"Dokter Blenda?" kaget Lela saat tau siapa pemilik suara itu. Dokter Blenda dan Greg masuk ke ruangan guna memeriksa Lela dan Baby Dam seperti biasa jadwal bulanan mereka. "Tadi Dena ke sini ngapain?" tanya Blenda. "Dokter tau Blenda?" "Iya taulah, dia sering banget nempelin Bara pas acara-acara gitu. Tapi Bara tuh dasarnya gak enakan dari dulu, dia mulai tegaan sama Dena sejak nikah sama Riri." Lela tak tahu kalau Bara orang yang seperti itu, karena ia sering melihat Bara sebagai orang yang kets dan tak berperasaan. Melihat ketidak percayaan di wajah Lela membuat Blenda tertawa kecil, ia paham kenapa. "Dena itu hidup dengan keluarga yang berantakan, kedua orang tuanya selingkuh semua dan hidup dengan kebebasan seperti itu, sementara ketika pulang mereka malah bertengkar dan membuat psikis Dena terganggu. Hilangnya peran orang tua dan saudaranya membuat dia merindukan sosok orang yang perduli, sementara Bara adalah orang yang ada di sisinya di saat ia terpuruk." Lela m
Bara menyerahkan kotak yang entah apa isinya pada Lela, yang diterima dengan ragu. "Ini apa, Pak?" "Reward, karena udah bantu saya kasih asi ke dia selama hampir 10 bulan ini." Lela pun tersenyumdan mengangguk, "Terima kasih, Pak." Ia melirik ke arah Bi Tati, hal itu membuat Bara paham dan berkata. "Bi Tati juga dapet kok, cuma dia minta uang bukan hadiah. Kamu minta uang juga?" Lela langsung menggeleng, "Enggak Pak, gaji dari Bapak udah lebih buat saya." "Syukurlah, nanti pake itu di acara Ultah Damien ya." "Baik, Pak." Bara pun pergi dengan cuek, tetapi aslinya ia berharap Lela menyukai hadiahnya. Setelah Lela membuka bungkus kado itu, ia terkejut karena melihat dress panjang atau gamis dengan gaya remaja, berwarna baby blue, motifnya batik berwarna biru denim dan putih yang cantik serta manis dipandang. Ini adalah baju terbik yang pernah ia miliki, ia tersenyum senang dan membuat Bi Tati ikut senang melihatnya. "Hem, cantik banget ya bajunya." "Iya, Bi."
"Wiiiih! Akhirnya Bu Maudy mengungkapkan perasaannya sama Tuan Raniero, selama ini tuh dia cuma bilang ada rasa gitu loh, terus kayak minta pendapat gimana cara mengungkapkan perasaannya sama dia. Eh akhirnya hari ini kesampaian juga," ujar salah satu ibu-ibu yang anaknya sedang bermain dengan Lela. Sepertinya ibu-ibu itu salah satu circle Bu Maudy yang menembak Bara itu. Lela sendiri hanya mendengarkan dan pura-pura fokus pada permainannya dengan anak-anak. Entah kenapa ada perasaan tidak nyaman ketika ia mendengarkan itu. Padahal harusnya ia bahagia untuk bosnya yang duda itu, ketika menemukan cinta yang baru, daripada stuck dengan masa lalunya. "Hem, cocok banget sih mereka." "Judulnya Janda Ketemu Duda, ya gak sih?" "Setuju banget! Lagian ya... Bu Maudy itu cantik banget dan Tuan Raniero juga cakep banget. Cocok banget sih mereka." "Betul ih! Kalau mereka sampe jadi. Wah... bisa heboh banget. Apalagi Bu Maudy kan juga sama-sama pebisnis ya." "Pasti cocok banget, satu le
Andai ada orang yang menganggap bahwa kita tidak dalam era kapitalis, mereka mungkin belum mendalami apa yang terjadi di hidup ini. Lela paham hal itu, ia merasakan hal itu sangat penting di dunia ini. Andai ia tidak dibantu oleh Bara waktu itu, pasti ia tidak akan hidup tenang seperti saat ini. "Lela!" panggil ayah Lela. Ia keluar penjara dijaga oleh sipir untuk menemui Lela yang mengunjunginya. "Apa kabar, Pak?" sapanya mencium tangan sang ayah. Akan tetapi ayahnya melengos dan melepas tangan Lela dengan kasar. Ia menganggap bahwa keberadaan dirinya di penjara adalah ulah Lela. "Gak usah sok perduli kamu, kamu yang buat Bapak seperti ini." Lela menghela napas, entah mau sampai kapan ayahnya akan seperti itu, bukannya minta maaf malah menyalahkannya. Ia membuka bekal yang ia buat khusus untuk ayahnya, makanan kesukaannya. "Ini aku bawain makanan kesukaan Bapak," ujar Lel aberusaha mengalihkan pembicaraan. Pria setengah baya itu bukannya merasa senang malah terlihat men
"Pak!" pekik Lela tatkala Bara melemparnya ke ranjang miliknya. "Tolong jangan begini, Pak!" Bara tak perduli dan naik ke arah kasur dengan posisi mengungkung Lela yang tak berdaya. Lela sudah menangis melihat Bara yang terus mendekatinya sambil membuka bajunya, itu terlihat bukan Bara yang biasanya. Bara yang ia kenal adalah pria berwibaws penuh dengan etika, penuh dengan integritas, dan menghargai perempuan. Ia tidak mungkin melakukan itu. Bahkan Bara juga yang pernah menyelamatkannya ketika ia akan dirusak oleh orang-orang yang bekerjasama dengan ayahnya. Lela terus sudah memberontak dan menangid, berteriak dan memukul dada Bara. Segala upaya ia lakukan, bahkan ia hampir menendang bagian sensitif Bara, tetapi batal ketika Bara tiba-tiba ambruk di atasnya dalam keadaan toples. Sedetik berikutnya ia mendengkur dan tidak bergerak lagi. Hal itu membuat Lela syok dan bingung. Ia berusaha lepas dari tindihan Bara, tapi badan Bara yang berat membuatnya tidak bisa bergerak.
Lela terkejut mendengar pertanyaan itu, ia bingung kenapa Bara itu. Melihat bagaimana tampang melas Bara yang membuat ia terlihat menyedihkan, Lela pun menghela napas. "Bapak mending mandi dulu sana, sadarkan diri, baru kita bicara. Saya mau nyusuin Baby Dam dulu," ujar Lela sebelum pergi. Ia merasa kesal dengan Bara yang seperti itu, bukan Bara banget. Setelah kepergian Lela, Bara ke kamar mandi dan menatap cermin yang ada di wastafel. Ia menatap dirinya sendiri setelah menbasuh wajah dan mengelapnya dengan handuk. Bukan ketampanannya yang ia amati tetapi ia sedang mengingat hal yang tadi malam ia lakukan pada Lela. Jujur saja ia senang, kapan lagi bisa memeluk tubuh Lela yang berisi dan lembut itu. Ia merasa nyaman tidur tadi malam, hanya saja nuraninya tersentil ketika mengingat ia malakukannya secara paksa. Wajar Lela kesal padanya. Sepertinya ia harus membuat Lela memaafkannya, meskipun ia tau bahwa sikapnya tidak bermoral. Sejam berikutnya ia ke kamar Baby Dam, di sana
OB atau biasa disebut office boy bernama Jaka itu berusia 36 tahun. Ia memperkenalkan diri sebagai seorang pria dengan pekerjaan serabutan, tidak hanya sebagai office boy tetapi sebagai pedagang nasi goreng ketika malam.Ia adalah Ayah dari dua anak dan menikah pada usia muda, sehingga anak-anaknya sudah mulai masuk ke SMP dan SD tahun ini. "Keuntungannya menjadi pasangan CEO itu banyak Mbak! Pasangannya akan menikmati banyak fasilitas yang disediakan oleh Pak Bara, selaku orang kaya. Pasangan Pak Bara nggak perlu khawatir soal uang, karena dia pasti dijamin dengan fasilitas mewah. Mau apapun akan dia berikan seperti saat dulu pas beliau masih bersama Bu Riri. Bu Riri meskipun sedang hamil dan tidak aktif jadi artis waktu itu, dia bisa melakukan apa saja. Ya karena suaminya kaya raya," ungkap Jaka.Lela paham tentang hal itu, ia hanya mengangguk saja.Namun ternyata tidak hanya orang-orang kantor lain, tapi Jaka pun suka sekali membicarakan soal Bara."Emang Pak Bara sebaik apa sehin
Lela panik dengan keadaan sekarang, tetapi ia harus tetap tenang agar tidak ada yang curiga tentang apa yang sebenarnta terjadi. Fakta bahwa asinya ternyata bocor adalah kelalaiannya, karena ia tidak memompanya terlebih dahulu tadi Pagi. Ia juga tidak membawa pompa asi. Padahal harusnya ia membawanya ke manapun ia pergi dan dalam keadaan apapun. Tapi apa? Ia malah ceroboh dan tidak membawanya, jadi ia harus berpikir keras untuk memberi alasan bagi Bella kenapa bajunya basah. "Aduh lupa... maaf tadi ketumpahan teh pas aku minum di kantin," ujarnya mencoba sealami mungkin. "Oh gitu ... ya udah deh ganti dulu atau gimana? Kalau mau dikeringin dulu dikeringin dulu aja ke kamar Toilet." "Oke Kak, aku ke kamar mandi dulu ya." "Iya ..." Di kamar mandi, Lela pun mengirim WA pada Bara kalau ia lupa untuk membawa pompa asi, sehingga asinya merembes ke bajunya. Alhasil Bara yang sedang rapat ijin keluar untuk meminta Bi Tati untuk ke kantor dan membawa pompa Asi. Bi Tati juga
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb
"Maaf... aku udah janji sama Blenda, kalau aku nggak akan membongkar hal itu." Lela merasa tidak adil, tapi bagaimana lagi semuanya sudah terjadi dan Blenda meminta agar mereka tidak buka mulut. Saat memikirkan itu, tiba-tiba. Bruk! Bara tergeletak di atas soda dengan lemas. "Mas!" Lela langsung berusaha menaikkan Bara ke atas kasur. Bara masih setengah sadar sehingga Lela tidak benar-benar mengangkat Bara sepenuunya. Ia kemudian menghubungi dokter keluarga Raniero yang lain. Sembari menunggu dokter datang, Lela pun mencoba untuk mengompres Bara dan memijit pelan-pelan badannya, agar ia lebih rileks. Namun, Bara masih mendengar suara Lela yang terus mengoceh karena sangat mengkhawatirkan suaminya. "Aku cuma butuh istirahat, Sayang. kamu nggak usah khawatir." Lela mendelik menatap suaminya, tidak setuju. "Hanya butuh istirahat apanya?! Kamu udah ngedrop banget! Kamu udah kecapean dari kemarin-kemarin. Kenapa sih, kamu susah banget kalau diajak istirahat? Kamu selalu p