingnya. Sementara Intan menatap dua insan di depannya sambil mengulum senyum."Kenapa kamu resign tiba-tiba, Ra? Apa ada yang membuatmu nggak nyaman?"Sejak masuk ke kafe ini, Andika tak melepas tatapan dari mantan karyawannya itu. Ada rasa bahagia di dalam hatinya bisa bertemu di kafe ini. Entah, dorongan dari mana tiba-tiba ia ingin makan di kafe ini. Padahal biasanya pria yang menjabat sebagai General Manager itu lebih suka makan di ruangannya. Sejak mendengar kabar Zahra resign, lelaki itu jadi kebingungan mencari informasi tentangnya. Apalagi nomor Zahra sudah tidak aktif."Tidak papa, Pak. Kar

  • Imam Tak Sempurna   Bertemu Teman

    Suara mobil menderu di halaman rumah. Zahra yang sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu menyambut kedatangan suaminya, segera berlari ke balkon. Memastikan apakah benar suaminya yang datang atau orang lain. Dia tak berani mengambil resiko dengan bertemu Daniel lagi kalau nekat ke bawah sendirian.Senyumnya terukir di bibir tipis Zahra ketika melihat Eksan mendorong kursi roda Alvino memasuki rumah. Entah perasaan apa yang sekarang mendera, membuat gadis lulusan administrasi perkantoran itu berdebar-debar. Detik-detik menunggu pintu terbuka seperti seorang terdakwa yang tengah menunggu putusan hakim saja, hingga suara itu benar-benar menembus rungunya.Spontan Zahra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Menyambut kedatangan sang imam dengan senyum merekah meski ia yakin suaminya nggak bakalan bisa melihat."Sudah pulang, Mas? Mau langsung mandi atau-""Mandi," jawab Alvino cepat.Perasaannya masih bergemuruh me

  • Imam Tak Sempurna   Jenuh

    Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan.Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja.Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya."Assalamualaikum, Tan."[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih?

  • Imam Tak Sempurna   Percobaan Pelecehan

    "Lepaskan dia!" ucap Eksan tenang. Entah sejak kapan pria kepercayaan Alvino itu sudah ada di belakang Zahra. Pembawaannya yang tenang hasil bentukan dari bosnya membuat Daniel merasa geram. "Nggak usah ikut campur, Lo! Tugas Lo itu ngurusi si cacat, jangan mengganggu kesenangan gue!" Daniel mencengkeram tangan Zahra dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Gadis itu memberontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan tangan pria buas itu. Beruntung Eksan datang tepat waktu sehingga dirinya selamat dari terkaman pria tak bermoral yang sejak awal ia datang sudah mengganggunya. Tak banyak kata yang terucap dari pria berbadan tegap itu. Dia hanya menatap Daniel dengan tatapan membunuh lalu memberi kode pada Zahra untuk keluar dari temp

  • Imam Tak Sempurna   Neraka Dimulai

    Pagi pertama di kediaman Alvino diawali Zahra dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semenjak menikah, pria itu sudah memutuskan hanya akan makan makanan buatana sang istri. Karena hingga saat ini ia masih belum bisa percaya pada semua penghuni rumah ini. Sementara pada wanita ini … entah mengapa ia memiliki sedikit kepercayaan. Roti panggang selai kacang dan segelas jus wortel campur tomat sudah siap untuk suaminya. Kali ini ia menyiapkan porsi lebih, berjaga-jaga kalau dirinya harus makan sisanya lagi. Pikirnya jika ia membuatkan sedikit lebih banyak, maka lelaki itu juga akan makan lebih banyak. Selain jus, ia juga membawakan air putih hangat. Langkah Zahra terhenti kala seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya menghadang jalannya. Dengan tatapan menilai, pria yang ia perkirakan seusia dengan suaminya atau mungk

  • Imam Tak Sempurna   Kamu Harus Melayaniku

    Zahra melangkah ragu-ragu menuju kamar suaminya. Entah mengapa wanita yang baru menjadi nyonya Alvino tersebut merasa terganggu dengan ucapan iparnya barusan. Bulu kuduknya meremang mengingat kalimatnya yang mirip ancaman. Apa memang semua oerang di rumah ini tidak menginginkannya? Tapi … bukankah mama mertuanya tersebut sangat ramah saat pertama kali bertemu dengannya di rumah sakit waktu itu? Tak terasa kaki Zahra sudah sampai di depan pintu katu jati dengan ukiran khas Jepara yang sangat elegan. Ia yang sudah diberi tahu kalau di sini letak kamar suaminya merasa gugup saat tangannya hendak memutar kenop. Meskipun sedikit kesusahan, Zahra mencoba meengetuk pintu sebelum masuk ke kamar tersebut. Kamar seorang pria yang telah mengucapkan ijab qabul kemarin. Setelah mendapat jawaban dari sang empunya kamar, ia membuka pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Lalu berjalan pelan tanpa menimbulk

  • Imam Tak Sempurna   Selamat Datang di Neraka

    Zahra yang baru pertama kali duduk berdampingan dengan seorang pria, merasa jantungnya mau copot. Meskipun suaminya sendiri, tapi tetap saja rasa gugup itu mendominasinya. Gadis berhijab itu tak sadar jika duduknya yang gelisah membuat pria yang duduk di sebelahnya terganggu.“Kamu sedang apa? Kenapa tak bisa diam?”“Maaf, Mas. Aku … hanya nerveous.”Setelah mengatakan itu, hanya keheningan yang mendominasi mobil. Perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih satu jam. Dan itu membuat Zahra tersiksa. Mati-matian ia menahan gugup dan gelisah hingga keringat dingin membanjiri tubuhnya. Sesekali Eksan melirik bosnya melalui kaca spion di atas kepalanya. Sudut bibirnya sedikit tertarik saat netranya menangkap senyum tipis di wajah bosnya yang selalu terlihat garang.“Apa kamu takut padaku?” ucap Alvino tiba-tiba menyentak lamunan Zahra.“Ti—tidak.”“Kenapa gugup begitu ka

  • Imam Tak Sempurna   Hari Pernikahan

    Tubuh Zahra melemas. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar-putar. Akibat menangis yang terlalu lama, ditambah berita yang menyesakkan dada, gadis yang diangkat anak oleh Rudi ini semakin tak berdaya. Hampir saja ia limbung kalau tak berpegangan pada pinggir ranjang sang ayah.“Apa tidak terlalu cepat, Bu, Tan? Kami bahkan belum saling mengenal satu sama lain,” ucapnya akhirnya setelah mampu menguasai dirinya kembali.“Niat baik harus disegerakan. Orang tua sudah sama-sama setuju. Tante yakin Alvino juga bakalan setuju. Tenang aja, kamu tidak perlu bekerja apapun nantinya. Cukup mengurus suamimu saja.”“Tolong, Nak, terimalah. Demi ayah,” sahut Rudi yang menangkap keraguan di wajah putri angkatnya.Zahra menghela nafas dalam. Menatap semua orang di dalam ruangan itu bergantian sebelum mengangguk. Tak ada pilihan lain. Semua sudah ditentukan dan dia tak bisa melakukan apapun selain menerima. Apa pendapatnya akan diden

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status