Sore harinya, ketika sebagian karyawan perusahaan sudah pulang, dari luar sana tampak terlihat ada dua puluhan orang yang berjalan secara bersamaan. Tanpa basa-basi lagi mereka langsung menuju ke depan pintu masuk. Dua orang security yang masih bertugas segera menghadang mereka. "Siapa kalian?" tanya salah satu security dengan tegas. "Kau tidak perlu tahu. Sekarang, panggil saja atasanmu kemari!" kata seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan tato motif ular phyton di lengan kanan dan kirinya. "Beritahu dulu siapa Tuan dan apa tujuan Tuan kemari?" security itu tetap tidak mau menjalankan perintah dari orang tersebut. Dengan gagah berani dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai penjaga keamanan. "Oh, rupanya kau ingin menjadi pahlawan?" Tiba-tiba pria itu mengambil tindakan. Dia langsung mencengkram merah baju security dan melemparnya ke samping sampai tubuhnya bergulingan. "Kalau kau tidak mau bernasib sama seperti dia, maka sekarang juga laksanakan perintahku tadi!" katanya kep
Seluruh anak buah yang dia bawa menganggukkan kepala. Di antara mereka tidak atau satu pun yang berani ikut campur. Malah pada saat ini, orang-orang tersebut sudah membentuk lingkaran yang cukup besar.Alex dan Ferdinand sudah berada di tengah. Keduanya saling tatap dengan tajam. Tiba-tiba Alex maju selangkah sambil melancarkan pukulan ke arah wajah. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki kanannya ikut ambil bagian. Dia menendang ke arah pinggang. Ferdinand bukan orang bodoh. Lebih dari itu, dia pun mempunyai bekal ilmu beladiri yang cukup tinggi. Apalagi dia sudah sering menghadapi pertarungan. Ketika melihat lawan sudah menyerang, dia langsung mengambil tindakan dengan cepat. Ferdinand menarik wajah sambil menangkap kaki Alex yang akan mengenai pinggangnya. Begitu kaki tertangkap, dia langsung menotok pahanya dengan keras. Alex menjerit tertahan. Rasa pegal segera menyebar. Keringat dingin membasahi tubuhnya lebih banyak lagi. Ferdinand tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Ferdinand mendadak terlempar ke belakang. Seolah-olah pada saat itu ada segulung tenaga besar tak kasar mata yang langsung menghempaskan tubuhnya. Dia jatuh bergulingan di tanah. Seluruh tubuhnya seketika terasa sakit, seakan-akan ada puluhan tangan yang memukulnya dari segala penjuru. Masih untung pisau lipat tadi tidak mengenai tubuhnya. Pisau itu jatuh tepat di sisi Ferdinand. Coba kalau pisau tersebut berbalik arah, niscaya pada saat ini nyawanya sudah terancam. Tetapi walaupun begitu, tetap saja ia menderita luka dalam. Setelah tubuhnya bergulingan, tiba-tiba Ferdinand memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak. Kejadian ini kembali membuat semua orang terkejut. Semua anggota Organisasi Phyton segera mendekat ke arahnya. Mereka panik melihat kondisi Ferdinand. "Cepat, bawa Ketua ke Rumah Sakit. Dia harus mendapatkan perawatan sekarang juga," "Ayo bantu aku untuk menggotong Ketua,""Kita bawa pakai mobil yang ada saja. Terlalu lama jika harus menunggu ambulans," Seruan par
Malam baru saja menjelang. Di ruang tamu rumahnya, terlihat Laura sedang berbicara serius dengan Jason, Joshua dan juga Alice. Keempat orang itu masih berusaha keras untuk menyingkirkan Luna dari Hotel Apartemen Awan Cerah dengan segala macam cara. Mereka belum puas kalau belum berhasil mewujudkan impiannya yang ingin menjadi penguasa di perusahaan tersebut. "Kita sudah berusaha sejauh ini untuk menyingkirkan Luna dari perusahaan Hotel Apartemen Awan Cerah. Tapi semua usaha yang kita lakukan berujung sia-sia. Padahal biaya sudah yang kita keluarkan jumlahnya tidak sedikit," ucap Alice dengan perasaan campur aduk. "Ya, kau benar. Tapi kita tidak boleh berhenti di sini. Kalau pun kita tidak berhasil menyingkirkan Luna dari perusahaan itu, minimal kita harus membuatnya bangkrut," kata Laura dengan ekspresi wajah sedingin es. "Apakah kau mash ingin melanjutkan usaha ini, istriku?" tanya Joshua sambil menatapnya. "Ya, tentu saja. Bukankah barusan aku sudah mengatakannya dengan jelas?"
Dua buah mobil Ferrari yang mengikutinya ikut menambah kecepatan. Sekarang, di jalan tol terlihat ada tiga mobil sport yang sedang kejar-kejaran. David tidak membiarkan mereka mendahuluinya. Dia justru malah menambah kecepatannya lagi. Tiba-tiba Luna terbangun dari tidur. Walaupun kepalanya masih terasa pusing, tapi sekarang sedikit lebih baik dari sebelumnya. "David, apa kau gila? Kau ingin membuatku mati?" Luna sangat terkejut saat menyadari David mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia tidak terbiasa menunggangi mobil dengan kecepatan seperti itu. Jadi wajar kalau Luna merasa ketakutan setengah mati. "Tenang Luna, kita akan baik-baik saja," jawab David dengan santai. "David! Pelankan kecepatan mobil sekarang juga. Aku tidak ingin mati sekarang. Aku belum merasakan kebahagiaan!" "Tidak bisa!" David menggelengkan kepalanya. "Di belakang ada dua buah mobil yang daritadi mengikuti kita. Menurutku mereka mempunyai niat yang tidak baik," Luna langsung menoleh kaca spion. T
David masih menutup mulut. Dia belum juga memberikan jawaban. Sepasang matanya mengawasi keadaan di sekitar. Sekarang, keenam orang yang tadi tidak berdaya, perlahan mulai bangkit berdiri lagi. Mereka segera mengepung David dengan membentuk sebuah lingkaran. Ekspresi wajah Ronin terlihat semakin cerah. Sekarang pihaknya telah mendominasi keadaan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang? "David, aku hitung sampai tujuh. Kalau kau masih belum memberikan jawaban, maka jangan salahkan aku jika wanita ini menemui ajalnya!" kata Ronin memberikan ancaman. "Satu," "Dua," "Tiga," "Empat,"Hitungan terus berjalan perlahan namun pasti. Begitu sampai di angka enam, David langsung memberikan jawabannya! "Baiklah. Aku menyerah, tapi kau harus membebaskan dulu wanita itu," Dia tidak punya pilihan lain. Setidaknya untuk saat ini. Nyawa Luna sangat berharga. Bahkan kalaupun David harus menukar nyawanya, ia tidak akan segan untuk melakukannya. Bagi David, Luna adalah segalanya. Dia hidupnya,
Tidak berapa lama kemudian, mobil ambulans dan mobil polisi pun datang. Kedua mobil itu tiba hampir dalam waktu yang bersamaan. David berlari ke tengah jalan, ia melambaikan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia lah yang telah meminta pertolongan. "Itu mereka! Semua orang itu adalah pelaku yang telah melakukan tindakan kriminal. Sekarang mereka berada dalam keadaan pingsan," kata David setelah mobil polisi berhenti di sisinya. Lima orang polisi yang bertugas langsung turun dari mobil. Mereka segera membawa Ronin dan semua anak buahnya. "Aku harap Tuan bisa memberikan keterangan di kantor," kata seorang polisi. "Baik, kalau semuanya sudah beres, aku pasti akan segera ke sana," Polisi itu mengangguk. Mereka pun segera pergi lagi. Bersamaan dengan itu, mobil ambulans juga sudah membawa Luna ke rumah sakit terdekat. David mengikutinya dari belakang. Keesokan paginya, semua keluarga dekat Luna terlihat ada di rumah sakit. Nyonya Agatha sangat panik setelah diberi kabar oleh David
Laura melirik ke arah Luna dengan tatapan marah. Dia benar-benar marah kepadanya. Kebencian dalam hati Laura semakin bertambah. "Luna, tidak perlu berbohong. Aku tahu kau sedang menutupi kebenarannya karena pada saat itu kau pun pergi bersama David. Kau takut Nenek marah kepadamu, kan?" Laura masih belum menyerah. Dia terus berusaha supaya niatnya berhasil. "Tidak, aku tidak berbohong. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya. Lagi pula, untuk apa aku berbohong?" Luna balas menatap Laura. "Ya, mungkin karena kau ..." "Cukup, Laura!" Laura tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Sebab secara tiba-tiba Nyonya Agatha telah membentak dan menyuruhnya supaya berhenti bicara. "Sekarang Luna sedang sakit. Dia butuh ketenangan dan istirahat. Kalau niatmu hanya ingin membuatnya kesal, lebih baik pergi sekarang juga!" kata Nyonya Agatha sambil memberi isyarat menggunakan tangannya. "Nenek, kau ..." "Pergi!" wanita tua itu kembali membentaknya. Laura seketika memandang neneknya dengan tatapan ti
Laura melirik ke arah Luna dengan tatapan marah. Dia benar-benar marah kepadanya. Kebencian dalam hati Laura semakin bertambah. "Luna, tidak perlu berbohong. Aku tahu kau sedang menutupi kebenarannya karena pada saat itu kau pun pergi bersama David. Kau takut Nenek marah kepadamu, kan?" Laura masih belum menyerah. Dia terus berusaha supaya niatnya berhasil. "Tidak, aku tidak berbohong. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya. Lagi pula, untuk apa aku berbohong?" Luna balas menatap Laura. "Ya, mungkin karena kau ..." "Cukup, Laura!" Laura tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Sebab secara tiba-tiba Nyonya Agatha telah membentak dan menyuruhnya supaya berhenti bicara. "Sekarang Luna sedang sakit. Dia butuh ketenangan dan istirahat. Kalau niatmu hanya ingin membuatnya kesal, lebih baik pergi sekarang juga!" kata Nyonya Agatha sambil memberi isyarat menggunakan tangannya. "Nenek, kau ..." "Pergi!" wanita tua itu kembali membentaknya. Laura seketika memandang neneknya dengan tatapan ti
Tidak berapa lama kemudian, mobil ambulans dan mobil polisi pun datang. Kedua mobil itu tiba hampir dalam waktu yang bersamaan. David berlari ke tengah jalan, ia melambaikan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia lah yang telah meminta pertolongan. "Itu mereka! Semua orang itu adalah pelaku yang telah melakukan tindakan kriminal. Sekarang mereka berada dalam keadaan pingsan," kata David setelah mobil polisi berhenti di sisinya. Lima orang polisi yang bertugas langsung turun dari mobil. Mereka segera membawa Ronin dan semua anak buahnya. "Aku harap Tuan bisa memberikan keterangan di kantor," kata seorang polisi. "Baik, kalau semuanya sudah beres, aku pasti akan segera ke sana," Polisi itu mengangguk. Mereka pun segera pergi lagi. Bersamaan dengan itu, mobil ambulans juga sudah membawa Luna ke rumah sakit terdekat. David mengikutinya dari belakang. Keesokan paginya, semua keluarga dekat Luna terlihat ada di rumah sakit. Nyonya Agatha sangat panik setelah diberi kabar oleh David
David masih menutup mulut. Dia belum juga memberikan jawaban. Sepasang matanya mengawasi keadaan di sekitar. Sekarang, keenam orang yang tadi tidak berdaya, perlahan mulai bangkit berdiri lagi. Mereka segera mengepung David dengan membentuk sebuah lingkaran. Ekspresi wajah Ronin terlihat semakin cerah. Sekarang pihaknya telah mendominasi keadaan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang? "David, aku hitung sampai tujuh. Kalau kau masih belum memberikan jawaban, maka jangan salahkan aku jika wanita ini menemui ajalnya!" kata Ronin memberikan ancaman. "Satu," "Dua," "Tiga," "Empat,"Hitungan terus berjalan perlahan namun pasti. Begitu sampai di angka enam, David langsung memberikan jawabannya! "Baiklah. Aku menyerah, tapi kau harus membebaskan dulu wanita itu," Dia tidak punya pilihan lain. Setidaknya untuk saat ini. Nyawa Luna sangat berharga. Bahkan kalaupun David harus menukar nyawanya, ia tidak akan segan untuk melakukannya. Bagi David, Luna adalah segalanya. Dia hidupnya,
Dua buah mobil Ferrari yang mengikutinya ikut menambah kecepatan. Sekarang, di jalan tol terlihat ada tiga mobil sport yang sedang kejar-kejaran. David tidak membiarkan mereka mendahuluinya. Dia justru malah menambah kecepatannya lagi. Tiba-tiba Luna terbangun dari tidur. Walaupun kepalanya masih terasa pusing, tapi sekarang sedikit lebih baik dari sebelumnya. "David, apa kau gila? Kau ingin membuatku mati?" Luna sangat terkejut saat menyadari David mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia tidak terbiasa menunggangi mobil dengan kecepatan seperti itu. Jadi wajar kalau Luna merasa ketakutan setengah mati. "Tenang Luna, kita akan baik-baik saja," jawab David dengan santai. "David! Pelankan kecepatan mobil sekarang juga. Aku tidak ingin mati sekarang. Aku belum merasakan kebahagiaan!" "Tidak bisa!" David menggelengkan kepalanya. "Di belakang ada dua buah mobil yang daritadi mengikuti kita. Menurutku mereka mempunyai niat yang tidak baik," Luna langsung menoleh kaca spion. T
Malam baru saja menjelang. Di ruang tamu rumahnya, terlihat Laura sedang berbicara serius dengan Jason, Joshua dan juga Alice. Keempat orang itu masih berusaha keras untuk menyingkirkan Luna dari Hotel Apartemen Awan Cerah dengan segala macam cara. Mereka belum puas kalau belum berhasil mewujudkan impiannya yang ingin menjadi penguasa di perusahaan tersebut. "Kita sudah berusaha sejauh ini untuk menyingkirkan Luna dari perusahaan Hotel Apartemen Awan Cerah. Tapi semua usaha yang kita lakukan berujung sia-sia. Padahal biaya sudah yang kita keluarkan jumlahnya tidak sedikit," ucap Alice dengan perasaan campur aduk. "Ya, kau benar. Tapi kita tidak boleh berhenti di sini. Kalau pun kita tidak berhasil menyingkirkan Luna dari perusahaan itu, minimal kita harus membuatnya bangkrut," kata Laura dengan ekspresi wajah sedingin es. "Apakah kau mash ingin melanjutkan usaha ini, istriku?" tanya Joshua sambil menatapnya. "Ya, tentu saja. Bukankah barusan aku sudah mengatakannya dengan jelas?"
Ferdinand mendadak terlempar ke belakang. Seolah-olah pada saat itu ada segulung tenaga besar tak kasar mata yang langsung menghempaskan tubuhnya. Dia jatuh bergulingan di tanah. Seluruh tubuhnya seketika terasa sakit, seakan-akan ada puluhan tangan yang memukulnya dari segala penjuru. Masih untung pisau lipat tadi tidak mengenai tubuhnya. Pisau itu jatuh tepat di sisi Ferdinand. Coba kalau pisau tersebut berbalik arah, niscaya pada saat ini nyawanya sudah terancam. Tetapi walaupun begitu, tetap saja ia menderita luka dalam. Setelah tubuhnya bergulingan, tiba-tiba Ferdinand memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak. Kejadian ini kembali membuat semua orang terkejut. Semua anggota Organisasi Phyton segera mendekat ke arahnya. Mereka panik melihat kondisi Ferdinand. "Cepat, bawa Ketua ke Rumah Sakit. Dia harus mendapatkan perawatan sekarang juga," "Ayo bantu aku untuk menggotong Ketua,""Kita bawa pakai mobil yang ada saja. Terlalu lama jika harus menunggu ambulans," Seruan par
Seluruh anak buah yang dia bawa menganggukkan kepala. Di antara mereka tidak atau satu pun yang berani ikut campur. Malah pada saat ini, orang-orang tersebut sudah membentuk lingkaran yang cukup besar.Alex dan Ferdinand sudah berada di tengah. Keduanya saling tatap dengan tajam. Tiba-tiba Alex maju selangkah sambil melancarkan pukulan ke arah wajah. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki kanannya ikut ambil bagian. Dia menendang ke arah pinggang. Ferdinand bukan orang bodoh. Lebih dari itu, dia pun mempunyai bekal ilmu beladiri yang cukup tinggi. Apalagi dia sudah sering menghadapi pertarungan. Ketika melihat lawan sudah menyerang, dia langsung mengambil tindakan dengan cepat. Ferdinand menarik wajah sambil menangkap kaki Alex yang akan mengenai pinggangnya. Begitu kaki tertangkap, dia langsung menotok pahanya dengan keras. Alex menjerit tertahan. Rasa pegal segera menyebar. Keringat dingin membasahi tubuhnya lebih banyak lagi. Ferdinand tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Sore harinya, ketika sebagian karyawan perusahaan sudah pulang, dari luar sana tampak terlihat ada dua puluhan orang yang berjalan secara bersamaan. Tanpa basa-basi lagi mereka langsung menuju ke depan pintu masuk. Dua orang security yang masih bertugas segera menghadang mereka. "Siapa kalian?" tanya salah satu security dengan tegas. "Kau tidak perlu tahu. Sekarang, panggil saja atasanmu kemari!" kata seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan tato motif ular phyton di lengan kanan dan kirinya. "Beritahu dulu siapa Tuan dan apa tujuan Tuan kemari?" security itu tetap tidak mau menjalankan perintah dari orang tersebut. Dengan gagah berani dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai penjaga keamanan. "Oh, rupanya kau ingin menjadi pahlawan?" Tiba-tiba pria itu mengambil tindakan. Dia langsung mencengkram merah baju security dan melemparnya ke samping sampai tubuhnya bergulingan. "Kalau kau tidak mau bernasib sama seperti dia, maka sekarang juga laksanakan perintahku tadi!" katanya kep
David mendengar gumaman Luna. Hatinya sedikit terasa sakit. Belum bertemu atau melihat wajahnya saja, Luna sudah memuji Alex. Seolah-olah dia sudah mengenal dekat orang itu. Lalu bagaimana dengan dia sendiri? Apakah yang telah dilakukannya belakangan ini tidak pantas mendapat pujian dari Luna? Bukannya David gila akan pujian, tapi setidaknya dia pun ingin mendengar Luna memujinya seperti barusan. 'Luna, apakah aku juga harus memperlihatkan semuanya, supaya kau pun memujiku, seperti halnya kau memuji Alex?' David membatin. Dia melirik sekilas ke arah Luna. Sementara itu, seseorang kini baru saja keluar dari mobil Lamborghini. Orang itu mempunyai postur tubuh tinggi. Badannya atletis, wajahnya juga bisa dikatakan tampan. Dengan penampilannya yang mengenakan jas dan kacamata hitam, ia tampak lebih keren lagi. Melihat orang tersebut keluar, Luna dan Jasmine buru-buru datang menghampiri. "Selamat datang di perusahaanku, Alex," kata Luna sambil mengulurkan tangan. "Ter