Share

Chapter 4

Author: Your Grace
last update Last Updated: 2025-01-21 22:55:42

Anthony melangkah dengan tenang menuju gerobak bubur tempat Naura dan Lila menikmati sarapan mereka. Dengan sikap santai, ia memesan semangkuk bubur kepada penjual, matanya sesekali melirik ke arah gadis kecil yang tengah lahap menyantap makanannya.

Naura tidak terlalu memperhatikan kehadiran pria itu. Baginya, Anthony hanyalah pelanggan lain yang kebetulan datang di saat yang sama. Ia lebih fokus pada Lila, memastikan putrinya menikmati sarapan pertamanya di Indonesia.

"Enak, kan, sayang?" tanya Naura sambil tersenyum.

Lila mengangguk dengan penuh semangat. "Iya, Mommy! Aku like banget!"

Anthony yang duduk tak jauh dari mereka memperhatikan interaksi ibu dan anak itu dengan saksama. Waktu yang diberikan Dirga kepadanya tidak banyak. Ia harus segera menyelesaikan tugasnya tanpa menarik perhatian.

Saat Naura mengambil dompet dari dalam tasnya untuk membayar, Anthony bergerak cepat. Dengan gerakan yang terlatih, ia menjatuhkan sendoknya ke tanah. "Ah, maaf," gumamnya sambil berjongkok, berpura-pura mengambil sendok yang jatuh.

Dalam sekejap, ia meraih sehelai rambut Lila yang tersangkut di kerah bajunya dan menyelipkannya ke dalam plastik kecil yang sudah ia siapkan di sakunya. Semuanya berlangsung begitu cepat dan tanpa kecurigaan sedikit pun dari Naura.

Setelah itu, Anthony bangkit kembali dan tersenyum sopan. "Maaf, tangan saya agak licin," ujarnya sambil tertawa kecil, lalu melanjutkan makannya seolah tidak terjadi apa-apa.

Naura hanya tersenyum singkat sebelum kembali fokus pada putrinya. Setelah selesai makan, ia menggandeng tangan Lila dan berpamitan kepada penjual bubur.

"Terima kasih, Pak. Buburnya enak sekali!" ucap Naura ramah.

"Sama-sama, Bu. Semoga suka dan sering-sering mampir, ya!" balas penjual bubur dengan senyum lebar.

Tanpa menyadari bahwa seseorang telah mengambil sesuatu yang sangat berharga darinya, Naura dan Lila melanjutkan perjalanan mereka dengan hati yang ringan. Namun, di sisi lain, Anthony segera beranjak pergi dengan membawa bukti yang bisa mengubah segalanya.

Tak lama setelah itu, ia menghubungi Dirga.

"Sampel sudah saya dapatkan, Bos. Akan saya kirimkan untuk uji DNA segera."

Di seberang telepon, Dirga tersenyum tipis. "Bagus. Aku ingin hasilnya secepat mungkin. Jika dia benar-benar anakku, maka Naura tidak akan bisa lari dariku lagi."

***

Keesokan harinya, Naura harus menghadiri wawancara kerja sebagai desainer di tempat yang direkomendasikan oleh Raffa, sahabatnya. Namun, sebelum itu, ia harus menitipkan Lila di daycare terpercaya.

Meski awalnya penuh drama karena Lila tidak mau ditinggal, Naura terus membujuknya dengan penuh kesabaran. "Sayang, Mommy harus bekerja supaya kita bisa hidup nyaman. Hanya sebentar saja, nanti Mommy jemput lagi, ya?"

Lila menggeleng dengan mata berkaca-kaca. "Aku mau sama Mommy aja! Aku nggak mau di sini!" suaranya bergetar, dan pelafalan huruf "R"-nya yang belum sempurna semakin terdengar jelas.

Naura menarik napas panjang dan berlutut di hadapan putrinya. "Lila, kamu anak pintar, kan? Coba satu hari aja, nanti kalau nggak suka, Mommy cari tempat lain. Deal?"

Lila menatap ibunya ragu-ragu, sebelum akhirnya mengangguk perlahan. "Oke... tapi Mommy jangan lama-lama, ya?"

Naura tersenyum lega dan mencium kening Lila. "Janji. Mommy sayang Lila."

Setelah memastikan Lila sudah tenang, Naura bergegas menuju tempat wawancaranya, berharap hari ini menjadi langkah awal untuk kehidupan yang lebih baik bagi mereka berdua.

***

Setibanya di butik yang direkomendasikan oleh Raffa, Naura disambut oleh seorang wanita berusia sekitar empat puluhan dengan penampilan elegan. Wanita itu adalah Bu Dian, pemilik butik sekaligus sosok yang akan mewawancarainya.

"Selamat pagi, Naura. Saya Dian. Silakan duduk," ujar Bu Dian dengan senyum ramah.

"Selamat pagi, Bu Dian. Terima kasih atas kesempatan ini," balas Naura sopan sambil duduk di kursi yang disediakan.

Bu Dian membuka berkas yang berisi portofolio desain Naura. Ia mengamati setiap lembar dengan ekspresi serius namun tetap santai. "Saya sudah melihat beberapa hasil desain Anda. Sangat menarik. Bisa ceritakan lebih lanjut tentang pengalaman Anda di bidang ini?"

Naura tersenyum percaya diri. "Saya sudah bekerja sebagai desainer selama beberapa tahun di London. Fokus saya lebih pada desain pakaian modern dengan sentuhan klasik. Saya suka menggabungkan elemen tradisional dengan konsep yang lebih segar dan dinamis."

Bu Dian mengangguk, tampak terkesan. "Saya menyukai pemikiran Anda. Butik ini sedang mencari seseorang yang bisa membawa nuansa baru dalam koleksi kami. Bagaimana jika Anda diberikan kebebasan untuk mendesain koleksi musim depan? Apa yang akan Anda lakukan?"

Naura berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saya ingin membuat koleksi yang memadukan keanggunan khas Indonesia dengan tren global. Misalnya, batik atau tenun yang disajikan dalam potongan kontemporer. Saya ingin menampilkan keunikan budaya kita dengan cara yang modern dan mudah diterima pasar internasional."

Senyum Bu Dian semakin lebar. "Itu ide yang bagus. Saya rasa Anda memiliki potensi besar untuk bergabung di sini. Kami akan mempertimbangkan Anda, dan dalam beberapa hari ke depan, saya akan menghubungi Anda untuk hasil akhirnya."

Naura merasa lega mendengar tanggapan positif itu. "Terima kasih, Bu Dian. Saya sangat menghargai kesempatan ini."

Setelah wawancara selesai, Naura melangkah keluar butik dengan perasaan optimis. Ia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan baru—sebuah langkah penting untuk masa depan dirinya dan Lila.

***

Naura bergegas menuju daycare untuk menjemput putrinya. Sepanjang perjalanan, ia berharap Lila sudah mulai terbiasa dengan tempat barunya. Namun, begitu ia tiba dan memasuki ruangan bermain, matanya melebar terkejut.

Di sudut ruangan, Lila tampak sedang bermain dan bercanda dengan seorang pria. Tawanya renyah, tanpa rasa takut atau canggung sedikit pun. Namun, yang membuat jantung Naura nyaris copot adalah sosok laki-laki itu.

Dirga.

Napasnya tercekat. Apa yang dilakukan pria itu di sini? Mau apa lagi dia? Segala kekhawatiran yang selama ini ia tekan mendadak muncul kembali.

"Mommy!" seru Lila dengan penuh semangat saat melihatnya. Gadis kecil itu segera berlari dan memeluknya erat. "Aku senang di sini! Aku main sama Papa!"

Naura membeku seketika. Kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir mungil putrinya membuat darahnya berdesir. Mata cokelatnya menatap tajam ke arah Dirga, yang kini berdiri dengan ekspresi santai, seolah tidak ada yang salah dengan situasi ini.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" suara Naura bergetar menahan emosi.

Dirga hanya tersenyum tipis, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Aku hanya ingin bermain dengan putriku. Benarkan, sweetheart?" tanyanya sambil menatap Lila dengan penuh kelembutan.

Lila mengangguk penuh semangat. "Iya, Mommy! Aku mau main sama Papa. Asyik sekali!" serunya polos, tidak menyadari ketegangan yang merayap di antara kedua orang dewasa di hadapannya.

Naura merasakan dadanya sesak. Pandangannya bergantian menatap Lila dan Dirga. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, ada kemarahan yang membara di hatinya. Namun, ia tahu tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk bertengkar.

Ia merunduk dan menatap putrinya dengan penuh kelembutan. "Sayang, Mommy sudah datang menjemput. Kita pulang sekarang, ya?" ujarnya dengan suara selembut mungkin, mencoba mengalihkan perhatian Lila dari pria di sampingnya.

Lila tampak sedikit ragu. "Tapi... aku mau main sama Papa lagi. Boleh kan, Mommy?" pintanya dengan mata berbinar.

Sebelum Naura sempat menjawab, Dirga kembali angkat bicara. "Tentu saja boleh, sayang. Papa pasti akan menemui Lila lagi," ucapnya dengan nada penuh kepastian, lalu menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan.

Naura menggigit bibirnya, menahan kemarahan yang hampir meledak. Ia harus segera membawa Lila pergi sebelum situasi semakin tak terkendali.

"Kita pulang sekarang," tegasnya, lalu menggandeng tangan Lila erat. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Dirga berbisik pelan di telinganya.

"Kita perlu bicara, Naura. Kau tidak bisa terus bersembunyi dariku."

Tubuh Naura menegang, tapi ia tidak memberikan tanggapan. Dengan langkah cepat, ia membawa Lila keluar dari daycare, meninggalkan Dirga yang masih berdiri dengan senyum penuh arti.

Namun, satu hal yang pasti.

Dirga tidak akan menyerah begitu saja.

Related chapters

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 5

    Naura melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang kacau. Sepanjang perjalanan pulang, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang terus berputar tanpa jawaban. Bagaimana bisa Dirga tahu? Apakah dia sudah mendapatkan bukti? Dan jika iya, apa yang akan dia lakukan selanjutnya?Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lila masih terlalu kecil untuk memahami apa yang sedang terjadi. Gadis kecil itu sekarang tengah duduk di sofa, memainkan bonekanya dengan riang, seolah pertemuan di daycare tadi hanyalah kejadian biasa."Sayang, sekarang waktunya tidur siang," ujar Naura lembut, berusaha menyembunyikan kecemasannya.Lila mengerucutkan bibir. "Tapi aku belum ngantuk, Mommy."Naura tersenyum dan mengusap lembut rambut putrinya. "Kalau begitu, kita baca buku sebentar, lalu tidur, ya?"Lila akhirnya mengangguk setuju. Naura mengambil salah satu buku dongeng favorit putrinya dan mulai membacakan cerita. Tak butuh waktu lama sebelum kelopak mata Lila mulai tertutup perlahan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 6

    Lima tahun lalu.Naura menatap dua garis merah di test pack yang masih digenggamnya erat. Tangannya bergetar, matanya panas, dan jantungnya berdetak kencang. Ini tidak seharusnya terjadi. Ini seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi kenyataannya, ia hamil. Dan ia sangat tahu siapa yang harus bertanggung jawab.Arjuna Dirga Wiratama.Kakak dari pria yang selama ini ia cintai, atau lebih tepatnya, mantan kekasihnya.Naura menggigit bibirnya, berusaha menguatkan diri. Dirga harus tahu. Seburuk apa pun situasinya, sekelam apa pun masa lalu mereka, ia tidak bisa menyembunyikan ini. Lila—bayi yang sekarang ada di dalam perutnya—berhak memiliki ayah.Dengan tekad yang bulat, ia mengambil tasnya dan pergi menuju kantor pusat Wiratama Hospitality Group. Naura tahu bahwa Dirga adalah pewaris utama, CEO yang memegang kendali penuh atas perusahaan itu. Meski baru sebulan tak bertemu, ia yakin Dirga masih seperti yang dulu—penuh percaya diri, berkuasa, dan nyaris tak tersentuh.Sesampainya di depan g

    Last Updated : 2025-03-03
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 1

    Happy ReadingDi sebuah bandara internasional yang ramai, Naura Devi Lark menggenggam erat tangan kecil putrinya, Lila Amora Lark. Wajahnya terlihat tenang, meski ada banyak perasaan yang bercampur dalam hatinya. Hari ini, mereka akan kembali ke tanah air setelah bertahun-tahun tinggal di London. Masa berlaku visanya telah habis, dan ini adalah saatnya untuk pulang.Lila, yang baru berusia empat tahun, tampak bersemangat. Gadis kecil itu terus berceloteh dengan bahasa Inggris dan Indonesia yang bercampur, membuat beberapa orang di sekitar mereka tersenyum mendengarnya."Mommy, are we really going to Indonesia? Like, for real?" tanyanya dengan mata berbinar.Naura tersenyum, mengusap lembut rambut cokelat berkilau putrinya. "Yes, sweetheart. Kita akan ke Indonesia."Lila melompat-lompat kecil di tempat, lalu menatap koper berwarna merah muda yang ia tarik sendiri. "Do they have chocolate waffles in Indonesia, Mommy?" tanyanya dengan nada khawatir.Naura terkekeh pelan. "Of course, baby

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 2

    Di dalam mobil, Dirga duduk dengan wajah tegang, matanya tajam menatap jalanan yang semakin sepi saat malam semakin larut. Ia mengeluarkan ponselnya, menekan sebuah nomor yang sudah sangat ia kenal. Beberapa detik kemudian, suara di ujung telepon menjawab dengan nada tenang namun penuh kewaspadaan."Ya, Tuan Dirga?" suara pria itu terdengar jelas."Anthony," suara Dirga terdengar tegas dan penuh perintah. "Naura ada di bandara sekarang. Dia dan anaknya baru saja sampai. Aku ingin kau memastikan bahwa kalian mengikuti mereka. Mereka menaiki taksi sekarang, pastikan kau tahu alamat tempat tinggalnya. Jangan sampai mereka tahu ada yang mengikutinya."Anthony tidak perlu waktu lama untuk menjawab, suaranya penuh kepatuhan. "Baik, Tuan. Saya akan pastikan semua informasi tentang tempat tinggalnya terkumpul, dan mengikuti mereka dengan hati-hati. Tidak akan ada yang tahu.""Bagus," Dirga menjawab singkat, namun ada nada keras yang mengarah pada ketegasan dalam suara itu. "Aku ingin semuanya

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 3

    Malam itu, di tengah keheningan yang menggantung di udara, Naura terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ada sesuatu yang mengusik tidurnya, sebuah suara lirih yang terdengar begitu dekat. Ia menoleh dengan cepat dan menemukan Lila meringkuk di sampingnya, tubuh kecilnya gemetar dengan keringat yang membasahi dahinya."Lila..." bisiknya penuh khawatir. Ia meletakkan telapak tangannya di dahi putrinya dan merasakan panas yang tidak biasa. Secepat kilat, Naura bangkit dari tempat tidur dan mengambil kain bersih, merendamnya dalam air dingin sebelum dengan lembut mengompres dahi anaknya.Lila merintih pelan, napasnya terdengar sedikit berat. Melihat kondisi putrinya seperti ini membuat hati Naura mencengkeram kuat rasa takut, tetapi ia tahu harus tetap tenang. Selama bertahun-tahun di London, ia sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini sendirian. Dengan penuh kesabaran, ia terus mengompres dan memastikan Lila tetap nyaman."Mommy..." Lila berbisik dengan suara lemah, matanya hanya s

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 6

    Lima tahun lalu.Naura menatap dua garis merah di test pack yang masih digenggamnya erat. Tangannya bergetar, matanya panas, dan jantungnya berdetak kencang. Ini tidak seharusnya terjadi. Ini seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi kenyataannya, ia hamil. Dan ia sangat tahu siapa yang harus bertanggung jawab.Arjuna Dirga Wiratama.Kakak dari pria yang selama ini ia cintai, atau lebih tepatnya, mantan kekasihnya.Naura menggigit bibirnya, berusaha menguatkan diri. Dirga harus tahu. Seburuk apa pun situasinya, sekelam apa pun masa lalu mereka, ia tidak bisa menyembunyikan ini. Lila—bayi yang sekarang ada di dalam perutnya—berhak memiliki ayah.Dengan tekad yang bulat, ia mengambil tasnya dan pergi menuju kantor pusat Wiratama Hospitality Group. Naura tahu bahwa Dirga adalah pewaris utama, CEO yang memegang kendali penuh atas perusahaan itu. Meski baru sebulan tak bertemu, ia yakin Dirga masih seperti yang dulu—penuh percaya diri, berkuasa, dan nyaris tak tersentuh.Sesampainya di depan g

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 5

    Naura melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang kacau. Sepanjang perjalanan pulang, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang terus berputar tanpa jawaban. Bagaimana bisa Dirga tahu? Apakah dia sudah mendapatkan bukti? Dan jika iya, apa yang akan dia lakukan selanjutnya?Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lila masih terlalu kecil untuk memahami apa yang sedang terjadi. Gadis kecil itu sekarang tengah duduk di sofa, memainkan bonekanya dengan riang, seolah pertemuan di daycare tadi hanyalah kejadian biasa."Sayang, sekarang waktunya tidur siang," ujar Naura lembut, berusaha menyembunyikan kecemasannya.Lila mengerucutkan bibir. "Tapi aku belum ngantuk, Mommy."Naura tersenyum dan mengusap lembut rambut putrinya. "Kalau begitu, kita baca buku sebentar, lalu tidur, ya?"Lila akhirnya mengangguk setuju. Naura mengambil salah satu buku dongeng favorit putrinya dan mulai membacakan cerita. Tak butuh waktu lama sebelum kelopak mata Lila mulai tertutup perlahan

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 4

    Anthony melangkah dengan tenang menuju gerobak bubur tempat Naura dan Lila menikmati sarapan mereka. Dengan sikap santai, ia memesan semangkuk bubur kepada penjual, matanya sesekali melirik ke arah gadis kecil yang tengah lahap menyantap makanannya.Naura tidak terlalu memperhatikan kehadiran pria itu. Baginya, Anthony hanyalah pelanggan lain yang kebetulan datang di saat yang sama. Ia lebih fokus pada Lila, memastikan putrinya menikmati sarapan pertamanya di Indonesia."Enak, kan, sayang?" tanya Naura sambil tersenyum.Lila mengangguk dengan penuh semangat. "Iya, Mommy! Aku like banget!"Anthony yang duduk tak jauh dari mereka memperhatikan interaksi ibu dan anak itu dengan saksama. Waktu yang diberikan Dirga kepadanya tidak banyak. Ia harus segera menyelesaikan tugasnya tanpa menarik perhatian.Saat Naura mengambil dompet dari dalam tasnya untuk membayar, Anthony bergerak cepat. Dengan gerakan yang terlatih, ia menjatuhkan sendoknya ke tanah. "Ah, maaf," gumamnya sambil berjongkok,

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 3

    Malam itu, di tengah keheningan yang menggantung di udara, Naura terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ada sesuatu yang mengusik tidurnya, sebuah suara lirih yang terdengar begitu dekat. Ia menoleh dengan cepat dan menemukan Lila meringkuk di sampingnya, tubuh kecilnya gemetar dengan keringat yang membasahi dahinya."Lila..." bisiknya penuh khawatir. Ia meletakkan telapak tangannya di dahi putrinya dan merasakan panas yang tidak biasa. Secepat kilat, Naura bangkit dari tempat tidur dan mengambil kain bersih, merendamnya dalam air dingin sebelum dengan lembut mengompres dahi anaknya.Lila merintih pelan, napasnya terdengar sedikit berat. Melihat kondisi putrinya seperti ini membuat hati Naura mencengkeram kuat rasa takut, tetapi ia tahu harus tetap tenang. Selama bertahun-tahun di London, ia sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini sendirian. Dengan penuh kesabaran, ia terus mengompres dan memastikan Lila tetap nyaman."Mommy..." Lila berbisik dengan suara lemah, matanya hanya s

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 2

    Di dalam mobil, Dirga duduk dengan wajah tegang, matanya tajam menatap jalanan yang semakin sepi saat malam semakin larut. Ia mengeluarkan ponselnya, menekan sebuah nomor yang sudah sangat ia kenal. Beberapa detik kemudian, suara di ujung telepon menjawab dengan nada tenang namun penuh kewaspadaan."Ya, Tuan Dirga?" suara pria itu terdengar jelas."Anthony," suara Dirga terdengar tegas dan penuh perintah. "Naura ada di bandara sekarang. Dia dan anaknya baru saja sampai. Aku ingin kau memastikan bahwa kalian mengikuti mereka. Mereka menaiki taksi sekarang, pastikan kau tahu alamat tempat tinggalnya. Jangan sampai mereka tahu ada yang mengikutinya."Anthony tidak perlu waktu lama untuk menjawab, suaranya penuh kepatuhan. "Baik, Tuan. Saya akan pastikan semua informasi tentang tempat tinggalnya terkumpul, dan mengikuti mereka dengan hati-hati. Tidak akan ada yang tahu.""Bagus," Dirga menjawab singkat, namun ada nada keras yang mengarah pada ketegasan dalam suara itu. "Aku ingin semuanya

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 1

    Happy ReadingDi sebuah bandara internasional yang ramai, Naura Devi Lark menggenggam erat tangan kecil putrinya, Lila Amora Lark. Wajahnya terlihat tenang, meski ada banyak perasaan yang bercampur dalam hatinya. Hari ini, mereka akan kembali ke tanah air setelah bertahun-tahun tinggal di London. Masa berlaku visanya telah habis, dan ini adalah saatnya untuk pulang.Lila, yang baru berusia empat tahun, tampak bersemangat. Gadis kecil itu terus berceloteh dengan bahasa Inggris dan Indonesia yang bercampur, membuat beberapa orang di sekitar mereka tersenyum mendengarnya."Mommy, are we really going to Indonesia? Like, for real?" tanyanya dengan mata berbinar.Naura tersenyum, mengusap lembut rambut cokelat berkilau putrinya. "Yes, sweetheart. Kita akan ke Indonesia."Lila melompat-lompat kecil di tempat, lalu menatap koper berwarna merah muda yang ia tarik sendiri. "Do they have chocolate waffles in Indonesia, Mommy?" tanyanya dengan nada khawatir.Naura terkekeh pelan. "Of course, baby

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status