OB atau biasa disebut office boy bernama Jaka itu berusia 36 tahun. Ia memperkenalkan diri sebagai seorang pria dengan pekerjaan serabutan, tidak hanya sebagai office boy tetapi sebagai pedagang nasi goreng ketika malam.Ia adalah Ayah dari dua anak dan menikah pada usia muda, sehingga anak-anaknya sudah mulai masuk ke SMP dan SD tahun ini. "Keuntungannya menjadi pasangan CEO itu banyak Mbak! Pasangannya akan menikmati banyak fasilitas yang disediakan oleh Pak Bara, selaku orang kaya. Pasangan Pak Bara nggak perlu khawatir soal uang, karena dia pasti dijamin dengan fasilitas mewah. Mau apapun akan dia berikan seperti saat dulu pas beliau masih bersama Bu Riri. Bu Riri meskipun sedang hamil dan tidak aktif jadi artis waktu itu, dia bisa melakukan apa saja. Ya karena suaminya kaya raya," ungkap Jaka.Lela paham tentang hal itu, ia hanya mengangguk saja.Namun ternyata tidak hanya orang-orang kantor lain, tapi Jaka pun suka sekali membicarakan soal Bara."Emang Pak Bara sebaik apa sehin
Lela panik dengan keadaan sekarang, tetapi ia harus tetap tenang agar tidak ada yang curiga tentang apa yang sebenarnta terjadi. Fakta bahwa asinya ternyata bocor adalah kelalaiannya, karena ia tidak memompanya terlebih dahulu tadi Pagi. Ia juga tidak membawa pompa asi. Padahal harusnya ia membawanya ke manapun ia pergi dan dalam keadaan apapun. Tapi apa? Ia malah ceroboh dan tidak membawanya, jadi ia harus berpikir keras untuk memberi alasan bagi Bella kenapa bajunya basah. "Aduh lupa... maaf tadi ketumpahan teh pas aku minum di kantin," ujarnya mencoba sealami mungkin. "Oh gitu ... ya udah deh ganti dulu atau gimana? Kalau mau dikeringin dulu dikeringin dulu aja ke kamar Toilet." "Oke Kak, aku ke kamar mandi dulu ya." "Iya ..." Di kamar mandi, Lela pun mengirim WA pada Bara kalau ia lupa untuk membawa pompa asi, sehingga asinya merembes ke bajunya. Alhasil Bara yang sedang rapat ijin keluar untuk meminta Bi Tati untuk ke kantor dan membawa pompa Asi. Bi Tati juga
Bara melihat anaknya sudah tidur di gendongan Lela, sebelum akhirnya Bi Tati pamit pergi. Begitu oun Lela, ia juga langsung pamit. Sekali lagi, Bara dan Lela harus ingat tempat sehingga mereka tidak bisa berinteraksi dengan intens selain tentang tugas kantor. Sampai di bilik kerjanya, Lela langsung menanyakan tentang tugas yang harus ia kerjakan. Bella terlihat menatapnya dengan seksama, dan heran ketika melihat hijab, outher dan gamis Lela yang berganti. "Kamu udah ganti?" tanyanya curiga. "Iya Kak, hehe... tadi kebetulan Ibu Pengasuh itu ngasih aku ganti karena dipipisin anak bos." Bella pun mengangguk-angguk, "Owh! Btw anaknya lucu banget ya... pingin deh jadi ibunya." Lela tersenyum mendengar itu, Bella ternyata orang yang cukup lucu dan blak-blakan. "Berapasih umurnya?" tanya Bella gembira. Tiada ekspresi curiga lagi darinya, sehingga Lela menjawabnya dengan tenang. "Baru sekitar setahunan kayaknya, aku gak tanya tadi." "Hem, ih lagi lucu-lucunya." "Kak Bel
"Sepertinya Bella memiliki kecurigaan terhadap hubungan kita." Lela mengeryit, "Lalu?" "Ini bahaya karena aturan baku di kantor ini, tidak ada hubungan percintaan yang boleh ditunjukkansecara berlebihan." Lela tamah bingung dengan jawaban itu, "Loh, Pak. Sebentar, ada yang aneh... kan kita juga gak ada hubungan apa-apa. Kalaupun nanti Kak Bella tau, yah bilang aja saya pengasuhnya Baby Dam dan mantan mahasiswi bimbingan Bapak. Kita gak ada hubungan romantis apa-apa sehingga, rasanya kita gak ada ngelanggar SOP di kantor Bapak." Deg! Bara seolah di-skakmat oleh Lela, apa sih yang ia pikirkan sampai merasa romantis sendiri? Lihatlah, Lela bahkan tidak menganggap hubungan mereka serius. "Oh iya sih... tapi maksud saya karena interaksi kita lebih intens dari yang lain jadi takutnya 'dikira' ada hubungan romantis." "Oh... haha! Masuk akal sih," balas Lela terkekeh. Bara ikut tersenyum setelah tadi kebingungan meluruskan pernyataannya. "Tenang aja deh, pokoknya gak akan
"Gue gak tau apa yang dibilangin temen-temen gue ke elo, tapi awas aja kalo lo macem-macem sama Bara!" peringatan Alex pada Dena. "Maksud lo apa, Kak?" "Udahlah, gua ada kerjaan lagi. Awas ya kalau lu macam-macam!" ujar Alex tegas sebelum pergi meninggalkan Dena. Kini Dena ada di kamar Bara yang masih dalam keadaan teler dan tertidur, bahkan Alex tidak menemukan Lela di sekitar mansion. Di sana hanya ada para Bodyguard yang berjaga malam, sementara Lela mungkin ada di kamar Baby Dam. Alex ingat cerita Bara tentang dirinya yang salah mengajaknya masuk ke kamar Baby Dam, itu lucu tapi ia masih khawatir. Bagaimana ia tidak khawatir kalau sekarang Dena ada di kamar yang sama dengan Bara. Semoga saja tidak terjadi apa-apa, ia ingin tetap di sana menjaga Bara tetapi ia harus pergi sekarang. ••• Pagi harinya, Bara seperti biasa meminum sup untuk menghilangkan mabuk sebelum berangkat kerja. "Makasih Bi," ujarnya pada Bi Hera. "Iya, Tuan. Tapi kenapa yah akhir-akhir ini
Apa yang dikatakan oleh Bara kemarin, kini dilakukan oleh Pak Jamal--sopir Bara. Sebab ternyata Lela memang tidak mau membawa pulang motor baru yang diberikan oleh Bara. Alasannya karena tidak enak hati menerima banyak hal dari Bara. Alhasil Pak Jamal meninggalkan Lela di dealer motor, sebenarnta ia tidak tega tapi atas perintah Bara ia melaksanakannya. Kini Lela bingung hars bagaimana, tetapi kalau tidak naik motor kata Bara--dari telpon, motor itu akan dihancurkan. Sifat pemaksa Bara tak bisa hilang, sayang sekali jika motor sebagus itu dibuang. Motor itu afalah motor terbaru yang nilainya 35jt, tentu Bara membayarnya dengan Cash. Dari sudut pandang Bara, harga motor setara harga seblak untuk rakyat jelata, ibaratnya hanya uang jajan. Lela pun membawa motor itu pulang. Hal yang mengejutkan lagi adalah di sana sudah berkumpul pegawai mansion yang memberinya buket bunga dan selamat atas ulang tahunnya. "Selamat ulang tahun, La!" ujar Bara dari dalam membawa kue. Lela terke
Lela memikirkan pertanyaan itu sejenak tapi ia tidak berpikir bahwa Reza menyukainya. Baginya itu tidak mungkin itu terjadi. "Semoga sih nggak ya, Dok. Tapi aku bakal nolak kalau itu terjadi." "Kenapa, kalian udah temenan kan, maksudnya udah tau satu sama lain, kayak aku dan Greg dulu. Temenan jadi pasangan," ujar Blenda antusias. "Hem, aku sih gak masalah kalo memang takdirnya, tapi kenapa aku nolak... karena aku nggak pengen pertemanan kita yang udah berjalan lama akhirnya kandas gara-gara perasaan cinta. Bagiku dia temanku dan inginnya selalu begitu. Lagian, tanpa hubungan spesial, kita masih bisa temenan." "Oh gitu? Tipe idealmu kayak apa?" Lela agak bingung kenapa dokter Blenda menanyakan hal-hal yang spesifik seperti hal pribadi tentang percintaannya. Padahal biasanya ia orang yang paling toleran dan selalu menjaga privasi orang lain. "Em... tipe ya?" Lela membuat pose berpikir yang membuat Bara merasa lucu, Lela punya sisi imut ternyata. "Tipe yang sholeh, yang
Lela dan Hendra ada di kantin kantor, ditemani oleh Sekretaris Hendra. Bagaimana itu terjadi? Sebelumnya saat Hendra keluar dari ruangan Bara, ia langsung mengajak Lela untuk pergi bersamanya. Lela kira Hendra ingin memintanya untuk melakukan sesuatu sebagai karyawan di sana, tetapi tidak. Hendra malah mengajaknya untuk makan di kantin. Ini agak aneh untuk Lela, Hendra bahkan tidak memesan apapun kecuali air putih kemasan. Namun melihat dari kondisi fisiknya yang sepertinya memiliki penyakit dalam, Lela pun mengerti. Mungkin Hendra harus menjaga pola makannya dan tidak makan di luar. Mereka terdiam sejenak setelah basa-basi sebelumnya. Kemudian Hendra pun berkata."Sebenarnya, saya mengajak kamu makan karena ingin menyampaikan suatu hal.""Baik Pak, silahkan.""Ya... sebelum itu saya ingin bertanya agar saya bisa menyampaikan ini untuk selanjutnya.""Baik, Pak." "Saya mengerti kamu hanyalah karyawan dari anak saya, tapi mendengar dari orang-orang di Mansion kamu memang orang y