Bukankah tidak perlu diberitahh lagi, ia sudah pernah melihat Dena sebelumnya. Lela bingung kenapa sekarang ia duduk di antara para wanita elit yang sedang minum teh. Ia diminta datang dan berdiri di depan mereka, di sebuah taman di bawah Paviliun indah bergaya Eropa kuno. Lela berdiri sebagaimana posisinya yang seharusnya karyawan di sana. Kalau diibaratkan sebuah kerajaan, mereka adalah para wanita Raja, sementara Lela hanyalah Dayang yang tidak memiliki kekuatan untuk menolak perintah mereka. Dirinya mulai tidak nyaman ketika para wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam, sambil menyombongkan pencapaian mereka. "Sebenarnya kamu adalah kandidat yang tepat untuk menjadi istri Bara. Nggak ada orang yang lebih baik dari kamu, apalagi kamu adalah bagian dari keluarganya Raniero yang tahu betul apa saja yang menjadi visi misi keluarga ini." Lela tak perduli dengan apa yang mereka katakan tapi kenapa tatapan Yuni selalu mengarah padanya saat membanggakan Dena? "Emang sudah s
Nambah satu lampir di mansion hari ini, siapa lagi kalau bukan Dena. Gadis itu menggunakan Yuni sebagai tameng. Dirinya tahu persis bahwa tanpa Yuni ia tidak bisa menjadi tamu yang baik di mansion tersebut, karena Bara sudah menandainya sebagai orang yang masuk di Blacklist. Setiap ia masuk mansion pun, banyak pekerja mension yang tidak menyukainya bagaimana Bara tidak menyukainya. Sikapnya yang angkuh, sering menghina orang, juga membuat mereka kewalahan untuk melayaninya, karena permintaannya yang banyak. Ia juga sering mengganggu Tuan mereka, hal itu yang melatarbelakangi para pekerja di mansion akhirnya tidak respect padanya. Meskipun begitu, mereka tetap profesional sehingga ketika Dena datang ke sana di bawah perlindungan Yuni, mereka tetap mematuhinya, begitu juga dengan Lela. Lela sadar bahwa sekarang dialah sebagai objek pembullyan mereka. Mereka berusaha untuk menjatuhkan mentalnya agar ia keluar dari sana secepatnya. Ingin rasanya ia berkata bahwa ketika kontraknya sele
Orang-orang di Mansion mungkin tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada Bara, tentang apa yang terjadi pada Lela. Akan tetapi Greg dan istrinya berani, mereka mengatakan dengan jujur pada Bara tentang apa yang sedang terjadi, tanpa sepengetahuan orang-orang di mansion. Mereka memberitahu Bara lewat pesan Wa, sehingga tidak ada yang tau kalau Bara mendapat informasi mengenai anaknya yang kekurangan asi. Bara yang ada di seberang sana pun terkejut dengan kenyataan itu. "Gimana bisa semua itu terjadi lagi?" Ia langsung meminta Greg untuk menyerahkan ponselnya pada Lela. Pasalnya ponsel Lela benar-benar tidak bisa dihubungi karena baterainya habis dan tidak sempat untuk mengisinya lagi selama sehari semalam. "Apa yang terjadi sebenarnya, kamu gak bisa dihubungi? Kenapa kamu kelelahan dan sampai asinya berkurang lagi?" "Maaf, Pak." "Saya kan udah bilang kerjaan kamu tuh khusus untuk nyusuin anak saya, jangan sampai kamu capek dalam kegiatan yang lain! Apa kamu capek gara-ga
Blenda benar-benar meminta Lela untuk bicara empat mata dengannya, ia tidak akan membiarka Lela merasa menghadapi semua itu sendirian. Mereka berdua berbicara di dalam mobil. Saat Greg dan Blenda pamit pulang, mereka menggunakan kesempatan itu untuk bicara. Greg sudah pulang terlebih dahulu karena ia ada tugas di rumah sakit, untungnya mereka membawa mobil sendiri-sendiri, karena awalnya memang ada di lokasi yang berbeda. Blenda sengaja mengajak Lela untuk mengantarkannya saat ia pulang, karena tahu bahwa Yuni sedari tadi terlihat jelas terus mengikuti Lela dan berusaha menguping pembicaraannya dengan Greg. Akan tetapi sepertinya tidak berhasil, karena strategi Greg yang memilih tempat strategis. "Mungkin kamu tadi udah dengar dari suami saya, tentang konseling?" Lela pun menunduk, "Iya, udah. Tapi saya merasa bahwa saya memberatkan dokter Greg dan Anda," ujarnya. Blenda tersenyum lucu, "Nggak usah sungkan kayak gitu, La. Lagi pula saya juga udah menganggap kamu sebagai
"Pa... pa... pa!" Lela terusik dengan ocehan Baby Dam, tapi aneh, Baby Dam baru saja menginjak 6 bulan tetapi sudah bisa menyebut Papa? Ia membuka matanya dan terkejut melihat Baby Dam ada di pangkuan sang ayah. "Pak Bara?!" kagetnya langsung duduk. Bara tersenyum manis padanya, membuat Lela merasa seperti di dalam mimpi. "Udah bangun?" tanyanya. Lela pun langsung duduk karena ternyata semua itu bukan mimpi, suara Bara seolah membangunkannya. "Maaf, Pak, saya...." "Santai aja, ini baru jam 3.30, kamu tidur lagi aja," ujar Bara sambil menimang-nimang anaknya. Rasanya rindu sekali dua minggu tidak bertemu putra kecilnya itu. Ia juga merindukan Lela yang masih kaget pada situasinya. "Em... Bapak baru pulang?" tanyanya ragu. "Iya, jam 1 tadi, pas saya ke sini jam 3, Damien bangun terus ngoceh sendiri," ujarnya seolah sangat bahagia. Lela ikut tersenyum melihat interaksi mereka, Baby Dam terlalu cepat tumbuh, membuatnya lega dengan kenyataan itu. "Berarti Bapak udah seteng
"Overall, udah baik. Tinggal dipertajam lagi pembahasannya di bagian Bab 4 akhir ini, dan Kesimpulan," ujar Bara menjelaskan. Ia mencatat beberapa hal di file milik Lela untuk kemudian diperbaiki. "Baik, Pak," balas Lela. Mereka saling diam karena Lela yang merevisi langsung di depan Bara dan Bara yang sibuk mengerjakan hal lain. Semua tampak normal, tetapi tiada yang tau kalau sebenarnya ada yang berdebar di antara mereka. Setelah selesai revisi dan di-ACC untuk selanjutnya maju ke Sidang, Lela pun izin pada Bara lewat WA untuk mampir ke toserba. Ia ingin membeli sesuatu katanya. Bara pun mengiyakan, tapi memperingati Lela agar segera pulang kalau Baby Dam mencarinya. . Lela pergi ke toko aksesoris dan kado, sebenarnya ia tak tau apa yang bisa ia berikan pada Bara. Ia ragu kalau barabg yang ia berikan akan tidak layak untuk bosnya itu. Bara jelas lebih kaya darinya, ia pullnya segalanya dan ia belum tentu bisa memberinya hadiah berharga. Lalu ia berpikir untuk
"Saya udah nelpon dari tadi, kamu malah gak ngangkat-ngangkat!" protes Bara. Ia berdiri menjulang di antara Lela dan Reza yang kaget atas kehadirannya. Alalagi fakta bahwa Bara membawa bayi di gendongannya, bayi itu menangis dan Lela langsung menggendongnya. Reza yang bingung pun menatap Lela yang dengan sigap langsung bisa menenangkan bayi itu. Di sana Lela, Reza dan Bara menjadi tontonan. Ini seperti drama rumah tangga yang wanitanya selingkuh, lalu suaminya datang untuk melabrak istrinya yang sedang pacaran dengan selingkuhannya. Banyak yang membicarakan mereka, bahkan ada yang memotret dan video. Melihat situasi itu, Lela pun keluar terlebih dahulu. "Nanti aku jelasin ya, Za. Aku pamit dulu!" "Iya, Lel. Hati-hati!" ujar Reza merasa tertekan. Bagaimana tidak? Bara terus menatapnya dengan tatapan membunuh. Lalu ia menambil barang-barang Lela dan pergi menyusulnya yang membawa anaknya. . Di parkiran, Bara membuka mobilnya dengan remot otomatis. Lela pun masuk
Isi surat itu adalah... Dengan hormat kepada Pak Bara, Dosen Pembimbing sekaligue Bos Terbaik saya. Saya membuat syal ini untuk Pak Bara sebagai hadiah ulang tahun, meskipun gak sebagus yang dijual di brand mahal, saya optimis ini layak untuk dipakai dan saya pilih dengan bahan lembut dan premium. Maafkan saya telah membuat Pak Bara kerepotan selama ini. Saya juga telah berhutang materi dan jasa, sehingga saya pun tahu diri bahwa saya gak bisa membalas Pak Bara dengan baik suatu hari. Ini agak lebay tapi Bapak adalah Hero saya. Bagaimana tidak, Bapak benar-benar datang saat di masa paling krisis dalam hidup saya. Andai Bapak tidak menolong saya saat itu, mungkin saya bukan Laila lagi, saya mungkin akan menjadi bagian dari wanita penghibur itu. Namun Bapak tenang saja, saya akan mendedikasikan hidup saya selama dua tahun ini untuk Baby Dam. Semoga dia bisa tumbuh menjadi anak yang sehat sampai masanya disapih. Tidak ada kata lagi yang cukup untuk kebaikan Bapak pada say
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B