"Kak Danzel, nggak nyangka kamu benar-benar datang. Saat Ayah beri tahu aku kemarin, aku masih nggak berani percaya." Saat ini, ekspresi Avril terlihat sangat malu-malu. Orang lain mungkin akan mengira dia adalah gadis rumahan yang pemalu.Danzel menganggukkan kepalanya dengan lembut sebagai etiket baik dan langsung mengakhiri pembicaraan mereka.Barney yang berdiri di samping melihat interaksi keduanya, menjadi semakin yakin Avril dan Danzel adalah pasangan yang serasi. Dia mengelus tangannya dengan gugup, lalu berbicara sambil tersenyum, "Danzel, Avril sudah dewasa, tapi nggak pernah memikirkan pernikahan. Paman tahu kamu juga sudah bercerai."Danzel yang awalnya ekspresinya datar, begitu mendengar perkataan itu, alisnya tiba-tiba berkedut."Kamu lihat saja kita sudah menjadi tetangga selama bertahun-tahun. Nenekmu dan ibunya Avril juga teman baik, jadi ....""Ayah, apa yang Ayah katakan!"Sebelum Barney sempat menyelesaikan perkataannya, Avril sudah menyelanya dengan malu-malu. Avri
Mendengar perkataan itu, Danzel melirik Avril sekilas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Barney. Kata-kata yang hampir saja keluar dari mulutnya, akhirnya ditahan kembali. Bagaimanapun, ini adalah pesta ulang tahun Barney. Setidaknya Danzel harus menghormatinya.Jari Danzel mengetuk gelas dengan lembut dan nada suaranya tenggelam dalam keramaian pesta, "Asistenku akan datang menjemputku. Nona Avril tidak usah segan."Yang satunya mengundang dengan maksud yang jelas, yang satunya lagi menolak dengan halus. Sebagai orang dewasa, mereka sama-sama mengerti maksud di balik ucapan ini. Barney yang duduk di samping ingin membantu putrinya, tetapi sebagai tokoh utama pesta ini, dia pun ditarik pergi oleh orang lain.Meja yang diatur untuk Danzel adalah tempat orang-orang yang akrab dengan Keluarga Barber dan semuanya adalah senior. Melihat anak muda yang saling merayu, mereka semua juga mengerti dan satu per satu meninggalkan meja itu. Akhirnya, hanya tersisa Danzel dan Avril di meja itu.
Mendengar perkataan itu, Danzel tertawa. Bukan tertawa sinis, tetapi benar-benar tertawa.Bahkan Avril sendiri juga tidak menyangka Danzel akan tersenyum dengan begitu lembut setelah mendengar ucapannya. Dalam sekejap, Avril juga tidak peduli dengan martabatnya lagi dan melihat mata Danzel yang terlihat lebih indah daripada sebelumnya. Dia sendiri juga merasakan pipinya tiba-tiba menjadi panas. Namun, dia tidak tahu ternyata senyuman Danzel itu bukan karena dirinya.Danzel tiba-tiba teringat dengan Meghan dan semua prestasinya. Mengapa dia tidak pernah mendengar gadis yang dikelilingi begitu banyak prestasi itu berbicara seperti ini dengannya?Sejak awal, pikiran Danzel memang tidak fokus di pesta ini. Begitu teringat dengan Meghan, dia lebih tidak memiliki alasan untuk tetap berada di sini lagi. Setelah menyelesaikan setengah cangkir sampanye itu, dia berdiri dan bersiap-siap untuk pergi. Namun, tangan Avril segera menghentikannya."Kak Danzel, kamu mau ke mana?"Perasaan Avril yang t
Setelah tiba di apartemen Leona, Avril langsung berbaring di sofa dan hampir saja menangis."Apa yang terjadi? Siapa yang menyakitimu?""Siapa lagi yang bisa menyakitiku kalau bukan Danzel?"Mendengar nama Danzel, senyuman di wajah Leona menjadi kaku sejenak, lalu ekspresinya kembali seperti semula lagi."Ada apa? Kenapa Danzel bisa menyakitimu?"Mendengar perkataan itu, Avril mengambil selembar tisu dari meja dan menyeka air mata di sudut mata yang hampir mengalir. Kemudian, dia melihat ke arah Leona dan mulai menceritakan segala sesuatu yang terjadi di pesta tadi. Dari nada bicaranya, terdengar sangat jelas dia gagal mendapatkan cintanya Danzel dan perasaannya telah tumbuh menjadi kebencian.Menyadari hal itu, Leona diam-diam tertawa di dalam hatinya, lalu duduk di samping Avril dengan ekspresi tidak puas. "Nona Avril, aku ceritakan sebuah cerita padamu."Avril memandang bingung ke arah Leona dan tidak berbicara sebagai isyarat menyetujuinya.Sementara itu, Leona mulai berbicara tent
Wesley mengangguk, lalu melihat Meghan tiba-tiba tersenyum. Senyuman Meghan terlihat sangat indah, tetapi Wesley sangat mengenal bosnya, pasti ada sesuatu yang direncanakan di balik senyuman itu.Sesuai dugaan, Meghan memainkan pulpen dengan jari-jarinya dan seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, lalu berbicara, "Katakan pada Presdir kontrak ini. Aku bersedia berinvestasi, tapi ada syarat tambahannya."Melihat senyuman di wajah Meghan, Wesley hampir saja berkeringat dingin. Dia hanya berharap bosnya tidak akan mempermainkan mereka terlalu kejam."Syaratnya adalah aku ikut dengan acara ragam ini."Mendengar jawaban itu, Wesley merasa lega, tetapi dia juga harus tetap waspada. "Baik, aku akan menghubungi bos ini sekarang."Setelah kembali ke kantornya, Wesley segera menelepon kontak bisnis perusahaan itu dan hasilnya, mereka langsung menyetujui persyaratannya. "Tentu saja bisa! Ini adalah suatu kehormatan bagi kami!"Saat ini, tidak ada orang lain yang memiliki popularitas sebesar Meghan
Meghan tidak suka membuat kehebohan. Baginya, akan lebih baik jika tim produksi tidak pernah memfilmkannya. Beberapa menit kemudian, tim produksi belum datang, tetapi Avril sudah datang."Nona Meghan, lama nggak berjumpa," ucap Avril dengan berpura-pura sopan karena banyak kamera yang menyorot. Tingkahnya ini membuat Meghan seketika mengernyit."Nona Meghan ...," panggil Avril lagi. Meghan menghela napas dalam hati, lalu baru membuka mata. Kenapa sulit sekali baginya untuk beristirahat?"Apa ada urusan?" tanya Meghan dengan eskpresi tidak acuh. Melihat ini, Avril tentu geram hingga menggertakkan giginya.Namun, Avril tidak berani memperlihatkan sifat aslinya di depan kamera. Dia menyahut dengan manis, "Sebenarnya, aku nggak nyangka kamu akan hadir dalam acara ini. Aku hanya ingin menyarankanmu untuk memahami diri sendiri lebih dalam."Para netizen mungkin merasa ucapan Avril ini adalah sebuah bentuk perhatian. Lagi pula, Meghan bukan dari industri hiburan sehingga tidak terlalu paham t
Setelah masuk lift dan menekan nomor lantai yang ada pada kartu kamar, Meghan dan Danzel sama sekali tidak mengobrol. Beberapa menit kemudian, keduanya sama-sama memasuki kamar.Begitu mendengar pintu kamar tertutup, Meghan baru berbalik dan berkata, "Aku tidak sangka kamu juga akan datang. Kalau begitu, mari kita bekerja sama!"Danzel seketika bersemangat mendengarnya. Tanpa diduga, Meghan tiba-tiba melanjutkan, "Sesudah acara ini berakhir nanti, kita berpisah secara baik-baik."Berpisah? Jantung Danzel seketika berdetak kencang. Perpisahan seperti ini terlalu berat baginya. Dia teringat pada sikap Meghan yang menjadi agak dingin, tidak seperti saat mereka baru pulang dari luar negeri.Hati Danzel tiba-tiba terasa sakit. Dia tidak bisa menahan diri untuk maju dan meraih tangan Meghan, tetapi wanita ini malah menghindar dan berkata, "Tuan Danzel, jaga jarakmu."Danzel mengernyit saat melihat tingkah Meghan ini. Dia tahu bahwa mereka berdua harus berbicara baik-baik setelah acara ini be
Avril sangat senang melihat Meghan yang sibuk menawar harga. Ketika melirik Danzel yang berdiri di samping, jantungnya seketika berdebar-debar. Ketika berkenalan dengan Ryan dulu, dia merasa pria ini sangat berkelas, apalagi penyanyi hanya salah satu identitasnya.Selain itu, berbagai aspek yang dimiliki Ryan bahkan melampaui kebanyakan orang di industri hiburan. Wajar jika Avril menyukainya dan ingin mendapatkannya.Namun, begitu melihat Danzel, Avril langsung tidak memiliki ketertarikan dengan Ryan. Meskipun dia kesal dengan keributan yang terjadi di ulang tahun ayahnya, semua itu karena dia ingin mendapatkan Danzel.Jadi, acara ini adalah waktu yang paling tepat baginya untuk membuktikan bahwa dirinya lebih hebat dari Meghan. Benar, dia ingin menjatuhkan Meghan.Setelah bertahun-tahun berkecimpung di industri hiburan, Avril telah mempelajari banyak hal. Bisa dibilang bahwa kemampuannya sangat luar biasa. Sayangnya, dia lupa bahwa lawannya ini berbeda dengan orang-orang yang biasanya