“Masih belum mendapatkan keputusan, karena aku menolaknya dengan sejumlah alasan. Lagipula aku dan Fernando belum enam bulan pisah rumah, jadi permohonan cerai Fernando belum terkabulkan.” “Kenapa kau mengulur waktu? Bukankah kau tak pernah mencintainya?” “Karena kondisi Perusahaan lagi kacau, jadi Perusahaan Galaxy akan benar-benar hancur kalau sampai aku bercerai dengan Fernando. Aku membutuhkannya untuk mendapatkan investor,” ujar Nadia menarik nafas panjang. Dokter Albert hanya menganggukkan kepalanya, sebagai tanda kalau dia paham ke mana arah pembicaraan Nadia. “Oh ya, apa kau punya ide agar Fania bercerai dengan Ridel?” tanya Nadia. “Itu mudah saja, gunakan Ridel. Bukankah kelemahan dia sekarang itu suaminya?” Seulas senyum terbentuk di bibir ranum Nadia. Kini dia tahu harus melakukan apa untuk memisahkan Fania dan Ridel. *** Jam telah menunjukkan pukul 04.00 Wita. Ridel menyaksikan suasana dari seberang, di sana semua wartawan dari seluruh stasiun televisi d
"Fania ... Fania ... apa kau pikir aku pengemis cinta? atau jangan-jangan kau pikir, aku seseorang yang akan memungut sampah yang telah ku buang? Tidak, Fania! Aku sama sekali tidak memiliki jiwa pengemis!" cetus Nadia pedas. "Kalau tidak, terus kenapa kau memintaku menceraikan Ridel? Ingat Nadia, aku bukan lagi bagian dari keluarga Mauren! Jadi kalian sama sekali tak punya hak untuk mengaturku, apalagi masalah pernikahan. Aku sama sekali tidak akan pernah menceraikan Ridel! Silahkan tinggalkan kontrakan ini!" tegas Fania murka. Nadia melangkah menuju pintu keluar, kemudian membalikkan badannya dan berkata dengan lembut, "Karena kau bukanlah bagian dari keluarga Mauren, maka kami tidak akan segan-segan menghancurkan mu. Aku hanya ingin memberimu nasehat, waktu mu dua hari untuk mengajukan cerai ke pengadilan!" "Apa maksudmu, Brengsek!" teriak Fania marah. "Sstthhh ... jangan keras-keras, nanti ada yang dengar," ujar Nadia tersenyum mengejek, "Kau tahu sendiri kan, sekarang Per
Namun, mendapatkan tatapan tajam dari sang sahabat membuat Alex secara refleks menutup mulutnya dan mengumpat di dalam hati. Dasar mulut tidak bisa diajak kompromi! Eits ... tunggu dulu, apa mungkin Ridel benar-benar jatuh cinta pada Fania? Apa mungkin tanpa disadari Ridel, Fania berlahan telah menggantikan posisi Nadia di hati Ridel? Melihat kemarahan dari sinar mata Ridel, Alex yakin pasti ada yang tak beres dengan gugatan cerai Fania. "Terus, apa kau akan menerima begitu saja permintaan Fania untuk bercerai? Setelah kehilangan semua hartanya, kenapa dia baru mau bercerai sekarang? Apa mungkin dia berpikir, kau merupakan sosok pembawa sial untuk hidupnya?" tanya Alex memastikan. "Semua gara-gara wanita brengsek itu! Sepertinya mereka benar-benar ingin dihancurkan! Ternyata setiap pelajaran dan kesempatan yang kuberikan, bukannya membuat mereka sadar, tapi sebaliknya. Mereka justru menjadi-jadi!" geram Ridel murka. Ya! Dengan kecanggihan ponsel miliknya, maka mudah bagi
*** Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, akhirnya pengadilan mengabulkan gugatan cerai Fania. Begitu putusan pengadilan keluar, sang pengacara langsung saja memberitahukan kabar baik itu kepada Nadia. "Yes ... akhirnya kau bercerai juga! Kalau rumah tanggaku gagal, maka aku tidak akan pernah mengizinkan rumah tangga mantan kakakku mulus tanpa ada duri yang menggoreskan luka," geram Nadia. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Nadia langsung saja mengirim pesan kepada Fania. [Bukankah keputusan sudah keluar? Temui aku sekarang juga! Aku akan Sherlock lokasinya.] Wajah Fania merah menahan marah, ketika membaca pesan dari mantan adiknya, Nadia Mauren. Melihat ekspresi Fania yang tak bersahabat, Ridel memilih diam. Tanpa bertanya pun, Ridel dapat menebak pasti itu pesan dari keluarga Mauren. Demi keselamatan Fania, diam-diam dia meminta anak buah menjaga sang istri selama dua puluh empat jam. Jadi ke manapun Fania pergi, akan ada orang yang mengawasinya
*** “Apa? Kau hanya bercanda, kan?” tanya Putra tidak percaya ketika mendengar curhatan Alex sahabatnya. “Apa katamu? Bercanda? Kenapa tak kau tanyakan langsung kepada orangnya? Bukankah dia berada di sini?” ujar Alex kesal ketika Putra meragukan ucapannya. Mendapatkan anggukan Ridel sontak saja membuat Putra terkejut bukan kepalang. “Apa kau sudah gila, Ridel? Menghadirkan Majelis Hakim palsu dan membuat keputusan? Bagaimana kalau sampai ketahuan, ha?” pekik Putra terkejut. Ya! Majelis Hakim yang melakukan proses persidangan, bukanlah yang asli melainkan hanyalah orang pengganti yang postur tubuhnya mirip. Itulah kenapa selama sidang selalu memakai masker dengan alasan lagi flu. Anak buah Alex ditugaskan oleh Ridel untuk memasukkan obat tidur ke dalam air mineral dengan dosis yang sudah diatur, agar bangun tepat waktu. Sedangkan Adrian ditugaskan untuk mengawasi sekaligus menghapus jejak persidangan yang dilakukan Majelis Hakim palsu. “Kalau sampai ada orang lain tahu
"Aku merusak mobil Mu? Kapan?" tanya Ridel pura-pura tidak tahu. BRAKKK!!!! Ridel terkejut, ketika Ana mengebrak meja kerjanya dengan keras. "Kau pikir dengan kacamata hitam mu tadi, terus aku tidak bisa mengenali mu! Begitu? Tidak, Ridel! Tadi aku diam, karena ada Bos besar!" "Ok! Aku mengaku salah. Aku telah menabrak mobilmu, bukan itu saja bahkan tadi aku berpura-pura tidak mengenal mu. Apa sekarang kau puas?" ketus Ridel kesal, karena lamunannya tentang Fania buyar ketika Ana masuk tanpa permisi. "Posisi mu di sini tidak main-main, Brengsek! Jadi aku mau kamu membayar hutangmu sekarang juga, karena aku butuh uang itu!" Ana meletakkan tangannya di atas meja dan memajukan wajahnya menatap tajam kearah Ridel. "Apa-apaan sih? Bukankah waktu itu, kau memberiku waktu satu tahun? Satu tahun, Ana. Jangankan satu tahun, bahkan satu semester saja belum sampai," protes Ridel tidak bergerak dari posisinya, dia bingung harus menghadapi gadis itu dengan cara apa. Sejujurnya bagi Rid
*** Tak terasa hampir seminggu Ridel bekerja di Perusahaan RnB. Ridel cemas, ketika mengetahui kalau Fania sama sekali tidak pernah melamar di Perusahaan ITr maupun salah satu Perusahaan Adrian. Kecemasannya bertambah ketika mengetahui kalau di Perusahaan Alex juga tidak ada pegawai yang bernama Fania Tzu. Tanpa menunggu lagi, Ridel langsung saja mendatangi ruangan Alex dan melabraknya. “Sebegitu sulitkah bagimu mengatur posisi yang cocok untuk Fania di Perusahaan milik ayahmu?” ketus Ridel. Jelas sekali terlihat kekesalan dari sinar matanya. Alex tidak mengatakan apa-apa, tapi dia justru merogoh ponsel dari saku jasnya, kemudian menelepon dan mengaktifkan loud spieker. “Putra, kau kalah taruhan. Bukankah sudah ku katakan, pasti tak sampai seminggu Ridel akan melabrak ku. Buktinya? Kini dia berada didepan ku dengan wajah kusam." “Sial! Kenapa pria bucin itu tidak pernah memberiku kesempatan untuk menang?” terdengar suara mengumpat Putra dari seberang. “Terima kasih,
Alex terdiam, baginya ini merupakan keputusan tersulit. Disatu sisi dia ingin mengabulkan keinginan sahabatnya, sedangkan disisi lain dia juga tidak mau mengecewakan Bernad Liu yang mempercayakan Perusahaan ke tangannya untuk sementara waktu. Sejujurnya Bernad Liu lah yang menciptakan drama kecil, hingga Fania Tzu bisa masuk ke anak cabang Perusahaan RnB. Bernad Liu tahu persis masalah demi masalah yang dihadapi Fania akan sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Baginya mengarahkan Fania ke anak cabang Perusahaan itu sudah merupakan keputusan yang tepat, karena selain menguntungkan perusahan itu juga menguntungkan Fania. Alex menatap Ridel dalam diam. Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa agar Ridel tidak curiga? “Tarik Fania ke sini sekarang juga, Alex!” Ridel mengulangi perintahnya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Alex membuat pilihan, “Tidak, Ridel! Tanpa adanya persetujuan ayahmu, aku tidak akan pernah melakukannya! Apalagi ini menyangkut Fania.” “Kenapa deng
___ "Tidak! Pasti buka, Ridel," teriak Fania tersadar dari pingsannya. "Apakah anda baik-baik saja? Tadi anda pingsan di bandara. Jadi kami melarikan mu ke rumah sakit." "Saya tidak butuh ke rumah sakit. Turunkan aku di sini saja, aku mau menemui Ridel!" tegas Fania dengan pikiran kacau. "Kalau yang kau maksud itu Ridel Liu seorang pengusaha muda. Maka kau tidak perlu turun, karena ambulance ini kebetulan akan menuju ke rumah sakit di mana Ridel berada." "Berita yang sedang beredar itu bohong, kan? Ridel tidak mungkin meninggal, kan?" teriak Fania histeris. Bukannya memberi jawaban, mereka justru diam membisu. Begitu tiba di rumah sakit, Fania langsung saja turun dan berlari menuju di mana ruangan Ridel berada. "Berita yang beredar luas itu bohong, kan, Alex?! Ridel tidak mungkin meninggal, kan? Jawab!" teriak Fania mengguncang pundak Alex ketika dia melihat Alex. Airmata terus saja mengalir membasahi wajah cantiknya. Tangisan Fania meledak, ketika dua perawat mendor
*** Raya mundur selangkah demi selangkah, kakinya terasa lemas. Tubuh yang lemah itu jatuh hampir menyentuh lantai kalau saja terlambat ditangkap oleh sang suami yang baru saja selesai mengangkat telepon dari anak keduanya. "Putra kita tidak mungkin meninggal kan, yah? Aku pasti sedang bermimpi! Bangunkan aku. Aku ingin melihat putraku," bisik Raya lemah.Dia membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Pakaian yang dikenakan Liu basah oleh airmata sang istri. Sejenak Bernad Liu diam membisu, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut si istri, sampai akhirnya dia memilih bertanya, "Dokter, apa yang dikatakan istriku benar? Apa Anda tidak salah memberi informasi?" airmata mengalir dari kelopak mata Liu. Hatinya terluka, luka yang tidak bisa diobati dengan cara apapun. Dokter menatap pasangan suami istri itu, bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pasangan suami istri ini justru menangis? Apa aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan mereka? Tapi apa?! Buk
Tidak ingin mengambil resiko, dokter langsung saja menelepon Direktur dan memintanya datang ke ruangan Ridel segera. Tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Direktur mengirim pesan kepada sang dokter yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari negeri seberang untuk menangani Ridel. [Setelah penandatanganan kontrak ini, aku langsung ke sana. Aku sudah menyuruh asistenku menemui kamu lebih dulu. Maaf atas ketidak-nyamanannya. Aku harap kamu maklum, keluarga Liu masih shock akan kejadian yang menimpah putra tunggal mereka.] Ya! Yang ada dipikiran Direktur rumah sakit hanya satu, pasti keluarga Liu tidak mengisinkan sahabatnya masuk. Direktur merasa itu wajar karena sahabatnya itu sama sekali tidak memiliki garis wajah orang Indonesia atau negara lainnya di Asia, karena dia murni keturunan barat. Setelah penandatanganan selesai, Direktur langsung melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan Ridel. ‘Astaga! Apa sebenarnya yang ada dibe
*** Akhirnya Fania dapat bernafas lega ketika pesawat mendarat dengan selamat di negera kebanggaannya, Indonesia. Bagaimana caraku masuk ke dalam rumah sakit? Pasti penjagaan di dalam sangat ketat, apalagi ini berkaitan dengan percobaan pembunuhan! Bagaimana kalau kepulangan ku kali ini justru membuat kondisi Ridel semakin memburuk? Bukankah Ridel sangat membenciku? Bagaimana juga kondisi si kembar? Kenapa aku harus jatuh cinta pada pria yang tidak bisa mencintaiku? Kalau dia menyayangi si kembar itu wajar, walau bagaimanapun dalam darah si kembar mengalir darahnya! Pertanyaan, keraguan, ketakutan, menjadi satu dalam benak Fania. Namun kerinduan mengalahkan semuanya. Ya! Lama berada di negeri seberang membuat Fania merindukan si kembar dan Ridel. Apalagi kejadian di malam panas itu membuat Fania sadar kalau tidak ada satu orangpun yang mampu menggantikan Ridel dihatinya. Dengan tekad yang bulat, Fania menyusun rencana sebaik mungkin. Karena hanya dengan rencana yang matang maka d
***"Kamu," menunjuk salah satu perawat. "Ambil obat yang tertulis diresep ini sekarang juga!" Dokter itu memberikannya kertas yang bertuliskan resep obat. Jelas sekali ketegangan dari pancaran mata dokter itu.Ketakutan Bernad Liu dan Raya semakin bertambah ketika melihat satu demi satu dokter berlarian memasuki ruang perawatan Ridel. Apalagi ketika ada alat-alat lain yang juga didorong memasuki ruangan.Melihat hal itu membuat Raya ketakutan dan berbisik lemah di telinga sang suami, "Putra kita akan baik-baik saja, kan?" airmata kembali lolos dari pelupuk mata wanita yang berstatus ibu dari pasien yang tengah berjuang diujung kematiannya.Setelah menunggu lama akhirnya seorang dokter membuka pintu.Suami istri itu langsung berlari kearah dokter dengan airmata yang tidak terbendung. "Bagaimana keadaan anak kami, dokter? Dia baik-baik saja kan!"Dokter itu menatap pasangan suami-istri itu, kemudian menarik nafas panjang."Dokter, bagaimana putra saya?" Raya kembali bertanya ketakutan.
“Tidak! Tidak mungkin!” Alvaro menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Kau berbohong kan, Nak? Bukankah waktu itu kau sendiri yang mengatakan pada ayah tiga tahu lalu? Bukan itu saja, bahkan bajingan ini bersedia berlutut dan memohon ampun pada ayah,” ketus Alvaro tidak percaya. “Pelakunya adalah bos di mana ayah bekerja. Pria bejat itu tahu persis, malam itu ayah tidak bisa membawa laporan secara langsung padanya. Karena kondisi ibu yang menurun drastis. Bukan hanya memperkosaku saja, tapi pria itu juga mau melemparkan aku ke bawah jembatan yang ber-air deras agar aku meninggal. Hanya dengan cara itu, dia bisa tenang menjalani hidupnya,” ujar Nanda lemas, hatinya terasa hancur.Ya! Hati Nanda hancur, ketika mengingat kejadian tragis yang menimpahnya tiga tahun lalu. Dia bahkan harus rela membatalkan pernikahan secara sepihak, tanpa alasan apapun. Sekarang hati Nanda tambah hancur, ketika menemukan sang ayah justru membuat Ridel harus terbaring koma dengan kemungkinan hidup yang sangat
"Sudah aku katakan, bukan aku pelakunya! Anda bertugas sebagai polisi, tapi inikah cara kalian meng-interogasi masyarakat kelas bawah? Lepaskan aku, Brengsek! Negara membayar kalian bukan untuk membeda-bedakan masyarakat!" umpat Alvaro semakin emosi. "Kami akui, kamu sangat pintar dan teliti sehingga mampu membuat polisi sama sekali tidak menemukan bukti apapun! Mungkin kalau tragedi ini menimpa orang lain, sudah pasti kamu akan hidup tenang sampai akhir hayatmu. Hanya saja kali ini yang Anda hadapi adalah keluarga Liu. Walaupun mustahil untuk menemukan siapa penyetok racun mematikan itu, tapi bukankah 0,01% juga merupakan suatu harapan? Hal itulah yang kami alami. Anak buah Bernad Liu berhasil menangkap penyetok racun itu dan dia sudah mengakui semuanya. Racun itu diracik khusus atas permintaan Anda." Ya, saat anak buah Adrian menjemput Alvaro di rumahnya, anak buah Bernad Liu menemukan peracik racun mematikan itu. Setelah bukti didapat mereka langsung menyeret pria paruh bayah
*** Siang berganti malam, malam berganti siang, jam terus saja berdetak, pertanda hari terus berganti. Namun tidak demikian dengan Ridel, pria itu tetap saja terbaring dalam kondisi koma, oksigen menjadi bagian dari tubuh Ridel, detak jantung Ridel sesekali berhenti sehingga membuat dokter menyediakan alat kejut jantung diruang perawatan Ridel. Bernad Liu dan sang istri membagi tugas. Kalau Bernad Liu berada di rumah sakit untuk mengawasi setiap perkembangan sang putra, berbeda dengan sang istri. Raya justru di rumah mendampingi si kembar. Meskipun Raya ingin menemani sang putra, tapi dia juga tak mau egois, si kembar membutuhkannya. Jadi Raya dan putrinya secara bergiliran menjaga si kembar dan mengunjungi Ridel di rumah sakit. Penjagaan pada anggota keluarga Liu di perketat. Sedangkan Perusahaan RnB untuk sementara waktu dikendalikan oleh Alex Smith. Meskipun tidak sadarkan diri, tapi setiap hari Alex mampir walau hanya sekedar mengomel agar Ridel segera bangun. Dia yakin m
---“Haha … itu bukan anakku, Brengsek! Kau ingin aku membunuhmu? Begitu? Kau benar-benar gila, mendoakan putraku bernasib naas seperti itu! Sekali lagi aku mendengar kau mengatakan hal tragis seperti itu tentang putraku, akan ku habisi nyawanmu dengan tanganku sendiri!” ketus istri Bernad Liu tertawa, sekaligus emosi. Dia pikir apa yang didengarnya hanya suatu candaan semata dan baginya itu sudah melewati batas.Dokter yang diutus untuk pemberitahuan resmi itu kebingungan dan berguman dalam hati, 'Bagaimana ini? Ibu Raya sama sekali tidak percaya!'Setelah mempertimbangkan akibatnya maka dokter itu memilih jalan aman, "Aku juga tidak terlalu yakin, tapi sebaiknya ibu Raya memastikan sendiri yang sedang terbaring itu Ridel atau bukan, bagaimana? Aku seorang dokter, ini Id.card dan KTP aku sebagai bukti kalau aku orang baik dan bukan berniat jahat kepada ibu."Setelah melihat identitas sang dokter, akhirnya Raya memilih mengukuti dokter dengan perasaan tak menentu. Tidak! Itu pasti buk