Tak terasa waktu berlibur Ana telah usai, wanita itu pulang dengan perasaan bahagia, Arthur benar-benar membuatnya bak putri raja yang menurutnya sangat jauh berbeda dengan Leo suaminya."Mas, kamu sudah pulang?" Di depan Anisa Ana langsung saja mencium pipi suaminya."Kamu sudah pulang?" tanya Leo balik dengan wajah pucatnya.Ana tersenyum sambil mengangguk, kemudian dia mengarahkan pandangannya ke Lean."Halo Lean, maaf ya mama meninggalkan kamu lama kali ini." Sembari mencubit kecil pipi bayinya."Dia semakin gemuk saja Anisa, pandai sekali kamu mengurus anak kami." Kini Ana menatap Anisa."Terima kasih Nyonya atas pujiannya," sahut Anisa.Setelah berbasa basi, Ana menggandeng tangan Leo dan mengajaknya ke kamar, dia ingin menunjukkan barang-barang yang dibelinya dan sedikit bercerita tentang liburannya."Ayo Mas." Ana nampak menarik tangan Leo karena pria itu enggan meninggalkan kamar Lean."Iya," sahut Leo sembari melihat Anisa yang sudah berekspresi sulit diartikan.Ana memeluk
Leo terdiam mendengar ucapan Anisa, dia tidak memikirkan sampai sana. Dalam sebuah hubungan baik hubungan itu terlarang maupun tidak tetap ada rasa cemburu karena memang bumbu-bumbu cinta adalah rasa cemburu."Jadi kamu cemburu Anisa?" tanya Leo."Menurut anda bagaimana Tuan?" tanya Anisa balik.Leo menatap Anisa yang kini tengah menangis, seperti inilah konsekuensi yang harus dia terima jika memiliki perasaan berlebih pada suami orang."Maafkan aku Sayang." Leo mulai memeluk Anisa.Baru saja berpelukan, Anisa segera melepas pelukannya, dia tidak ingin Ana tiba-tiba masuk dan melihat mereka berpelukan."Sudah Tuan, saya takut jika Nyonya masuk." Anisa mendorong tubuh Leo."Dia tidur, dia sangat kelelahan jadi tidur lebih awal," sahut Leo."Saking lelahnya melepas rindu ya Tuan." Hati Anisa sungguh perih membayangkan Leo dan Ana bercinta.Entah rasa egois ini kapan datangnya, yang pasti dalam sebuah cinta tidak menginginkan saingan dan berbagi meski Anisa adalah orang ketiga dalam ruma
Anisa mendorong tubuh Leo, padahal sebentar lagi pria itu mendapatkan klimaksnya."Nanggung Sayang," katanya kecewa."Saya takut jika yang mengetuk pintu adalah Nyonya Tuan," sahut Anisa sembari memunguti pakaiannya."Dia ke Singapura." Anisa tetap takut karena bisa saja Ana tiba-tiba pulang, "Anda ke kamar mandi saja Tuan biar saya yang membukakan pintu." Leo mengusap rambutnya dengan kasar, sungguh dirinya sangat stres, padahal sudah dipucuk tapi dipaksa masuk lagi.Sebelum membuka pintu, Anisa membenahi rambutnya kemudian menghela nafas, "Bersikap biasa Anisa," gumamnya lalu membuka pintu.Bukannya Ana tapi Nyonya besarnya yang berdiri di depan pintu dengan wajah kesal, dan tanpa aba-aba wanita tua itu masuk ke dalam kamar untuk melihat sang cucu."Ngapain sih dikunci segala, ini tuh kamar cucuku," protes Mama Leo.Baru saja kesal karena tak kunjung dibukakan pintu, kini pandangan kesalnya tertuju pada kasur yang nampak berantakan. "Kamu ini jorok sekali, kasur kenapa berantakan
Hari ini teman Leo yang merupakan seorang warga asing datang ke kantor, diikuti asistennya yang merupakan warga asing pula mereka masuk ke dalam ruangan Leo yang tentunya sudah mendapatkan ijin dari pemilik perusahaan itu."Leo." Pria asing itu segera mendekati Leo yang duduk di sofa. "Arthur." Leo dan Arthur saling peluk untuk melepas rindu mereka, mereka tidak menyangka akan bertemu kembali setelah sekian tahun putus kontak. "Bagaimana kabar kamu Leo? apa kamu sudah menikah?" tanya Arthur. "Baik Arthur, aku sudah menikah bagaimana dengan kamu?" Bayu yang mendengar ucapan Leo menyahut dalam hati, "Bahkan kini akan menikah lagi Pak Arthur." "Aku masih single." Memang begitulah bule selama belum menemukan pasangan yang benar-benar klik dia memilih melajang, tapi bukan bearti tidak memiliki wanita untuk menemani kesendiriannya. "Imposible seoarang Arthur single." Leo tidak percaya. "Kalau hanya untuk pelepas dahaga sih pasti ada," sahutnya dengan tertawa. Obrolan santai mereka
Melihat Ana yang berdiri di samping Leo membuat Arthur tercengang dan memucat, bagaimana bisa wanita yang selama ini menjadi pelepas dahaganya berada di rumah sahabatnya."Dia istri kamu Leo?" tanyanya tak percaya."Iya dia istriku Arthur." Sambil merangkul pundak Ana.Tubuh Arthur mengeluarkan keringat dingin, bahkan mulutnya tak sanggup berbicara apapun.Tak hanya Arthur, Ana juga sama, wanita itu hanya diam seribu bahasa.Sesekali Arthur menatap Leo dan Ana secara bergantian, rasa bersalah mulai menghujani tubuhnya, bagaimana tidak wanita yang selama ini selalu dia gagahi ternyata istri sahabatnya sendiri."Maafkan aku Leo," batin Arthur dengan ekspresi sedih.Kepercayaan diri Ana hilang sudah, ekspektasi wanita itu kini memudar setelah tahu siapa sahabat suaminya."Eh kenapa malah diam-diaman seperti ini," ujar Leo.Arthur berusaha tersenyum begitu pula dengan Ana yang berbasa basi menawarkan hidangan kepada Arthur dan juga asistennya."Jadi dia ini memiliki perusahaan berlian.""
Sindiran dari Ana membuat Leo beranjak dari tidurnya, kemudian dia menatap sang istri dengan tatapan yang sulit diartikan."Apa maksud kamu?" tanya Leo."Aku yakin kamu tau maksud aku Mas," jawab Ana .Wanita itu lalu tertawa sambil meletakkan ponselnya, "Sudah ayo tidur, besok kamu harus berangkat pagi kan?" Ana menepuk bahu Leo.Keesokan paginya, ketika Leo membuka mata dia sudah tidak melihat Ana di sampingnya, padahal selama ini dia bangun lebih dulu daripada Ana istrinya.Masa bodoh akan hal itu, Leo pergi ke kamar mandi, dia bergegas bersiap karena klien minta meeting cukup pagi.Dengan semangat 45, Leo pergi ke kamar Lean selain ingin berpamitan pada sang anak, Leo juga ingin berpamitan pada calon istri keduanya.Namun siapa sangka, ketika dia masuk ke dalam kamar sang anak, dia mendapati Ana juga di dalam, wanita itu nampak berbicara dengan anaknya."Ana," gumamnya heran."Itu Papa mau berangkat kerja Sayang." Ana menggendong Lean dan mendekatkannya pada Leo.Raut wajah Leo be
Di kamar, Anisa terus menangis, dirinya benar-benar sakit tapi dia sendiri tak memiliki kuasa untuk menyudahi ini semua, rasa cintanya terhadap Leo benar-benar sudah mendarah daging, bahkan hubungan setiap malam mereka tidak mungkin dilupakan begitu saja."Bagaimana ini?"Saat bersamaan Leo menghubunginya, tapi panggilan sang Tuan dia abaikan. Rasa sakit plus cemburu tadi pagi masih membekas di kepalanya, membuatnya enggan menerima panggilan.TingSebuah pesan dia terima namun Anisa masih enggan untuk membukanya. Lama tak dibalas Leo kembali menelepon namun lagi-lagi Anisa mengabaikannya.Satu jam kemudian, Leo pulang dengan rasa kesalnya, dia menemui Anisa dan meminta konfirmasi atas panggilan serta pesannya yang tidak terbalaskan."Sedari tadi aku memikirkanmu, ada waktu aku berusaha menghubungimu tapi kenapa malah diabaikan?" Protes Leo dengan nafas menggebu."Maafkan saya," sahutnya lirih."Masalah tadi pagi, please jangan dimasukkan ke dalam hati, Ana memang seperti itu," ucap Le
Semua pandangan mengarah ke Lukas begitu pula dengan Anisa, wanita itu bertanya-tanya, apa iya Lukas menyukainya? "Sudah sudah! kamu jangan asal bicara Ana!"Lukas nampak begitu kesal tapi memang itulah kenyataannya, tak bisa dipungkiri jika dirinya menyukai Anisa.Tak ingin suasana canggung, Lukas mengalihkan pembicaraannya, dia memasukkan pembicaraan tentang bisnis ke obrolan di maja makan."Aku dengar kamu bekerja sama dengan perusahaan berlian Leo." "Iya Kak, presdirnya kebetulan sahabat aku sendiri," sahut Leo."Kamu yakin Le? terjun ke pertambangan harus merogoh modal sangat dalam." Lukas berusaha mengingatkan sang adik akan kerja sama yang baru saja disepakati, dia takut kalau adiknya terjerat kasus seperti yang tengah viral, yang Mana perusahaan mereka ternyata ilegal sehingga mengakibatkan perusahaan rugi ratusan triliun."Tidak Kak, perusahaan mereka perusahaan legal," sahut Leo."Semoga sukses Le, aku selalu mendukungmu." Tak bisa dipungkiri jika Lukas sangat menyayangi