Seluruh anak buah yang dia bawa menganggukkan kepala. Di antara mereka tidak atau satu pun yang berani ikut campur. Malah pada saat ini, orang-orang tersebut sudah membentuk lingkaran yang cukup besar.Alex dan Ferdinand sudah berada di tengah. Keduanya saling tatap dengan tajam. Tiba-tiba Alex maju selangkah sambil melancarkan pukulan ke arah wajah. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki kanannya ikut ambil bagian. Dia menendang ke arah pinggang. Ferdinand bukan orang bodoh. Lebih dari itu, dia pun mempunyai bekal ilmu beladiri yang cukup tinggi. Apalagi dia sudah sering menghadapi pertarungan. Ketika melihat lawan sudah menyerang, dia langsung mengambil tindakan dengan cepat. Ferdinand menarik wajah sambil menangkap kaki Alex yang akan mengenai pinggangnya. Begitu kaki tertangkap, dia langsung menotok pahanya dengan keras. Alex menjerit tertahan. Rasa pegal segera menyebar. Keringat dingin membasahi tubuhnya lebih banyak lagi. Ferdinand tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Ferdinand mendadak terlempar ke belakang. Seolah-olah pada saat itu ada segulung tenaga besar tak kasar mata yang langsung menghempaskan tubuhnya. Dia jatuh bergulingan di tanah. Seluruh tubuhnya seketika terasa sakit, seakan-akan ada puluhan tangan yang memukulnya dari segala penjuru. Masih untung pisau lipat tadi tidak mengenai tubuhnya. Pisau itu jatuh tepat di sisi Ferdinand. Coba kalau pisau tersebut berbalik arah, niscaya pada saat ini nyawanya sudah terancam. Tetapi walaupun begitu, tetap saja ia menderita luka dalam. Setelah tubuhnya bergulingan, tiba-tiba Ferdinand memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak. Kejadian ini kembali membuat semua orang terkejut. Semua anggota Organisasi Phyton segera mendekat ke arahnya. Mereka panik melihat kondisi Ferdinand. "Cepat, bawa Ketua ke Rumah Sakit. Dia harus mendapatkan perawatan sekarang juga," "Ayo bantu aku untuk menggotong Ketua,""Kita bawa pakai mobil yang ada saja. Terlalu lama jika harus menunggu ambulans," Seruan par
Malam baru saja menjelang. Di ruang tamu rumahnya, terlihat Laura sedang berbicara serius dengan Jason, Joshua dan juga Alice. Keempat orang itu masih berusaha keras untuk menyingkirkan Luna dari Hotel Apartemen Awan Cerah dengan segala macam cara. Mereka belum puas kalau belum berhasil mewujudkan impiannya yang ingin menjadi penguasa di perusahaan tersebut. "Kita sudah berusaha sejauh ini untuk menyingkirkan Luna dari perusahaan Hotel Apartemen Awan Cerah. Tapi semua usaha yang kita lakukan berujung sia-sia. Padahal biaya sudah yang kita keluarkan jumlahnya tidak sedikit," ucap Alice dengan perasaan campur aduk. "Ya, kau benar. Tapi kita tidak boleh berhenti di sini. Kalau pun kita tidak berhasil menyingkirkan Luna dari perusahaan itu, minimal kita harus membuatnya bangkrut," kata Laura dengan ekspresi wajah sedingin es. "Apakah kau mash ingin melanjutkan usaha ini, istriku?" tanya Joshua sambil menatapnya. "Ya, tentu saja. Bukankah barusan aku sudah mengatakannya dengan jelas?"
Dua buah mobil Ferrari yang mengikutinya ikut menambah kecepatan. Sekarang, di jalan tol terlihat ada tiga mobil sport yang sedang kejar-kejaran. David tidak membiarkan mereka mendahuluinya. Dia justru malah menambah kecepatannya lagi. Tiba-tiba Luna terbangun dari tidur. Walaupun kepalanya masih terasa pusing, tapi sekarang sedikit lebih baik dari sebelumnya. "David, apa kau gila? Kau ingin membuatku mati?" Luna sangat terkejut saat menyadari David mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia tidak terbiasa menunggangi mobil dengan kecepatan seperti itu. Jadi wajar kalau Luna merasa ketakutan setengah mati. "Tenang Luna, kita akan baik-baik saja," jawab David dengan santai. "David! Pelankan kecepatan mobil sekarang juga. Aku tidak ingin mati sekarang. Aku belum merasakan kebahagiaan!" "Tidak bisa!" David menggelengkan kepalanya. "Di belakang ada dua buah mobil yang daritadi mengikuti kita. Menurutku mereka mempunyai niat yang tidak baik," Luna langsung menoleh kaca spion. T
David masih menutup mulut. Dia belum juga memberikan jawaban. Sepasang matanya mengawasi keadaan di sekitar. Sekarang, keenam orang yang tadi tidak berdaya, perlahan mulai bangkit berdiri lagi. Mereka segera mengepung David dengan membentuk sebuah lingkaran. Ekspresi wajah Ronin terlihat semakin cerah. Sekarang pihaknya telah mendominasi keadaan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang? "David, aku hitung sampai tujuh. Kalau kau masih belum memberikan jawaban, maka jangan salahkan aku jika wanita ini menemui ajalnya!" kata Ronin memberikan ancaman. "Satu," "Dua," "Tiga," "Empat,"Hitungan terus berjalan perlahan namun pasti. Begitu sampai di angka enam, David langsung memberikan jawabannya! "Baiklah. Aku menyerah, tapi kau harus membebaskan dulu wanita itu," Dia tidak punya pilihan lain. Setidaknya untuk saat ini. Nyawa Luna sangat berharga. Bahkan kalaupun David harus menukar nyawanya, ia tidak akan segan untuk melakukannya. Bagi David, Luna adalah segalanya. Dia hidupnya,
Tidak berapa lama kemudian, mobil ambulans dan mobil polisi pun datang. Kedua mobil itu tiba hampir dalam waktu yang bersamaan. David berlari ke tengah jalan, ia melambaikan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia lah yang telah meminta pertolongan. "Itu mereka! Semua orang itu adalah pelaku yang telah melakukan tindakan kriminal. Sekarang mereka berada dalam keadaan pingsan," kata David setelah mobil polisi berhenti di sisinya. Lima orang polisi yang bertugas langsung turun dari mobil. Mereka segera membawa Ronin dan semua anak buahnya. "Aku harap Tuan bisa memberikan keterangan di kantor," kata seorang polisi. "Baik, kalau semuanya sudah beres, aku pasti akan segera ke sana," Polisi itu mengangguk. Mereka pun segera pergi lagi. Bersamaan dengan itu, mobil ambulans juga sudah membawa Luna ke rumah sakit terdekat. David mengikutinya dari belakang. Keesokan paginya, semua keluarga dekat Luna terlihat ada di rumah sakit. Nyonya Agatha sangat panik setelah diberi kabar oleh David
Laura melirik ke arah Luna dengan tatapan marah. Dia benar-benar marah kepadanya. Kebencian dalam hati Laura semakin bertambah. "Luna, tidak perlu berbohong. Aku tahu kau sedang menutupi kebenarannya karena pada saat itu kau pun pergi bersama David. Kau takut Nenek marah kepadamu, kan?" Laura masih belum menyerah. Dia terus berusaha supaya niatnya berhasil. "Tidak, aku tidak berbohong. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya. Lagi pula, untuk apa aku berbohong?" Luna balas menatap Laura. "Ya, mungkin karena kau ..." "Cukup, Laura!" Laura tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Sebab secara tiba-tiba Nyonya Agatha telah membentak dan menyuruhnya supaya berhenti bicara. "Sekarang Luna sedang sakit. Dia butuh ketenangan dan istirahat. Kalau niatmu hanya ingin membuatnya kesal, lebih baik pergi sekarang juga!" kata Nyonya Agatha sambil memberi isyarat menggunakan tangannya. "Nenek, kau ..." "Pergi!" wanita tua itu kembali membentaknya. Laura seketika memandang neneknya dengan tatapan ti
Saat ini hari sudah malam. Luna sedang duduk di bangku taman belakang sambil melihat langit yang bertaburkan bintang. Di atas meja di hadapannya ada satu botol anggur. Dia sudah meminumnya beberapa sloki untuk sekedar menghangatkan badan. "Luna, hari sudah mulai larut malam. Kenapa kau belum tidur? Bukankah besok kau harus pergi ke perusahaan?" Ketika Luna sedang melamun, tiba-tiba dia mendengar suara David. Saat dilihat, ternyata David sedang berjalan ke arahnya. Ia kemudian duduk di bangku yang sama. "David, saat ini kepalaku sedang pusing. Omset perusahaan mengalami penurunan yang drastis. Hal itu terjadi setelah ada beberapa kejadian di hotel," Walaupun David tidak tahu seberapa besar penurunannya, yang jelas dia tahu bahwa pada saat ini Hotel Apartemen Awan Cerah memang sepi pengunjung. David juga tahu bahwa hal tersebut merupakan akibat dari kekacauan yang pernah terjadi sebelumnya. Mungkin para langganan yang biasa datang menjadi ketakutan.Bagaimanapun juga, semua peristi
"Penawaran apa, Luna?" Alice langsung bertanya. "Begini, aku mempunyai ide ingin membuka cabang usaha. Aku ingin membuka sebuah restoran yang baru. Mengingat bahwa belakangan ini, peminat Sup Iga Sapi dan Ayam Goreng Bertenaga semakin banyak. Aku ingin mengajak kalian bekerja sama. Nantinya, kamu dan Joshua akan memegang kendali penuh restoran tersebut, bagaimana?" "Ya, aku mau menerima tawaran itu," kata Alice sangat antusias. "Aku juga," sambung Joshua. "Bagus. Kalau begitu, secepatnya aku akan mengabari kalian lagi," "Tapi, apakah kami harus mengeluarkan biaya?" "Tidak perlu. Semuanya biar aku urus sendiri. Aku rasa tabunganku masih cukup untuk menopang biayanya," Ide membuka usaha restoran itu tiba-tiba saja muncul dalam pikiran Luna. Di samping penjualan makanannya mengalami peningkatan yang lumayan, Luna juga ingin memberikan pekerjaan kepada mereka berdua. Ia sangat berharap dengan ide ini, mereka benar-benar mau berubah dalam segala hal. "Terimakasih, Luna. Semoga sem
Alice menelan saliva dan menarik nafas panjang. Setelah berhasil mengumpulkan tenaga, ia mulai bicara. "Luna, aku mohon jangan beritahu Nenek dan yang lainnya tentang masalah ini," kata Alice memohon dengan ekspresi wajah penuh penyesalan. "Tergantung," jawab Luna dengan cepat. "Kalau kamu mengatakan semuanya dengan jujur, maka akan tidak akan memberitahu mereka. Tetapi kalau sebaliknya, nanti kamu akan tahu sendiri," "Baik, baik. Aku ... aku mengatakan semuanya. Sungguh," "Kalau begitu, jelaskan sekarang juga," Alice melirik ke arah Joshua. Pria itu pun menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa dia setuju. "Aku akui, perbuatanku kali ini memang sudah sangat keterlaluan. Demi sebuah karir, aku bahkan rela membuat salah satu keluarga berada dalam bahaya. Tapi, aku terpaksa melakukan semua ini, Luna. Kali ini kau harus percaya kepadaku," "Sebenarnya rencana penculikan ini bukan rencanaku. Aku hanya bekerja sesuai yang diperintahkan oleh seseorang," Alice berhenti sebentar sambil meman
"Kalau aku ceritakan pun, kalian pasti tidak akan percaya," ucap Luna sambil menghela nafas berat. Dia yakin, meskipun sudah menceritakan bagaimana kejadiannya secara keseluruhan, mereka bertiga pasti tidak akan ada yang mempercayainya. Maka dari itu, daripada percuma, lebih baik Luna tidak menceritakannya saja. "Aku sendiri kalau tidak menyaksikan secara langsung, juga tidak akan percaya," "Baiklah, yang terpenting, sekarang kamu sudah kembali, Luna. Nanti Nenek akan memberikan hadiah kepada David," ucap Nyonya Agatha. "Benarkah, Nek?" Luka sedikit terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Agatha akan berbuat hal itu. "Tentu saja, Luna. Ini sebagai penghargaan karena dia telah berhasil menyelamatkanmu," Tanpa sadar hari sudah masuk siang. Nyonya Agatha mengajak mereka bertiga pergi ke luar untuk makan siang. David pun sebenarnya diajak, namun dia menolak secara halus dengan alasan ingin istirahat. "Baiklah, nanti biar Luna membawakanmu makan, David," "Terimakas
"Aku harap kalian menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Itu pun kalau masih ingin melihat hari esok," kata David Smith dengan nada hambar. "Tentu, Tuan, tentu. Aku akan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur," jawab Jack Paul sambil mengangguk beberapa kali. Pada saat bicara, ia bahkan tidak berani memandang wajah David. Mungkin karena dirinya merasa ketakutan setengah mati. "Bagus. Kalau begitu, silahkan jawab pertanyaan tadi," Paul terdiam sesaat. Setelah mengambil nafas, dia baru menjawab. "Beberapa hari yang lalu, kami kedatangan seorang wanita bernama Alice. Dia meminta kami supaya menculik Nona Luna," Alice? Luna seketika termenung. "Apakah wanita itu Alice George?" ia lalu memberitahu bagaimana ciri-cirinya. "Benar, Nona," Jawaban itu terasa seperti sebuah petir yang menyambar ubun-ubun kepalanya. Kalau saja yang bilang bukan Jack sebagai pelakunya, sampai kapan pun Luna tentu tidak akan percaya dengan hal tersebut. Bagaimana tidak? Alice adalah sepupunya sendiri. Di
Pertarungan itu masih terus berlanjut. Walaupun mereka kalah jumlah, tapi mereka tidak kalah kekuatan. Daniel telah melumpuhkan sepuluh orang. Dia sengaja tidak membunuhnya supaya tidak menimbulkan masalah baru di hari nanti. Ia hanya membuat orang-orang itu pingsan atau terluka supaya tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan. Sekarang Daniel sedang bertarung melawan tiga orang sisanya. Pedang pendek itu masih bergerak cepat bagaikan kilat. Adu senjata terjadi berulang kali. Setelah beberapa menit berusaha, satu orang berhasil ia kalahkan. Dua orang sisanya masih berjuang sekuat tenaga. Mereka mengibaskan pisau dari kanan dan kiri dengan sekuat tenaga. Tapi usaha itu tidak pernah membuahkan hasil. Mereka belum juga mampu mengalahkan Daniel. "Kalian berdua benar-benar tidak tahu diri. Sepertinya aku harus memberikan pelajaran lanjutan," katanya di tengah-tengah pertarungan. Setelah berkata seperti itu, dia langsung melompat dan turun di belakang lawannya. Pedang pendek miliknya me
David menanggapinya dengan senyuman. Sepasang matanya telah difokuskan ke depan. Ke sepuluh orang musuh yang kini berdiri menantangnya. "Menurut informasi yang aku dapatkan, jumlah anggota Organisasi Serigala ada seratus dua puluh orang. Delapan puluh orang tersebar di seluruh Kota Thundercloud dan Kota Phoenix. Empat puluh orang sisanya ada di sini. Tiga puluh delapan anggota, serta dua orang pemimpin. Ketua dan Wakil Ketua," ucap Daniel memberitahu. David percaya dengan informasi yang diberikan oleh Daniel. Sebab selama ini, setiap informasi yang ia berikan tidak pernah meleset. Walaupun meleset, bedanya juga tidak terlalu jauh. "Apakah kita mampu menghadapi mereka semua, Daniel?" "Tentu saja, selama ada Tuan Dewa Iblis di sini, semuanya akan berjalan dengan baik. Memangnya kalau Dewa Iblis sudah kembali, siapa yang mampu menghentikannya?" David tertawa keras. Selapis aura pembunuh yang sangat kental langsung keluar dari seluruh tubuhnya. Setiap inci bagian tubuh David Smith se
"Sebentar, Bu. Temanku menelpon, sepertinya dia telah mendapatkan jejak keberadaan Luna," kata David sambil bangkit berdiri. Ia lalu mengangkat telepon dari Daniel. Rupanya, Daniel sudah berada di halaman belakang. David segera menuju ke sana. "Maaf kalau aku datang tanpa meminta izin sebelumnya, Tuan," kata Daniel sambil memberikan hormat kepada David. "Tidak masalah. Cepat katakan, kita tidak punya banyak waktu," "Baik," jawab Daniel patuh. "Aku telah berhasil mendapatkan informasi tentang Nona Luna. Sekarang dia berada di Kota Thundercloud, tepatnya di markas Organisasi Serigala," "Apa? Mengapa dia bisa sampai ke sana?" "Seseorang telah meminta Organisasi Serigala untuk menculik Nona Luna. Terkait apa tujuan dari orang itu, aku masih belum tahu," "Baiklah. Berapa banyak kekuatan Organisasi Serigala itu?" "Lumayan, tapi bagi kita bukanlah halangan," "Bagus. Kali ini, aku memerlukan bantuan tanganmu secara langsung, Daniel,""Dengan senang hati, Tuan. Aku siap melakukan apa
"Kita harus berada di posisi puncak. Kalau sudah berada di atas, memangnya masih ada yang berani mencari masalah lagi?" "Tidak mungkin. Hal itu terlalu mustahil, David," kata Luna sambil menggelengkan kepalanya. Ingin masuk dalam jajaran Sepuluh Keluarga Terkaya di Kota Phoenix saja sudah terhitung mustahil. Apalagi kalau dia ingin menjadi keluarga terkaya nomor satu. Bukankah hal itu sama saja dengan bisa naik ke langit? "Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Luna. Asalkan kita berusaha, maka semuanya bisa diraih," "Tapi untuk menjadi keluarga terkaya nomor satu itu adalah mimpi, David," Luna tetap tidak percaya dengan ucapan David. "Kita masih sangat jauh kalau dibandingkan dengan mereka," "Ya, aku tahu itu. Tapi aku bisa melakukannya demi dirimu," Luna seketika tertawa merendahkan. "David, jangan bermimpi terlalu jauh. Lebih baik kau segera kembali dan menyadari kenyataan," David melirik sekilas. Kemudian dia berkata, "Jadi kau tidak percaya bahwa aku bisa membawamu ke punc
"Apa yang akan kau lakukan kepada kami? Jangan bertindak sembarangan. Kau bisa dikenai pasal penganiayaan," kata si pria berusaha melepaskan diri. Tetapi walaupun sudah mengerahkan seluruh tenaganya, dia tetap tidak bisa lepas dari cengkeraman David. Dengan gerakan kilat, David membalikkan keduanya. Kini mereka sudah saling berhadapan satu sama lain. David lalu membalikkan tangan mereka. Sebuah simbol kepala serigala yang sedang membuka mulut dan memperlihatkan gigi taringnya yang tajam langsung terlihat dengan jelas. Simbol itu berada di dekat telapak tangan kanan mereka. Lebih tepatnya berada di bawah pergelangan tangan. "Rupanya kalian berasal dari 'rumah' yang sama, ya?" David tersenyum sinis. Sekarang dua orang tersebut tidak bisa berkata apa-apa lagi. Identitas mereka sudah terbongkar, memangnya apalagi yang dapat dilakukannya? Semua orang yang pada saat itu berada di restoran dibuat terkejut. Kini para pelanggan yang masih ada baru mengerti apa yang telah terjadi sebenarn