“Apakah ada orang lain di apartemen ini?” bisik Nadia mendesah. “Hanya pembantu, tapi kau tenang saja. Dia tidak akan berani buka suara,” jawab sang dokter balik berbisik. “Apa?” pekik Nadia dan langsung membuka matanya, terkejut. “Kau jangan terkejut, dia tidak akan berani berbuat apa-apa. Dia takut padaku,” jawab sang dokter berbisik. “Sejak kapan ada pembantu di rumahmu? Bukankah sebelumnya tidak ada?” tanya Nadia penasaran. “Setiap hari, pembantu itu ada. Hanya saja dia masuk jam 10.00 pagi terus pulang setelah semua pekerjaan selesai. Berhubung kau datang Tengah hari, ya mau gimana lagi. Kau tahu sendiri kan, bagaimana kalau adik kecilku mengamuk? Masa iya, aku mintanya sama pembantu itu? Gak mungkin, kan?” “Tapi,” Nadia tidak meneruskan kalimatnya, tapi hanya desahan kenikmatan ketika tangan nakal Ridel mulai menjelajah area sensitifnya. Satu persatu pakaian yang dikenakan Nadia berserakan di lantai, bahkan pembantu yang sedang bekerja memilih ke dapur. Meskipu
“Masih belum mendapatkan keputusan, karena aku menolaknya dengan sejumlah alasan. Lagipula aku dan Fernando belum enam bulan pisah rumah, jadi permohonan cerai Fernando belum terkabulkan.” “Kenapa kau mengulur waktu? Bukankah kau tak pernah mencintainya?” “Karena kondisi Perusahaan lagi kacau, jadi Perusahaan Galaxy akan benar-benar hancur kalau sampai aku bercerai dengan Fernando. Aku membutuhkannya untuk mendapatkan investor,” ujar Nadia menarik nafas panjang. Dokter Albert hanya menganggukkan kepalanya, sebagai tanda kalau dia paham ke mana arah pembicaraan Nadia. “Oh ya, apa kau punya ide agar Fania bercerai dengan Ridel?” tanya Nadia. “Itu mudah saja, gunakan Ridel. Bukankah kelemahan dia sekarang itu suaminya?” Seulas senyum terbentuk di bibir ranum Nadia. Kini dia tahu harus melakukan apa untuk memisahkan Fania dan Ridel. *** Jam telah menunjukkan pukul 04.00 Wita. Ridel menyaksikan suasana dari seberang, di sana semua wartawan dari seluruh stasiun televisi d
"Fania ... Fania ... apa kau pikir aku pengemis cinta? atau jangan-jangan kau pikir, aku seseorang yang akan memungut sampah yang telah ku buang? Tidak, Fania! Aku sama sekali tidak memiliki jiwa pengemis!" cetus Nadia pedas. "Kalau tidak, terus kenapa kau memintaku menceraikan Ridel? Ingat Nadia, aku bukan lagi bagian dari keluarga Mauren! Jadi kalian sama sekali tak punya hak untuk mengaturku, apalagi masalah pernikahan. Aku sama sekali tidak akan pernah menceraikan Ridel! Silahkan tinggalkan kontrakan ini!" tegas Fania murka. Nadia melangkah menuju pintu keluar, kemudian membalikkan badannya dan berkata dengan lembut, "Karena kau bukanlah bagian dari keluarga Mauren, maka kami tidak akan segan-segan menghancurkan mu. Aku hanya ingin memberimu nasehat, waktu mu dua hari untuk mengajukan cerai ke pengadilan!" "Apa maksudmu, Brengsek!" teriak Fania marah. "Sstthhh ... jangan keras-keras, nanti ada yang dengar," ujar Nadia tersenyum mengejek, "Kau tahu sendiri kan, sekarang Per
Namun, mendapatkan tatapan tajam dari sang sahabat membuat Alex secara refleks menutup mulutnya dan mengumpat di dalam hati. Dasar mulut tidak bisa diajak kompromi! Eits ... tunggu dulu, apa mungkin Ridel benar-benar jatuh cinta pada Fania? Apa mungkin tanpa disadari Ridel, Fania berlahan telah menggantikan posisi Nadia di hati Ridel? Melihat kemarahan dari sinar mata Ridel, Alex yakin pasti ada yang tak beres dengan gugatan cerai Fania. "Terus, apa kau akan menerima begitu saja permintaan Fania untuk bercerai? Setelah kehilangan semua hartanya, kenapa dia baru mau bercerai sekarang? Apa mungkin dia berpikir, kau merupakan sosok pembawa sial untuk hidupnya?" tanya Alex memastikan. "Semua gara-gara wanita brengsek itu! Sepertinya mereka benar-benar ingin dihancurkan! Ternyata setiap pelajaran dan kesempatan yang kuberikan, bukannya membuat mereka sadar, tapi sebaliknya. Mereka justru menjadi-jadi!" geram Ridel murka. Ya! Dengan kecanggihan ponsel miliknya, maka mudah bagi
*** Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, akhirnya pengadilan mengabulkan gugatan cerai Fania. Begitu putusan pengadilan keluar, sang pengacara langsung saja memberitahukan kabar baik itu kepada Nadia. "Yes ... akhirnya kau bercerai juga! Kalau rumah tanggaku gagal, maka aku tidak akan pernah mengizinkan rumah tangga mantan kakakku mulus tanpa ada duri yang menggoreskan luka," geram Nadia. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Nadia langsung saja mengirim pesan kepada Fania. [Bukankah keputusan sudah keluar? Temui aku sekarang juga! Aku akan Sherlock lokasinya.] Wajah Fania merah menahan marah, ketika membaca pesan dari mantan adiknya, Nadia Mauren. Melihat ekspresi Fania yang tak bersahabat, Ridel memilih diam. Tanpa bertanya pun, Ridel dapat menebak pasti itu pesan dari keluarga Mauren. Demi keselamatan Fania, diam-diam dia meminta anak buah menjaga sang istri selama dua puluh empat jam. Jadi ke manapun Fania pergi, akan ada orang yang mengawasinya
*** “Apa? Kau hanya bercanda, kan?” tanya Putra tidak percaya ketika mendengar curhatan Alex sahabatnya. “Apa katamu? Bercanda? Kenapa tak kau tanyakan langsung kepada orangnya? Bukankah dia berada di sini?” ujar Alex kesal ketika Putra meragukan ucapannya. Mendapatkan anggukan Ridel sontak saja membuat Putra terkejut bukan kepalang. “Apa kau sudah gila, Ridel? Menghadirkan Majelis Hakim palsu dan membuat keputusan? Bagaimana kalau sampai ketahuan, ha?” pekik Putra terkejut. Ya! Majelis Hakim yang melakukan proses persidangan, bukanlah yang asli melainkan hanyalah orang pengganti yang postur tubuhnya mirip. Itulah kenapa selama sidang selalu memakai masker dengan alasan lagi flu. Anak buah Alex ditugaskan oleh Ridel untuk memasukkan obat tidur ke dalam air mineral dengan dosis yang sudah diatur, agar bangun tepat waktu. Sedangkan Adrian ditugaskan untuk mengawasi sekaligus menghapus jejak persidangan yang dilakukan Majelis Hakim palsu. “Kalau sampai ada orang lain tahu
"Aku merusak mobil Mu? Kapan?" tanya Ridel pura-pura tidak tahu. BRAKKK!!!! Ridel terkejut, ketika Ana mengebrak meja kerjanya dengan keras. "Kau pikir dengan kacamata hitam mu tadi, terus aku tidak bisa mengenali mu! Begitu? Tidak, Ridel! Tadi aku diam, karena ada Bos besar!" "Ok! Aku mengaku salah. Aku telah menabrak mobilmu, bukan itu saja bahkan tadi aku berpura-pura tidak mengenal mu. Apa sekarang kau puas?" ketus Ridel kesal, karena lamunannya tentang Fania buyar ketika Ana masuk tanpa permisi. "Posisi mu di sini tidak main-main, Brengsek! Jadi aku mau kamu membayar hutangmu sekarang juga, karena aku butuh uang itu!" Ana meletakkan tangannya di atas meja dan memajukan wajahnya menatap tajam kearah Ridel. "Apa-apaan sih? Bukankah waktu itu, kau memberiku waktu satu tahun? Satu tahun, Ana. Jangankan satu tahun, bahkan satu semester saja belum sampai," protes Ridel tidak bergerak dari posisinya, dia bingung harus menghadapi gadis itu dengan cara apa. Sejujurnya bagi Rid
*** Tak terasa hampir seminggu Ridel bekerja di Perusahaan RnB. Ridel cemas, ketika mengetahui kalau Fania sama sekali tidak pernah melamar di Perusahaan ITr maupun salah satu Perusahaan Adrian. Kecemasannya bertambah ketika mengetahui kalau di Perusahaan Alex juga tidak ada pegawai yang bernama Fania Tzu. Tanpa menunggu lagi, Ridel langsung saja mendatangi ruangan Alex dan melabraknya. “Sebegitu sulitkah bagimu mengatur posisi yang cocok untuk Fania di Perusahaan milik ayahmu?” ketus Ridel. Jelas sekali terlihat kekesalan dari sinar matanya. Alex tidak mengatakan apa-apa, tapi dia justru merogoh ponsel dari saku jasnya, kemudian menelepon dan mengaktifkan loud spieker. “Putra, kau kalah taruhan. Bukankah sudah ku katakan, pasti tak sampai seminggu Ridel akan melabrak ku. Buktinya? Kini dia berada didepan ku dengan wajah kusam." “Sial! Kenapa pria bucin itu tidak pernah memberiku kesempatan untuk menang?” terdengar suara mengumpat Putra dari seberang. “Terima kasih,