Share

Dijodohkan

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-29 13:14:10

Rina masih kesal bila mengingat beberapa waktu yang lalu. Mendengar jelas pengakuan Askan yang mencintai anaknya, bersamaan dengan pengakuan Askan yang lain yaitu mengenai pertunangannya.

"Saya dijodohkan oleh orangtua saya dengan anak dari sahabat Mama saya, Bu."

Penjelasan Askan mengatakan alasan dirinya bertunangan. Hmm, apapun itu alasannya intinya sudah membuat rencana dan harapan Rina pupus seketika. Sebab Rina sudah berharap penuh jika Askan seorang lajang nyatanya tidak.

Ah, sial! umpat batin Rina sebal.

Sekarang, apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Rina gak mau menyerah begitu saja. Mumpung masih tunangan, tentu masih bisa dihancurkan hubungannya. Sedangkan yang sudah menikah saja banyak yang berakhir hancur karena ulah pelakor.

Apa? Tidak, tidak. Itu hanya contohnya saja, bukan berarti Garin anaknya yang menjadi pelakor dalam hubungan orang lain.

Rina kembali fokus memperhatikan tatapan antara sang anak dan juga Askan. Ketertarikan itu tak bisa mereka hilangkan, seakan malah semakin kuat membuat keduanya sama-sama tak mudah untuk melepaskan kontak mata masing-masing

"Kedip, nak Askan." sindir Rina membuat Askan terperanjat kaget.

Pria itu tersenyum malu, "maaf."

"Gak apa-apa, saya tahu kok kalau anak satu-satunya saya ini memang cantik."

"Ya, sangat cantik." Askan mengangguk setuju.

"Saya juga setuju dengan Bos Askan, Nona Garin memang cantik." timpal Niko yang tiba-tiba ikut bicara.

Sontak saja Askan, Rina kompak menoleh ke arah Niko yang rupanya juga tengah menatap Garin yang pipinya bersemu merah karena malu terlalu dipuji.

"Maaf, saya hanya mengatakan yang sebenarnya saja bahwa Nona Garin memang cantik. Bukan bermaksud yang aneh-aneh kok Bos dan Bu Rina." cepat-cepat Niko menjelaskan maksud dari ucapannya saat mendapatkan tatapan kurang menyenangkan dari sang majikannya dan juga Rina.

Rina sebenarnya kesal karena supir pribadi Askan memuji kecantikan putrinya. Dalam hatinya Rina berdoa semoga saja Niko tak ada rasa untuk anaknya.

Karena yang menjadi target incaran Rina 'kan Askan, bukannya Niko. Sama sekali bukan!

Rina tersenyum kikuk, "terima kasih pujiannya untuk anak saya nak Askan dan nak Garin. Saya bersyukur dan bangga memiliki putri secantik juga sebaik Garin." Rina menyentuh lembut dagu Garin yang duduk di sampingnya.

"Ayo di minum teh hangatnya nak Askan," tawar Rina yang di angguki Askan.

"Sebenarnya saya sudah lama tidak minum teh, Bu."

"Oh ya? Waduh, jadi gimana dong nak? Ibu dan Garin gak tahu kalau ternyata nak Askan gak minum teh." ucap Rina panik.

Askan tersenyum tak masalah, "tapi karena Garin yang membuatnya maka akan saya minum." kata Askan terlihat begitu jantan di mata bu Rina yang semakin suka pada Askan untuk ia jadikan menantunya.

"Uhm, tapi Tuan-" belum sempat Garin menyelesaikan ucapannya sebab keburu duluan Askan yang bertindak meminum sedikit teh hangat tersebut.

"Enak," puji Askan tulus.

"Terima kasih," Garin tersipu malu karena mendapatkan pujian lagi. Lalu ia beralih pada Niko yang sedari tadi hanya diam saja. "Tuan Niko juga silakan minum teh hangatnya," tawar Garin merasa tak enak hati pada Niko yang seakan tak di pedulikan kehadirannya oleh ibunya yang hanya terdiri pada satu orang saja. Yaitu Askan.

"Iya Nona Garin, terima kasih." setelah ditawari barulah Niko mengambil gelas teh hangatnya dan meminumnya sedikit-sedikit.

Rina menatap kesal sang anak yang justru malah lebih perhatian ke Niko dibandingkan ke Askan. Hadeehhh!

"Sebentar ya," ucap Rina meminta izin pada kedua pria itu. "Ayo," ajaknya menarik tangan Garin.

"Mau ngapain, Bu?"

"Udah ayo cepat nurut!" Rina sendiri tersentak kaget dengan nada suaranya yang tinggi. "Duh, maaf nih ya, bukan maksudnya ngebentak Garin. Hanya saja anak saya ini memang perlu ditegaskan sebab kadang suka lelet." cengir Rina kikuk.

Sekikuk Askan dan Niko yang masih syok, namun sebisa mungkin mereka mengerti dan menganggukkan kepala.

"Permisi," pamit Rina menarik tangan Garin untuk mengikuti langkahnya.

"Kamu tuh ya!" omel Rina menyentak tangan Garin. "Kamu sukanya sama Bos atau supir pribadinya sih?"

Garin tercengang mendengarnya, "maksud Ibu apa ya?"

"Duh, pura-pura gak ngerti lagi." geram Rina rasanya seakan ingin mencakar wajah polos Garin.

"Kamu sukanya sama Askan apa sama Niko, sih?"

"Hah?" Garin lebih tercengang lagi. "Ibu ngomong apaan sih?"

"Gak usah ngeles, kamu tinggal jawab aja. Suka Askan atau Niko?"

Garin diam, cukup terkejut kenapa bisa ibunya menanyakan hal seperti itu. Apa ibunya mencurigai gerak-geriknya yang memang seminggu belakangan ini memikirkan Askan?

Rina memejamkan matanya berusaha menahan kekesalannya. "Oke, intinya gini aja ya. Ibu berharapnya kamu suka sama Askan, Ibu setuju seribu persen. Tapi kalau kamu sukanya sama Niko, jangan harap Ibu setuju ya. Ngerti!"

Garin berjengit kaget mendengar bentakan ibunya. Berharap semoga saja suara ibunya tak sampai kedengaran oleh Askan dan Niko.

Setelah puas mengatakan unek-uneknya, Rina kembali menarik tangan Garin ke ruang tamu dimana masih ada Askan dan Niko.

Rina tersenyum lembut, "maaf ya sedikit lama."

"Iya gak apa-apa, Bu." sahut Askan dan Niko kompak.

"Loh, mau kemana?" tanya Rina panik ketika melihat Askan bangkit berdiri dari tempat duduknya.

"Bu, kami mau pamit pulang ya." ucap Askan.

"Kok cepat kali nak?"

"Soalnya udah malam juga, Bu." sahut Niko yang sama sekali tak di gubris Rina yang hanya menunjukkan sikap perhatiannya pada Askan seorang.

"Bentar lagi lah nak, belum juga makan cemilannya." Rina melirik biskuit yang Garin taruh di piring. "Ayo, dimakan dulu ya." bujuk Rina mencoba menahan sedikit lebih lama Askan dan Niko.

Merasa tak enak hati bila menolak, mau tak mau Askan dan Niko mengangguk. Rina terlihat sangat senang sekali.

***

"Menurut kamu gimana?"

Niko melirik sekilas bosnya dari kaca spion, "maaf bos? Tentang apa ya?"

"Itu loh, Bu Rina dan Garin."

"Iya, memangnya kenapa dengan mereka berdua bos?" Niko kembali melirik sekilas Askan dari kaca spion.

"Kamu ngerasain sama kayak yang saya rasain gak, Ko?"

"Hah?!" Niko syok dan sedikit bergidik ngerih. "M-maksud bos apa ya?"

"Eh, kok kamu reaksinya gitu sih?" tanya Askan merasa aneh dengan reaksi supir pribadinya.

Niko diam, hanya bola matanya saja yang bergerak sesekali melirik sekilas Askan dari kaca spion. Dan tentunya hal itu membuat Askan semakin merasa aneh.

"Bos, saya mau bilang kalau saya masih normal. Jadi, maaf sekali karena saya-"

"Eh, tunggu! Maksudnya apa nih, Ko?"

"Iya, saya merasa agak gimana gitu dengar ucapan Bos barusan."

"Yang mana ya?"

"Tentang apakah perasaan yang Bos rasakan itu-" Niko terlihat kebingungan menjelaskannya.

Mendengar itu Askan baru mengerti apa yang membuat reaksi Niko terlihat jijik. Ternyata salah paham, astaga!

"Niko, kamu udah salah paham. Maksud saya, kamu merasa ada yang ganjal gak dengan Bu Rina ke anaknya."

"Ngeganjal yang seperti apa ya Bos? Sikapnya gitu?"

"Nah, iya bener. Kamu ngerasa juga kan sikapnya Bu Rina agak aneh ke Garin?"

"Ya gitulah, Bos. Menurut saya sikap Bu Rina sepertinya hanya berpura-pura."

"Pura-pura maksudnya?" Askan terlihat bingung.

"Iya, gitulah bos. Saya gak berani mengatakannya langsung, takut jatuhnya jadi memburukkan beliau." Niko mencoba menghentikan obrolan tentang Rina. Dan Askan yang mengerti pun diam, tak bertanya lagi walaupun ia sangat penasaran maksud kata pura-pura yang diucapkan Niko tadi.

Bab terkait

  • Ibuku si ratu hutang   Bujukan maut Rina

    Garin menoleh kesal pada ibunya yang bisa-bisanya malah mengajak dirinya ke dalam rencana untuk menghancurkan hubungan Askan dan tunangannya. Sebenarnya bukan mengajak sih, tapi lebih tepatnya menyuruh dan memaksa.Awalnya Garin juga terkejut dengan fakta yang Rina ceritakan, mengenai Askan yang ternyata sudah bertunangan dengan wanita lain karena dijodohkan oleh orang tuanya.Artinya pria itu sudah milik orang lain, dan Garin harus melupakannya. Mengenyahkan bayang-bayang Askan yang selalu menghantuinya."Pokoknya Ibu gak mau tahu, kamu harus nurut sama Ibu. Termasuk rencana untuk menghancurkan hubungan Askan dengan wanita yang menjadi tunangannya. Mengerti?!""Tapi, Bu—""Garin, gak ada tapi-tapian ya. Ibu gak mau dengar penolakan kamu." sela Rina menatap garang Garin yang memang berniat menolaknya.Garin pasrah, percuma saja ia berusaha menolak dan membantah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Ibuku si ratu hutang   Teror untuk Putri

    Askan menggeram kesal, sejak tadi dering ponselnya tak mau berhenti. Membuat ia mau tidak mau bangun untuk meraih ponselnya yang tergeletak di nakas samping tempat tidur.Askan mengucek matanya yang sangat mengantuk sekali, cukup kaget saat melihat nama tunangannya yang tertera di layar ponsel.Putri? Ada apa dia menelponku jam segini? batin Askan bertanya-tanya.Pasalnya, jarang sekali Putri mengubunginya malam-malam begini.Karena saking penasarannya Askan pun akhirnya segera mengangkat panggilan telepon Putri yang tak kunjung berhenti."Hal-""As, tolong aku! Aku ketakutan ... Hiks!" ucap Putri menyela ucapan Askan yang belum selesai.Askan yang masih setengah mengantuk pun mendadak ngeblank. Tolong aku? Aku ketakutan?"Putri-""Askan aku mohon cepat datang kesini ya. Please!" pinta Putri bercampur isa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Ibuku si ratu hutang   Minta uang lagi

    "Haduh! Duit udah habis, mana teman-teman ngajak kumpulan di cafe lagi." keluh Rina merasa pusing. Pasalnya uang yang waktu itu Askan kasih sudah habis tak bersisa.Sembari berjalan mondar-mandir Rina berpikir keras untuk mencari cara bagaimana mendapatkan uang. Setidaknya agar bisa berjalan lancar acara pertemuan hari ini dengan teman-temannya."Hmm, apa aku harus minta uang lagi ke Askan ya?" gumam Rina berpikir. "Tapi, alasan apa yang harus aku pakai?" Rina pun merasa dilema.Tidak mungkin jika Rina tiba-tiba datang menemui Askan hanya untuk meminta uang saja. Setidaknya kali ini Rina harus memiliki alasan.Seperti Garin sedang sakit mungkin, atau Garin sangat membutuhkan uang. Ya, Rina harus memakai nama Garin untuk alasannya. Biarlah Garin ia pojokan agar tujuannya berjalan mulus. pikir Rina tersenyum culas.Tanpa pikir panjang Rina pun dengan segera menghubungi nomor telepon Askan. D

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Ibuku si ratu hutang   Siapa itu Garin?

    "G-garin?" ulang Askan terbata."Iya, sekarang aku minta sama kamu untuk jawab jujur. Siapa itu Garin?" tuntut Putri penasaran."Garin itu ... Bukan siapa-siapa.""Bohong!" jerit Putri merasa kecewa. "Jelas-jelas kamu terlihat khawatir saat mendengar kabar Garin sakit dari sambungan telepon tadi.""Apa? Jadi kamu menguping pembicaraan aku?""Ya!" sahut Putri lantang. "Tak sengaja mendengar percakapan kamu tadi, lebih tepatnya.""Hmm, sama aja itu artinya dengan kamu menguping pembicaraan aku.""Ya terserahlah. Intinya sekarang aku mau kamu jawab jujur pertanyaan aku. Garin itu siapa kamu?""Aku 'kan udah jawab tadi, kalau Garin itu bukan siapa-siapa. Tapi kamu malah bilang aku bohong, aneh!""Aku bilang gitu karena aku yakin kamu cuma bohong.""Astaga! Terus aku harus jawab kayak gimana lagi? Karena memang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Ibuku si ratu hutang   Kebongkar

    Garin yang masih pengangguran pun tentu saja lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Selama itulah ia jadi lebih tahu mengenai aktivitas ibunya sehari-hari seperti apa.Sebenarnya Garin sudah menaruh kecurigaan pada ibunya yang menurutnya sekarang lebih banyak membeli barang-barang mewah. Entah itu baju, tas, juga sepatu.Terkadang, Garin jadi bertanya-tanya darimana ibunya memiliki banyak uang sampai bisa membeli barang mewah bermerek cukup terkenal seperti itu."Ibu belanja lagi?" tanya Garin memperhatikan sang ibu yang terlihat kesenangan dengan barang-barang yang baru dibelinya."Iya, kenapa? Masalah buat kamu memangnya kalau Ibu belanja lagi?""Astaga! Kenapa Ibu se-sewot ini? Aku kan cuma bertanya Bu." Garin geleng-geleng kepala seraya mengelus dada."Hmm, tapi cara nanya kamu itu seakan-akan gak suka ngelihat Ibu belanja.""Bukannya aku gak suk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Ibuku si ratu hutang   Egois, jahat dan licik

    Garin pulang dengan perasaan yang teramat kesal dan juga amarah yang membumbung tinggi. Masih tak habis pikir dengan ibunya yang begitu tega menjadikannya alasan untuk membohongi Askan. Parahnya kebohongan yang di rancang ibunya adalah mengatakan Garin sakit.Ya, Garin sudah tahu tahu semuanya lewat Askan yang mengatakan langsung padanya yang saat itu juga masih bersama tunangannya. Syukurlah Vanny sudah pergi jadi Garin tak perlu harus bertambah malu di depan temannya.Garin tidak terima, dan untuk itu ia akan menanyakan langsung pada ibunya yang kenapa dengan sangat beraninya berbohong pada Tuan Askan dan mengatasnamakan dirinya sebagai alasan."Ya ampun! Kenapa sih Ibu senekat dan setega ini sama ku dan juga Tuan Askan?" gumam Garin yang masih tak habis pikirBahkan kini ibunya belum juga pulang, padahal ibunya sudah pergi dari pagi tadi.Garin melihat luar dari jendela rumahnya, hari s

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Ibuku si ratu hutang   Teror yang dibalas ancaman

    Teror kembali mengancam ketenangan Putri. Wanita itu pikir seminggu setelah teror waktu itu tidak akan terulang lagi. Tapi, nyatanya tidak.Beberapa hari ini ancaman teror semakin gencar menakut-nakutinya seperti hantu. Parahnya si peneror ini bahkan mengetahui sebuah rahasia besar yang selama ini ia sembunyikan dari tunangannya. Askan."Oh, shitt!" umpat Putri menggeram kesal. Bagaimana mungkin ia memiliki banyak uang malah tidak berdaya gini hanya karena sebuah ancaman teror ini.Meskipun begitu, Putri tetap berpikir keras untuk menemukan jalan keluar dari masalah ini. Karena sungguh ia mulai muak dan gerah dengan tingkah si peneror yang mulai melunjak.Putri yakin seratus persen bahwa masalah ini tidak akan selesai bila ia tinggal diam saja. Tapi, Putri takut kalau ia bertindak lebih jauh maka sesuatu rahasia yang ia sembunyikan dari Askan akan terbongkar."Ya Tuhan!" Putri mulai dilanda frustasi.Kenapa hal

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Ibuku si ratu hutang   Kepanikan Rina

    Sesuatu hal yang tak pernah Rina duga-duga akan terjadi, dirinya kalang kabut begitu mendengar pernyataan secara langsung dari Askan yang katanya ingin melaporkan soal kasus teror yang menimpa tunangannya."Haduh, sial! Kalau kayak gini ceritanya udah gak main-main lagi. Gawat!" gumam Rina terlihat sangat panik.Seperti setrikaan Rina mondar-mandir kesana kemari sambil berpikir keras mencari ide."Haduh! Ini kepala rasanya kayak mau pecah mikirin ide!" jerit Rina yang didengar Garin."Ide?" gumam Garin bertanya-tanya."Maksudnya Ibu apa ya?" sambung Garin masih tidak mengerti dengan ucapan sang ibu.Namun perasaannya mengatakan hal yang tak enak. Hmm, seperti sesuatu hal yang buruk tengah dilakukan ibunya."Apa jangan-jangan Ibu melakukan sesuatu hal yang jahat?" tebak Garin menduga. "Ah, tidak!" kemudian ia menggelengkan kepalanya kuat. "Aku gak boleh nud

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16

Bab terbaru

  • Ibuku si ratu hutang   Mencoba saling mengenal lebih dekat

    Awalnya orang tua Askan sempat tidak setuju Askan menjalin hubungan dengan Garin. Tentu saja alasan yang utama adalah karena Garin anak dari orang sederhana, tidak kaya seperti Putri.Tapi seiring berjalannya waktu kedua orang tua Askan jadi menyukai Garin yang ternyata anaknya baik, sopan dan sangat manis.Ah ya, dan satu hal lagi yang paling penting. Pandai memasak dan sangat positif sekali.Seperti hari ini, mama Askan dan Garin kompak memasak bersama. Semenjak hari itu, hari dimana Garin di kenalkan dengan keluarga Askan dia jadi lebih sering datang ke rumahnya.Askan mengatakan jika mamanya yang meminta Garin untuk sering-sering datang agar mereka lebih mengenal dekat satu sama lain.Garin takjub melihat hasil kue buatan mamanya Askan yang luar biasa cantik dan bagus."Sepertinya sangat enak," ungkap Garin jujur. Ia tergiur dengan kue buatan mamanya Askan."Mau mencobanya?""Apakah boleh Tante?""Y

  • Ibuku si ratu hutang   Mengenalkan pada keluarga

    Garin tidak menyangka jika hari ini akan dibawa kesini untuk diperkenalkan pada keluarga Askan.Ya ampun! Mimpi apa dia semalam hingga berakhir disini?Sekarang Garin harus bagaimana? Ia benar-benar sangat gugup sekarang ini.Gila! Yang benar saja! Askan nekat memperkenalkannya sebagai kekasih sekaligus calon istri? Heh, sejak kapan mereka jadian dan jadi sepasang kekasih? Dan sejak kapan pula lamaran terjadi sampai Askan dengan entengnya sudah menganggap Garin sebagai calon istri?Kedua orang tua Askan memperhatikan Garin dari atas sampai ke bawah, dan sebaliknya dari bawah sampai ke atas.Sebenarnya Garin merasa risih dengan tatapan orang tua Askan yang seperti tengah menilai penampilannya.Semoga saja mereka suka dengan penampilan dan dirinya. Dan semoga saja Garin tidak membuat masalah yang akan membuat dirinya malu.Kedua orang tua Askan tersenyum pada Garin yang balas tersenyum. Mama Ask

  • Ibuku si ratu hutang   Semakin dekat

    Garin terus menundukkan kepalanya, merasa malu dengan kejadian tadi diantara mereka berdua.Seumur hidupnya Garin belum pernah berciuman, dan Askan adalah lelaki pertama yang mengambil ciuman pertamanya.Mengingatnya kembali membuat kedua pipi Garin terasa panas, saking malunya ia bahkan tak berani menatap ke arah Askan yang tampak fokus menyetir.Askan tau jika wanita yang duduk disampingnya ini tengah merasa malu. Ia tersenyum geli mengingat wajah malu Garin tadi saat dicium olehnya.Ya Tuhan! Kenapa Askan sampai kelepasan diri begini dan nekat mencium Garin.Kesannya sekarang Askan terlihat seperti seorang pria berengsek di hadapan Garin. Tapi ya sudahlah, lagian juga sudah terjadi dan Askan menyukainya."Apa yang kamu rasakan?" tanya Askan gemas pada Garin yang terus menundukkan kepalanya."Apa tidak pegal terus menunduk seperti itu?" sindir Askan. "Santai saja Rin, tegakan kepala kamu sekarang dan tatap aku."

  • Ibuku si ratu hutang   Ingin menjauh

    "Ada apa Garin? Kenapa aku merasa sepertinya ada sesuatu hal berat yang tengah kamu pikirkan. Apa kamu merasa tidak nyaman berada di dekatku?" tanya Askan menatap serius. Ia ingin Garin untuk jujur dan sedikit terbuka padanya. Maksudnya terbuka untuk curhat padanya, Askan siap jadi teman curhat untuk Garin.Garin menggelengkan kepalanya, "tidak sama sekali Tuan. Saya justru merasa sangat nyaman berada di dekat Tuan, akan tetapi....""Apa Rin?" Askan seolah makin dibuat penasaran pada Garin yang sengaja menggantungkan ucapannya."Saya mau Tuan memikirkan kembali niat Tuan yang ingin mendekati saya.""Kenapa? Kamu ragu sama aku?""Bukan begitu Tuan, saya—""Apa Rin? Kenapa sepertinya sangat sulit sekali bagi kamu untuk mengatakannya?" sela Askan terlihat frustasi pada Garin yang sepertinya sangat sulit mengucapkan apa yang membuatnya merasa risau."Bahkan apakah sangat sulit sekali bagi kamu untuk tidak bicara fo

  • Ibuku si ratu hutang   Kekalahan Putri & kemenangan Rina

    Pada akhirnya, Rina berhasil membongkar perselingkuhan yang dilakukan Putri selama ini di belakang Askan.Askan tentunya saja marah besar dan langsung memutuskan hubungan mereka saat itu juga."Tidak ada pernikahan!" tukas Askan lantang dengan wajah berang, penuh amarah.Putri yang mendengar itu pun menangis, meraung sejadi-jadinya sembari memohon belas kasih dari Askan untuk menarik kembali ucapannya."Askan, ku mohon jangan percaya pada wanita paruh baya licik itu." ucap Putri menunjuk ke arah Rina yang berdiri di samping mereka. "Dia sengaja ingin menghancurkan hubungan kita. Karena dia mau anaknya menikah sama kamu, As!" jerit Putri di akhir kalimatnya."Cukup!" tekan Askan menatap tajam Putri. "Memangnya kenapa kalau aku menikah dengan Garin? Apa ada yang salah?""As, ku mohon kamu sadar! Wanita licik ini cuma manfaatin kamu aja.""Oh ya? Kalau begitu, lalu apa bedanya sama kamu?" Putri terdiam semen

  • Ibuku si ratu hutang   Berhasil lolos

    Putri melemparkan kuat ponselnya ke dinding karena kesal dan amarah yang berkumpul jadi satu. Seharusnya ia mendapatkan kabar gembira karena satu hama berhasil di singkirkan. Tetapi, yang ia dapat malah kabar buruk.Bagaimana mungkin rencananya bisa gagal begini? Sial!Orang suruhannya begitu bodoh hingga tak bisa menghabisi Rina yang cuma seorang wanita paruh baya."Double sial! Arghhh!" umpat Putri mengamuk sebagai luapan dari amarahnya. Ia begitu marah luar biasa.Setelah ini, apa yang harus ia lakukan? Kenapa susah sekali untuk menyingkirkan hama pengganggu seperti Rina?Putri menjadi sangat frustasi dan nyaris gila. Kalang kabut dengan tindakannya ini, kenapa ia begitu gegabah dalam mengambil langkah.Sementara di rumah Rina merasa ketakutan, hampir saja ia menjadi target para penjahat. Saat jalan pulang dari pertemuannya dengan Putri, Rina merasakan perasaan tak enak.Dan saat dia menoleh ke belakan

  • Ibuku si ratu hutang   Saling merebut (2)

    "Jadi sebenarnya saya sudah tahu kalau anda lah dalang dari teror yang menimpa saya." ucap Putri membuat wajah Rina sedikit memucat. Namun sebisa mungkin Rina menyamarkan perasaan gelisah dan takutnya.Mencoba santai, Rina pura-pura terkikik geli mendengarnya. "Kamu jangan menuduh tanpa bukti, Nona Putri."Putri menaikkan sebelah alisnya, "menuduh tanpa bukti anda bilang? Anda yakin saya gak punya bukti?""Ya!" sahut Rina lantang. "Jika kamu punya bukti, maka tunjukin sama saya."Untuk beberapa Putri tertawa ngakak mendengarnya, setelah merasa puas menertawakan Rina Putri berujar. "Sungguh, anda bukan tipe yang pas untuk bersaing dengan saya." katanya merendahkan.Sengaja ia mengatakan itu untuk memancing kemarahan Rina yang menurutnya gampang sekali marah.Putri berdecak, "awalnya aku pikir anda ini adalah saingan yang berat. Tapi setelah aku lihat ternyata anda ini gak a

  • Ibuku si ratu hutang   Saling merebut

    Rina mengerang kesal, "kenapa nomor ponsel Askan tak bisa di hubungi dari tadi sih?" omelnya yang kembali berusaha menghubungi Askan. Tapi, hasilnya tetap nihil."Argghhh!" erangnya makin kesal.Pikiran Rina mulai panik, ada apa gerangan Askan tak bisa dihubungi? Apa mungkin Askan ganti nomor baru?Waduh, gawat dong kalau memang beneran Askan ganti nomor hp baru. gerutu Rina gusar.Padahal dia saat ini lagi membutuhkan Askan. Hmm, ya biasa lah. Kalau membutuhkan Askan pasti tidak jauh-jauh dari uang. Bagi Rina, Askan itu 'kan mesin uang untuknya.Tapi kalau Askan ganti nomor hp baru, gimana caranya Rina bisa menghubunginya?Meskipun dalam keadaan cemas, Rina tetap berpikir keras memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang dari Askan."Apa aku langsung temuin aja ya?" gumam Rina menimbang-nimbang keputusannya. "Haduh, gak ada cara lain sih emang selain nemuin langsung.""Eh,

  • Ibuku si ratu hutang   Kemarahan Putri

    "Aku gak mau!" tukas Putri menolak ajakan Askan."Loh, tapi kenapa?" tanya Askan heran.Putri menatap berang tunangannya, "kamu gak usah pakai nanya lagi deh? Jelas-jelas kamu penyebabnya kenapa aku jadi gak mau.""Kenapa aku? Memangnya apa yang udah aku lakuin ke kamu?""Kamu!" Putri menunjuk Askan dengan jari telunjuknya. "Udah buat aku kecewa.""Buat kamu kecewa gimana sih? Aku gak ngerti," elak Askan tak merasa melakukan sesuatu yang membuat Putri kecewa."Sekarang mendingan kamu pulang aja deh, percuma juga aku ngomong sama orang kayak kamu." usir Putri mendorong cukup kuat dada liat Askan."Pergi!" titahnya lagi dengan wajah penuh amarah. "Lupain aja soal teror ini, biar aku saja yang akan menyelesaikan sendiri. Kamu gak perlu repot-repot untuk ikut campur urusan aku.""Putri, ku mohon jangan begini."Sebelah tangan Putri menahan Askan agar tak melangkah makin mendekatinya."Sek

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status