*** “Apa? Kau hanya bercanda, kan?” tanya Putra tidak percaya ketika mendengar curhatan Alex sahabatnya. “Apa katamu? Bercanda? Kenapa tak kau tanyakan langsung kepada orangnya? Bukankah dia berada di sini?” ujar Alex kesal ketika Putra meragukan ucapannya. Mendapatkan anggukan Ridel sontak saja membuat Putra terkejut bukan kepalang. “Apa kau sudah gila, Ridel? Menghadirkan Majelis Hakim palsu dan membuat keputusan? Bagaimana kalau sampai ketahuan, ha?” pekik Putra terkejut. Ya! Majelis Hakim yang melakukan proses persidangan, bukanlah yang asli melainkan hanyalah orang pengganti yang postur tubuhnya mirip. Itulah kenapa selama sidang selalu memakai masker dengan alasan lagi flu. Anak buah Alex ditugaskan oleh Ridel untuk memasukkan obat tidur ke dalam air mineral dengan dosis yang sudah diatur, agar bangun tepat waktu. Sedangkan Adrian ditugaskan untuk mengawasi sekaligus menghapus jejak persidangan yang dilakukan Majelis Hakim palsu. “Kalau sampai ada orang lain tahu
"Aku merusak mobil Mu? Kapan?" tanya Ridel pura-pura tidak tahu. BRAKKK!!!! Ridel terkejut, ketika Ana mengebrak meja kerjanya dengan keras. "Kau pikir dengan kacamata hitam mu tadi, terus aku tidak bisa mengenali mu! Begitu? Tidak, Ridel! Tadi aku diam, karena ada Bos besar!" "Ok! Aku mengaku salah. Aku telah menabrak mobilmu, bukan itu saja bahkan tadi aku berpura-pura tidak mengenal mu. Apa sekarang kau puas?" ketus Ridel kesal, karena lamunannya tentang Fania buyar ketika Ana masuk tanpa permisi. "Posisi mu di sini tidak main-main, Brengsek! Jadi aku mau kamu membayar hutangmu sekarang juga, karena aku butuh uang itu!" Ana meletakkan tangannya di atas meja dan memajukan wajahnya menatap tajam kearah Ridel. "Apa-apaan sih? Bukankah waktu itu, kau memberiku waktu satu tahun? Satu tahun, Ana. Jangankan satu tahun, bahkan satu semester saja belum sampai," protes Ridel tidak bergerak dari posisinya, dia bingung harus menghadapi gadis itu dengan cara apa. Sejujurnya bagi Rid
*** Tak terasa hampir seminggu Ridel bekerja di Perusahaan RnB. Ridel cemas, ketika mengetahui kalau Fania sama sekali tidak pernah melamar di Perusahaan ITr maupun salah satu Perusahaan Adrian. Kecemasannya bertambah ketika mengetahui kalau di Perusahaan Alex juga tidak ada pegawai yang bernama Fania Tzu. Tanpa menunggu lagi, Ridel langsung saja mendatangi ruangan Alex dan melabraknya. “Sebegitu sulitkah bagimu mengatur posisi yang cocok untuk Fania di Perusahaan milik ayahmu?” ketus Ridel. Jelas sekali terlihat kekesalan dari sinar matanya. Alex tidak mengatakan apa-apa, tapi dia justru merogoh ponsel dari saku jasnya, kemudian menelepon dan mengaktifkan loud spieker. “Putra, kau kalah taruhan. Bukankah sudah ku katakan, pasti tak sampai seminggu Ridel akan melabrak ku. Buktinya? Kini dia berada didepan ku dengan wajah kusam." “Sial! Kenapa pria bucin itu tidak pernah memberiku kesempatan untuk menang?” terdengar suara mengumpat Putra dari seberang. “Terima kasih,
Alex terdiam, baginya ini merupakan keputusan tersulit. Disatu sisi dia ingin mengabulkan keinginan sahabatnya, sedangkan disisi lain dia juga tidak mau mengecewakan Bernad Liu yang mempercayakan Perusahaan ke tangannya untuk sementara waktu. Sejujurnya Bernad Liu lah yang menciptakan drama kecil, hingga Fania Tzu bisa masuk ke anak cabang Perusahaan RnB. Bernad Liu tahu persis masalah demi masalah yang dihadapi Fania akan sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Baginya mengarahkan Fania ke anak cabang Perusahaan itu sudah merupakan keputusan yang tepat, karena selain menguntungkan perusahan itu juga menguntungkan Fania. Alex menatap Ridel dalam diam. Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa agar Ridel tidak curiga? “Tarik Fania ke sini sekarang juga, Alex!” Ridel mengulangi perintahnya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Alex membuat pilihan, “Tidak, Ridel! Tanpa adanya persetujuan ayahmu, aku tidak akan pernah melakukannya! Apalagi ini menyangkut Fania.” “Kenapa deng
“Sebagai CEO sebenarnya saya tidak perlu turun tangan langsung, tapi berhubung dalam hal ini ada hubungannya dengan dua orang penting dalam hidupku. Jadi aku memilih turun tangan langsung. Hari ini ada penambahan karyawan baru, kau ke sini,” ujar Bernad Liu melalui mikrofon. Ridel dan Alex terkejut melihat sesosok wanita yang sedang melangkah mendekati Bernad Liu. “Kenalkan, namanya Fania Tzu dari Perusahaan A yang diminta langsung ke sini untuk menggantikan posisi Ridel,” ujar Bernad Liu menatap Ridel tanpa berkedip, “ Mulai sekarang Ridel bertugas sebagai personal asistennya Ibu Fania.” Ridel tidak menjawab, dia dan sang adik memilih menundukkan kepalanya. Mereka tak menyangka kalau direktur justru akan memberitahu hal itu kepada sang ayah langsung. “Kalau Ridel menjadi personal asisten, terus bagaimana dengan Ana, Pak?” tanya Alex terkejut. “Ana akan tetap pada posisinya, jadi dalam hal pekerjaan Ridel harus mendengarkan Ana. Lagipula dibandingkan dengan Ridel, saya rasa
Pernikahan kita boleh saja berawal dari suatu keterpaksaan, tapi tidak dengan perceraian. Kalau bercerai itu murni keinginan mu, maka aku akan kabulkan. Keluarga Mauren boleh saja bermain curang, jadi apa salahnya kalau aku mengikuti permainan mereka? Sebaiknya untuk sementara waktu, kau tak perlu tahu akte nikah dalam genggaman mu adalah palsu. "Untuk melupakan masa lalu dan memulai hidup baru, aku memilih bekerja di perusahaan kecil itu. Namun, aku tak menyangka pilihanku justru membawaku ke perusahaan besar. Bukan itu saja, aku bahkan harus dipertemukan denganmu sebagai bawahan ku," ujar Fania terlihat kesal. "Jangan memilih melupakan, karena itu hanya akan menambah luka. Tapi, cobalah menerima dengan ikhlas dan menjadikan itu sebagai pengalaman hidup. Mungkin itu adalah pilihan yang tepat," ujar Ridel memberi nasehat.Fania diam membisu. Meskipun dia tahu nasehat Ridel merupakan pilihan yang tepat. Namun, dia juga tak bisa bohong, dia tak bisa mengikhlaskan kalau kini merek
Ditambah lagi Ridel ke kantor beriringan dengan orang terpenting di Perusahaan RnB, Bernad Liu. Jadi mereka yakin ada hubungan yang tak biasa, hingga Ridel bisa masuk dan menduduki posisi yang tak main-main. Tanpa menyapa, Ridel langsung saja buru-buru keluar kantor dan mencari caffe terdekat untuk membeli coffee mate pesanan Fania. Tiba-tiba …. Brakkk !!! Seseorang yang juga tergesa-gesa, tak sengaja menabrak Ridel hingga ke duanya jatuh di trotoar jalan. Tidak mau menjadi masalah, Ridel segera meminta maaf. Walaupun posisinya, pria itulah yang menabrak Ridel. "Setelah menabrak dan membuatku terjatuh terus hanya meminta maaf? Apa itu pantas untuk orang seperti kamu? Lihat dirimu!" bentak pria itu emosi. “Saya tidak apa-apa, Pak. Hanya sedikit basah saja, karena tadi jatuhnya pas di genangan air kotor. Bagaimana dengan bapak? Apa bapak terluka?” tanya Ridel khawatir. “Apa kau pikir aku sedang mengkhawatirkan dirimu? Tidak, brengsek! Mau kau terluka atau tidak, itu sam
Ridel diam membisu, dia hanya dapat menundukkan kepalanya. Sedangkan Alex menahan tawanya. Mati aku! Ayah pasti bakal marah besar! "Jadi pria tak tahu diri ini bekerja di sini? Kau sangat tidak cocok berada di Perusahaan RnB!" Pria itu menatap Ridel dengan hina. Kurang ajar, berani sekali menghina putraku? Aku ingin melihat seberapa kuat Perusahaan mu tanpa RnB! Melihat wajah Bernad Liu yang emosi, segera saja Alex angkat bicara. "Maaf pak, bisakah kita langsung pada topik pembicaraan?" “Silahkan! Tapi maaf aku sudah kehausan, apakah saya bisa meminta mu membelikan satu jus sirsak untukku?” tanya pria itu menatap Ridel dengan remeh. “Saya keberatan, Pak. Dia di sini bukan sebagai pelayan. Dia khusus diperbantukan dalam pekerjaan saya, dan saya tidak suka Anda bersikap seenaknya kepada bawahan saya.” Fania yang sangat mengenal Ridel, bisa menebak kalau pakaian Ridel yang basah sudah pasti ada andil dari pria yang tidak punya sopan santun itu. "Tapi Bu, saya hanya meminta ju