"Fania ... Fania ... apa kau pikir aku pengemis cinta? atau jangan-jangan kau pikir, aku seseorang yang akan memungut sampah yang telah ku buang? Tidak, Fania! Aku sama sekali tidak memiliki jiwa pengemis!" cetus Nadia pedas. "Kalau tidak, terus kenapa kau memintaku menceraikan Ridel? Ingat Nadia, aku bukan lagi bagian dari keluarga Mauren! Jadi kalian sama sekali tak punya hak untuk mengaturku, apalagi masalah pernikahan. Aku sama sekali tidak akan pernah menceraikan Ridel! Silahkan tinggalkan kontrakan ini!" tegas Fania murka. Nadia melangkah menuju pintu keluar, kemudian membalikkan badannya dan berkata dengan lembut, "Karena kau bukanlah bagian dari keluarga Mauren, maka kami tidak akan segan-segan menghancurkan mu. Aku hanya ingin memberimu nasehat, waktu mu dua hari untuk mengajukan cerai ke pengadilan!" "Apa maksudmu, Brengsek!" teriak Fania marah. "Sstthhh ... jangan keras-keras, nanti ada yang dengar," ujar Nadia tersenyum mengejek, "Kau tahu sendiri kan, sekarang Per
Namun, mendapatkan tatapan tajam dari sang sahabat membuat Alex secara refleks menutup mulutnya dan mengumpat di dalam hati. Dasar mulut tidak bisa diajak kompromi! Eits ... tunggu dulu, apa mungkin Ridel benar-benar jatuh cinta pada Fania? Apa mungkin tanpa disadari Ridel, Fania berlahan telah menggantikan posisi Nadia di hati Ridel? Melihat kemarahan dari sinar mata Ridel, Alex yakin pasti ada yang tak beres dengan gugatan cerai Fania. "Terus, apa kau akan menerima begitu saja permintaan Fania untuk bercerai? Setelah kehilangan semua hartanya, kenapa dia baru mau bercerai sekarang? Apa mungkin dia berpikir, kau merupakan sosok pembawa sial untuk hidupnya?" tanya Alex memastikan. "Semua gara-gara wanita brengsek itu! Sepertinya mereka benar-benar ingin dihancurkan! Ternyata setiap pelajaran dan kesempatan yang kuberikan, bukannya membuat mereka sadar, tapi sebaliknya. Mereka justru menjadi-jadi!" geram Ridel murka. Ya! Dengan kecanggihan ponsel miliknya, maka mudah bagi
*** Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, akhirnya pengadilan mengabulkan gugatan cerai Fania. Begitu putusan pengadilan keluar, sang pengacara langsung saja memberitahukan kabar baik itu kepada Nadia. "Yes ... akhirnya kau bercerai juga! Kalau rumah tanggaku gagal, maka aku tidak akan pernah mengizinkan rumah tangga mantan kakakku mulus tanpa ada duri yang menggoreskan luka," geram Nadia. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Nadia langsung saja mengirim pesan kepada Fania. [Bukankah keputusan sudah keluar? Temui aku sekarang juga! Aku akan Sherlock lokasinya.] Wajah Fania merah menahan marah, ketika membaca pesan dari mantan adiknya, Nadia Mauren. Melihat ekspresi Fania yang tak bersahabat, Ridel memilih diam. Tanpa bertanya pun, Ridel dapat menebak pasti itu pesan dari keluarga Mauren. Demi keselamatan Fania, diam-diam dia meminta anak buah menjaga sang istri selama dua puluh empat jam. Jadi ke manapun Fania pergi, akan ada orang yang mengawasinya
*** “Apa? Kau hanya bercanda, kan?” tanya Putra tidak percaya ketika mendengar curhatan Alex sahabatnya. “Apa katamu? Bercanda? Kenapa tak kau tanyakan langsung kepada orangnya? Bukankah dia berada di sini?” ujar Alex kesal ketika Putra meragukan ucapannya. Mendapatkan anggukan Ridel sontak saja membuat Putra terkejut bukan kepalang. “Apa kau sudah gila, Ridel? Menghadirkan Majelis Hakim palsu dan membuat keputusan? Bagaimana kalau sampai ketahuan, ha?” pekik Putra terkejut. Ya! Majelis Hakim yang melakukan proses persidangan, bukanlah yang asli melainkan hanyalah orang pengganti yang postur tubuhnya mirip. Itulah kenapa selama sidang selalu memakai masker dengan alasan lagi flu. Anak buah Alex ditugaskan oleh Ridel untuk memasukkan obat tidur ke dalam air mineral dengan dosis yang sudah diatur, agar bangun tepat waktu. Sedangkan Adrian ditugaskan untuk mengawasi sekaligus menghapus jejak persidangan yang dilakukan Majelis Hakim palsu. “Kalau sampai ada orang lain tahu
"Aku merusak mobil Mu? Kapan?" tanya Ridel pura-pura tidak tahu. BRAKKK!!!! Ridel terkejut, ketika Ana mengebrak meja kerjanya dengan keras. "Kau pikir dengan kacamata hitam mu tadi, terus aku tidak bisa mengenali mu! Begitu? Tidak, Ridel! Tadi aku diam, karena ada Bos besar!" "Ok! Aku mengaku salah. Aku telah menabrak mobilmu, bukan itu saja bahkan tadi aku berpura-pura tidak mengenal mu. Apa sekarang kau puas?" ketus Ridel kesal, karena lamunannya tentang Fania buyar ketika Ana masuk tanpa permisi. "Posisi mu di sini tidak main-main, Brengsek! Jadi aku mau kamu membayar hutangmu sekarang juga, karena aku butuh uang itu!" Ana meletakkan tangannya di atas meja dan memajukan wajahnya menatap tajam kearah Ridel. "Apa-apaan sih? Bukankah waktu itu, kau memberiku waktu satu tahun? Satu tahun, Ana. Jangankan satu tahun, bahkan satu semester saja belum sampai," protes Ridel tidak bergerak dari posisinya, dia bingung harus menghadapi gadis itu dengan cara apa. Sejujurnya bagi Rid
*** Tak terasa hampir seminggu Ridel bekerja di Perusahaan RnB. Ridel cemas, ketika mengetahui kalau Fania sama sekali tidak pernah melamar di Perusahaan ITr maupun salah satu Perusahaan Adrian. Kecemasannya bertambah ketika mengetahui kalau di Perusahaan Alex juga tidak ada pegawai yang bernama Fania Tzu. Tanpa menunggu lagi, Ridel langsung saja mendatangi ruangan Alex dan melabraknya. “Sebegitu sulitkah bagimu mengatur posisi yang cocok untuk Fania di Perusahaan milik ayahmu?” ketus Ridel. Jelas sekali terlihat kekesalan dari sinar matanya. Alex tidak mengatakan apa-apa, tapi dia justru merogoh ponsel dari saku jasnya, kemudian menelepon dan mengaktifkan loud spieker. “Putra, kau kalah taruhan. Bukankah sudah ku katakan, pasti tak sampai seminggu Ridel akan melabrak ku. Buktinya? Kini dia berada didepan ku dengan wajah kusam." “Sial! Kenapa pria bucin itu tidak pernah memberiku kesempatan untuk menang?” terdengar suara mengumpat Putra dari seberang. “Terima kasih,
Alex terdiam, baginya ini merupakan keputusan tersulit. Disatu sisi dia ingin mengabulkan keinginan sahabatnya, sedangkan disisi lain dia juga tidak mau mengecewakan Bernad Liu yang mempercayakan Perusahaan ke tangannya untuk sementara waktu. Sejujurnya Bernad Liu lah yang menciptakan drama kecil, hingga Fania Tzu bisa masuk ke anak cabang Perusahaan RnB. Bernad Liu tahu persis masalah demi masalah yang dihadapi Fania akan sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Baginya mengarahkan Fania ke anak cabang Perusahaan itu sudah merupakan keputusan yang tepat, karena selain menguntungkan perusahan itu juga menguntungkan Fania. Alex menatap Ridel dalam diam. Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa agar Ridel tidak curiga? “Tarik Fania ke sini sekarang juga, Alex!” Ridel mengulangi perintahnya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Alex membuat pilihan, “Tidak, Ridel! Tanpa adanya persetujuan ayahmu, aku tidak akan pernah melakukannya! Apalagi ini menyangkut Fania.” “Kenapa deng
“Sebagai CEO sebenarnya saya tidak perlu turun tangan langsung, tapi berhubung dalam hal ini ada hubungannya dengan dua orang penting dalam hidupku. Jadi aku memilih turun tangan langsung. Hari ini ada penambahan karyawan baru, kau ke sini,” ujar Bernad Liu melalui mikrofon. Ridel dan Alex terkejut melihat sesosok wanita yang sedang melangkah mendekati Bernad Liu. “Kenalkan, namanya Fania Tzu dari Perusahaan A yang diminta langsung ke sini untuk menggantikan posisi Ridel,” ujar Bernad Liu menatap Ridel tanpa berkedip, “ Mulai sekarang Ridel bertugas sebagai personal asistennya Ibu Fania.” Ridel tidak menjawab, dia dan sang adik memilih menundukkan kepalanya. Mereka tak menyangka kalau direktur justru akan memberitahu hal itu kepada sang ayah langsung. “Kalau Ridel menjadi personal asisten, terus bagaimana dengan Ana, Pak?” tanya Alex terkejut. “Ana akan tetap pada posisinya, jadi dalam hal pekerjaan Ridel harus mendengarkan Ana. Lagipula dibandingkan dengan Ridel, saya rasa