Mendengar berita itu dari sutradara, Leona langsung bersemangat dan berpikir kesempatannya akhirnya datang juga. Saat itu, dia kebetulan berdiri di sebelah Danzel. Dengan gayanya yang malu-malu, dia akhirnya berbicara dengan ragu, "Danzel, apa aku boleh bergabung dengan timmu? Aku nggak bisa menyelesaikan tugasnya sendirian."Danzel seolah-olah sama sekali tidak mendengar perkataan Leona, bahkan matanya pun tidak berkedip. Semua orang dari kru produksi melihat mereka dari depan, Leona merasa malu dan wajahnya memerah. Dia menggerakkan mulutnya, merasa harus melakukan sesuatu untuk membela dirid."Ah, hanya ada dua tim, sepertinya nggak masalah kalau aku masuk tim mana pun ...."Avril tadi juga mendengar Leona ingin bergabung dengan tim Danzel, sehingga hatinya merasa sangat jijik. Apa maksud Leona? Mencari peluang untuk dirinya sendiri? Apa yang Leona lakukan tadi?Seperti yang diharapkan, Leona memperlihatkan ekspresinya yang tidak berdaya dan bertindak seolah-olah dia mempertimbangka
Saat Leona berkata demikian, kebetulan saat itu Avril lewat. Dia masih belum melupakan masalah pemilihan tim tadi. Sekarang mendengar sindiran itu, dia makin tersenyum sinis. "Nona Leona, apa masih belum cukup omong kosongnya?""Kamu!"Leona terkejut karena tiba-tiba dimarahi. Dia ingin berbicara lagi, tetapi siapa yang akan mendengarkannya? Semua orang sedang berjuang untuk mendaki gunung. Namun, saat langit mulai gelap, semua orang baru menyadari situasinya tidak semudah itu.Sebenarnya, jalur pendakian yang disusun oleh tim produksi program ini tidak begitu curam, tetapi jaraknya sangat panjang. Mereka mulai mendaki saat siang hari dan hingga saat ini, mereka baru mencapai setengah perjalanan menuju puncak gunung."Malam ini, semuanya akan menginap di sini, anggap untuk menguji kemampuan bertahan hidup kalian juga."Saat pembawa acara mengatakan itu, staf yang mengikutinya segera membagikan tenda yang mereka bawa kepada semua orang."Ini adalah tempat istirahat untuk semuanya malam
Selama tiga hari ini, Meghan hampir membuat seluruh tim produksi kagum. Seakan tidak ada masalah yang bisa menyulitkannya, dia berhasil mengatasi semua hambatan yang ditemuinya dengan mudah.Mendengar perkataan produser itu, Meghan tersenyum tipis. Pikirannya langsung teringat pada siang hari saat Danzel menggendongnya mendaki gunung. Dia menggigit bibirnya dan hatinya merasa tersentuh.Setelah nasinya sudah matang, seperti yang diharapkan, Meghan juga sudah selesai memasak beberapa hidangan lainnya. Bahan makanannya sederhana dan tidak terlalu istimewa. Namun setelah selesai dimasak, dia tetap mendapat pujian dari semua orang.Setelah seharian mendaki gunung, semua orang merasa sangat lelah dan segera berbaring untuk istirahat. Danzel paham dengan sifat Meghan dan sengaja menyisakan tempat untuk Meghan di pinggir, sedangkan dia sendiri mengambil posisi di samping Meghan.Melihat hal itu, Meghan juga tidak menunjukkan reaksi apa pun. Bagaimanapun juga, mereka semua tinggal bersama dan
Meskipun hati Meghan merasa seperti itu, ekspresinya tetap terlihat sombong. Saat keluar dari kamar mandi, dia langsung melewati bahu Danzel seolah-olah dia tidak melihatnya. Untungnya, Danzel sudah terbiasa dengan sikap Meghan yang seperti ini. Oleh karena itu, dia hanya tersenyum dan mengikuti Meghan.Pada saat itu, jarak mereka dengan tempat perkemahan masih cukup jauh. Saat siang hari, rumput liar yang tumbuh di sekitar mereka terlihat cukup indah. Namun di malam hari, semuanya menjadi sangat sunyi. Danzel mengikuti Meghan dari belakang. Mereka berjalan selama sekitar satu menit, lalu Meghan tiba-tiba berhenti. Danzel merasa curiga dan buru-buru mendekat, tetapi dia tertegun sejenak saat melihat ekspresi Meghan."Kenapa?""Apa kamu mendengar ada suara?" tanya Meghan dengan hati-hati. Matanya memperhatikan sekelilingnya dengan waspada dan mengernyitkan alisnya.Pertanyaan itu membuat Danzel tiba-tiba merinding. Bukan karena ketakutan, melainkan respons naluriah tubuhnya terhadap ket
Sebenarnya, maksud Leona adalah menuduh Meghan sengaja melakukan tindakan itu untuk mendapat simpati. Saat itu, Meghan juga mulai sadar karena tergelincir tadi. Dia meraih tangan Danzel dan perlahan-lahan mengatur posisinya untuk duduk."Nona Leona, kamu bilang kamu melihat semuanya. Kalau begitu, coba katakan, dari mana datangnya batu-batu itu?"Leona mungkin tidak menyangka bahkan dalam situasi seperti ini, Meghan masih mampu menganalisis situasinya dengan tenang. Dia awalnya hanya berpura-pura ketakutan, tetapi sekarang dia benar-benar ketakutan."Nona Meghan, saat mendaki gunung, aku memang berada di dekatmu. Tapi, aku tidak punya waktu untuk memperhatikan batu itu."Avril berdiri di samping menonton pertunjukan ini sambil melipat kedua lengannya dan tersenyum. Menurutnya, selama Meghan bisa terluka, itu adalah hal yang baik.Sementara itu, kedua mata Ryan memperhatikan tangan Danzel dan Meghan yang bergandengan dan menutup bibirnya dengan erat."Tapi bagaimanapun juga, untung saja
Setelah meninggalkan lokasi syuting, Meghan merasa tidak nyaman secara fisik dan emosional. Oleh karena itu, dia berpamitan untuk pulang ke vila terlebih dahulu.Sementara itu, Danzel pergi ke kantor. Setibanya di kantor, asistennya segera menyerahkan kontrak yang sudah disusun seraya berkata, "Bos, apakah kita perlu menyelesaikan masalah ini secara pribadi dulu? Kalau kita benar-benar meminta pertanggungjawaban, Nona Leona akan ...."Sebelum menyelesaikan perkataannya, Remy merasakan tatapan tajam yang dilemparkan oleh Danzel. Pada akhirnya, dia terbatuk sekilas dan memutuskan untuk tidak berkomentar lebih lanjut. Sebenarnya, Remy sendiri tidak memiliki kesan yang baik terhadap Leona. Namun, mengingat dirinya sudah bekerja di sini begitu lama, pihak perusahaan juga tidak akan diuntungkan jika nantinya timbul masalah lain.Selain itu, saat ini Leona masih dikenal sebagai selebritas. Namun, kenyataannya, Danzel tidak akan mempertimbangkan status dan identitas Leona saat ini.Jika faktan
Danzel perlahan-lahan mengemudikan mobilnya ke dalam vila. Ketika berbalik, dia langsung melihat wajah Meghan. Siapa pun akan merasa senang jika orang yang dirindukan muncul di hadapan mereka.Namun, begitu teringat pada situasi Meghan sekarang, Danzel seketika merasa agak cemas. Dia tentu memercayai kemampuan Meghan. Akan tetapi, siapa pun akan mengkhawatirkan orang yang mereka cintai.Danzel menghela napas saat melihat Meghan yang menyesap anggur dengan ekspresi lelah. Kala ini, kepala pelayan keluar untuk membantu Danzel memarkirkan mobilnya. Setelah selesai, keduanya pun sama-sama masuk.Meghan sudah berniat naik ke lantai 2 sekarang. Begitu mendengar suara, dia menoleh dan menatap orang yang berdiri di pintu masuk. "Bukannya kamu pergi ke kantor? Kenapa pulang begitu cepat?"Melihat ini, si kepala pelayan bergegas pergi sehingga hanya menyisakan mereka berdua. Akan tetapi, Danzel tidak menjawabnya sehingga Meghan langsung menaiki tangga.Meghan benar-benar lelah. Dia sudah mengole
"Mau ke mana?" tanya Danzel begitu melihat Meghan hendak keluar. Dia terlihat sangat khawatir.Meghan tidak pernah melihat Danzel secemas ini sehingga tak kuasa tersenyum. "Ke perusahaan. Ada kontrak yang harus kutandatangani, sudah kutunda beberapa hari."Sambil mengatakan itu, Meghan pun berjalan ke luar. Dia tahu bahwa dirinya tidak bisa menghentikan Danzel mengantarnya.Tanpa diduga, begitu pintu dibuka, seseorang melemparkan sesuatu ke arah Meghan. Dalam sekejap, bau amis menyebar ke udara."Astaga ...." Meghan hanya bisa menghela napas. Harus diakui bahwa kemampuan Leona memanas-manasi publik sangatlah hebat. Hanya dalam setengah hari, sudah ada orang yang rela bersembunyi di sini untuk melempar telur busuk?"Meghan!" seru Danzel. Dia berdiri di belakang Meghan, jadi tidak bisa melihat terlalu jauh. Beberapa detik kemudian, dia baru menyadari apa yang telah terjadi.Danzel langsung meraih pergelangan tangan Meghan, lalu menariknya ke belakang. Kemudian, Danzel mengernyit sembari