Kemarin aku libur yađ Komen yuk!
"Saya udah nelpon dari tadi, kamu malah gak ngangkat-ngangkat!" protes Bara. Ia berdiri menjulang di antara Lela dan Reza yang kaget atas kehadirannya. Alalagi fakta bahwa Bara membawa bayi di gendongannya, bayi itu menangis dan Lela langsung menggendongnya. Reza yang bingung pun menatap Lela yang dengan sigap langsung bisa menenangkan bayi itu. Di sana Lela, Reza dan Bara menjadi tontonan. Ini seperti drama rumah tangga yang wanitanya selingkuh, lalu suaminya datang untuk melabrak istrinya yang sedang pacaran dengan selingkuhannya. Banyak yang membicarakan mereka, bahkan ada yang memotret dan video. Melihat situasi itu, Lela pun keluar terlebih dahulu. "Nanti aku jelasin ya, Za. Aku pamit dulu!" "Iya, Lel. Hati-hati!" ujar Reza merasa tertekan. Bagaimana tidak? Bara terus menatapnya dengan tatapan membunuh. Lalu ia menambil barang-barang Lela dan pergi menyusulnya yang membawa anaknya. . Di parkiran, Bara membuka mobilnya dengan remot otomatis. Lela pun masuk
Isi surat itu adalah... Dengan hormat kepada Pak Bara, Dosen Pembimbing sekaligue Bos Terbaik saya. Saya membuat syal ini untuk Pak Bara sebagai hadiah ulang tahun, meskipun gak sebagus yang dijual di brand mahal, saya optimis ini layak untuk dipakai dan saya pilih dengan bahan lembut dan premium. Maafkan saya telah membuat Pak Bara kerepotan selama ini. Saya juga telah berhutang materi dan jasa, sehingga saya pun tahu diri bahwa saya gak bisa membalas Pak Bara dengan baik suatu hari. Ini agak lebay tapi Bapak adalah Hero saya. Bagaimana tidak, Bapak benar-benar datang saat di masa paling krisis dalam hidup saya. Andai Bapak tidak menolong saya saat itu, mungkin saya bukan Laila lagi, saya mungkin akan menjadi bagian dari wanita penghibur itu. Namun Bapak tenang saja, saya akan mendedikasikan hidup saya selama dua tahun ini untuk Baby Dam. Semoga dia bisa tumbuh menjadi anak yang sehat sampai masanya disapih. Tidak ada kata lagi yang cukup untuk kebaikan Bapak pada say
Pesta ulang tahun sangat megah digelar di mansion besar itu. Lela yang baru pertama kali melihat pesta semegah itu secara langsung pun langsung terkagum. Para pegawai mansion juga diberi seragam layaknya pelayan di restoran, termasuk Lela juga yang berperan sebagai pengasuh Baby Dam di sana. Bara belum sampai, katanya ia masih di jalan enuju mansion. Sejak tadi ia dikerumuni para Nyonya dan wanita-wanita muda berpakaian mewah, mereka jelas tamu di pesta tersebut. Masalahnya Baby Dam tak mau digendong orang bahkan disentuh pun menolak sampai tantrum. Baru juga Baby Dam diam lima menit yang lalu setelah tantrum. "Aduh duh duh, lucu banget sih Tuan Muda Raniero!" ujar salah satu dari mereka. Mereka terus memuji Baby Dam yang membuat si bayi itu terus ngusel-usel di dada Lela, ia tak ingin melihat orang lain. Tak lama datanglah Riri bersama seorang pria di sampingnya. "Hai, Laila!" sapanya. Lela pun tersenyum padanya, "Hai, Nyonya!" Melihat Lela menggunakan seragam p
Sudah disembuhkan oleh surat yang tak sengaja ia baca, sekarang ia harus melihat Lela berinteraksi dengan akrab bersama pemuda itu. Lagipula, siapa pemuda itu sampai harus datang ke acara ulang tahunnya? "Baiklah, saya harap kalian semua menikmati pesta malam ini," tutup Bara sebelum turun dari panggung. Setelah turun dari panggung, ia akan menghampiri Lela tetapi dihadang oleh beberapa rekan bisnisnya dan istri-istri mereka. Alhasil ia hanya menyerahkan Baby Dam pada Bi Tati dan langsung sibuk ngobrol dengan para pebisnis itu. Lela juga masih stay bicara dengan Reza, sebab Reza mengaku ia tak mengenal satupun orang di sana seperti dirinya. Akan tetapi tiba-tiba Bi Tati datang membawa Baby Dam yang mulai berkaca-kaca matanya, ia sepertinya lelah dan ingin tidur. "Uluh-uluh, kenapa nih Bayi gantengnya Bubu?" tanya Lela menggoda bayi itu. Baby Dam malah tambah merengek, ia tidak nyaman mungkin di keramaian yang berisik. Lalu Bi Tati pamit pergi karena harus membantu yang
Bara menikmati waktu terakhir ulang tahunnya bersama gank-nya. Gank itu berisi pria seumuran Bara yahg memiliki profesi sebagai pebisnis dan profesi hebat lainnya, termasuk Alex juga ada di sana. "Hari ini pecah banget, gue gak tau kalo elu akhirnya ngundang Kelly (penyanyi POP terkenal)," ujar Tara--seorang aktor. "Apa lu memanfaatkan gosip antara elu dan Kelly?" tanya Harry--Dokter. "Kagak anjir! Emang gosip apa antara gue ama tuh penyanyi?" tanya Bara tak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Emang lu nggak update tentang diri lu sendiri yang trending selama seminggu ini?"Bara tertawa, "Haha! Mana ada trending seminggu?""Yeu, ada! Elu sama Kelly," balas yang lain."Bodo amat dah! Gue gak ngerti juga, biasanya asisten gue bilang kalo ada gosip, tapi ini dia nggak ngomong apa-apa tuh.""Sengaja kali.""Ck, ada aja gosipnya, pusing gua," keluh Bara."Tapi nggak apa-apa sih kalau lu sama Kelly, dia bukan penyanyi yang kebanyakan skandal kok," ujar Tara yang ada di lingkungan En
Sebelum menjawab Lela menggendong Baby Dam yang mulai merengek. "Gak tau Pak, saya pas dateng Bapak udah di sini," balas Lela. Bara memejamkan mata sejenak, kepalanya sakit. Sial tadi malam ia malah minum alkohol banyak. "Bapak gak papa?" tanya Lela melihat Bara kesakitan. "Gak papa, efek mabuk aja." Ia lalu turun dari ranjang dan berdiri, agak oleng tapi Lela tak berani mendekat. Melihat reaksi Lela yang berlebihan membuat Bara terkejut, itu agak berlebihan karena kelihatan sekali ia takut padanya. "Kamu gak pernah liat orang mabuk?" Lela menggeleng, maka Bara mengerti, Lela anak baik-baik yang tak pernah melihat seseorang mabuk. Padahal itu hanya bentuk trauma, bukan berarti tidak pernah. Lela tak ingin orang-orang tau dengan traumanya ini, makanya ia menutupinya dengan dalih tidak pernah melihat orang mabuk. Karena sebelumnya ia juga pernah melihat Bara mabuk. â˘â˘â˘ Bara menghela napas berkali-kali saat rapat, hal itu membuat peserta rapat deg-degan. Mereka sa
Bara terkejut ketika melihat CCTV di kamar Baby Dam di malam ulang tahunnya, itu adalah saat di mana Alex mengantarnya ke kamar, ttapi ia salah kamar. Alex justru mengantarnya ke kamar Baby Dam, ternyata dilihat gesturnya, Alex juga agak mabuk. Ia memijat pelipisnya, orang mabuk mengantar orang mabuk, itu konyol. Semakin dilihat, semakin terang faktanya. Ternyata ia tidur di ranjang di mana ada Lela yang sedang tidur. Untungnya Lela tak menyadari itu, bahkan ketika ia memeluk pinggangnya. Ia merasa malu, memejamkan matanya dan melihat adegan selanjutnya. Di Pagi hari, Lela berbohong tentang apa yang terjadi. Sehingga Bara pun mulai paham kalau Lela merasa takut padanya bukan hanya karena alkohol tetapi karena ia memeluknya saat tidur. "Mampus, mau ditaro di mana muka gue nanti?!" keluhnya. â˘â˘â˘ Malam pun tiba ketika Lela sedang makan sendirian di dapur, ia suka terbangun dan merasa lapar di malam hari. Tiba-tiba ia merasakan ada yang mebgamatinya dari jauh, sehing
Lela mengucap syukur akhirnya ia bisa wisuda tepat waktu. Ibu dan adik-adiknya datang ke Jakarta untuk menemaninya saat wisuda itu. Meski Lela tidak mendapat predikat Cumlaude dan semacamnya, ia lulus dengan IPK 3,5. Ia merasa lega, perjuangamnya selama ini membuahkan hasil. Sementara itu, Bara sengaja membawa Baby Dam di acara wisuda itu agar anaknya ikut berfoto di hari bahagia ibu asinya. "Ma!" panggil Baby Dam saat melihat Lela berfoto bersama keluarganya. Lela dan keluarganya menoleh, sementara Lela dengan alami menggendong bayi berusia 10 bulan itu. Bara sendiri dengan canggung menyalami Ibu Lela. "Hallo, Bu. Salam kenal, saya Dosennya Lela," sapanya. Ibu Lela pun langsung berbinar, "Hallo juga, Pak. Salam kenal juga, terima kasih sudah banyak membantu anak saya." "Sama-sama Bu, itu sudah kewajiban saya." "Walau begitu saya masih harus berterima kasih, semoga ilmu yang Pak Dosen berikan bermanfaat untuk Lela nantinya." "Aamiin, Bu." "Oh ya, ini anaknya Pak
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." â˘â˘â˘ Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb
"Maaf... aku udah janji sama Blenda, kalau aku nggak akan membongkar hal itu." Lela merasa tidak adil, tapi bagaimana lagi semuanya sudah terjadi dan Blenda meminta agar mereka tidak buka mulut. Saat memikirkan itu, tiba-tiba. Bruk! Bara tergeletak di atas soda dengan lemas. "Mas!" Lela langsung berusaha menaikkan Bara ke atas kasur. Bara masih setengah sadar sehingga Lela tidak benar-benar mengangkat Bara sepenuunya. Ia kemudian menghubungi dokter keluarga Raniero yang lain. Sembari menunggu dokter datang, Lela pun mencoba untuk mengompres Bara dan memijit pelan-pelan badannya, agar ia lebih rileks. Namun, Bara masih mendengar suara Lela yang terus mengoceh karena sangat mengkhawatirkan suaminya. "Aku cuma butuh istirahat, Sayang. kamu nggak usah khawatir." Lela mendelik menatap suaminya, tidak setuju. "Hanya butuh istirahat apanya?! Kamu udah ngedrop banget! Kamu udah kecapean dari kemarin-kemarin. Kenapa sih, kamu susah banget kalau diajak istirahat? Kamu selalu p