Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 3. Berada di Antara Pertentangan Suami Istri

Share

Bab 3. Berada di Antara Pertentangan Suami Istri

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-11-28 11:18:45

Kedatangan Asher Benedict membuat suasana menjadi tegang. Sekilas saja, Aleena langsung tahu bahwa Asher adalah sosok pria dingin, tegas, dan mengintimidasi. Aura penuh wibawanya itu membuat siapapun akan merasa gugup jika berhadapan dengannya. 

Aleena menelan ludah saat Asher menatapnya. Ia tidak menduga bahwa ternyata laki-laki itu jauh lebih dewasa darinya.

"Sayang, mereka adalah tamu kita," ujar Marsha menjelaskan. 

Asher menaikkan salah satu alisnya. Ia tidak pernah tahu sejak kapan istrinya bergaul dengan gadis berpenampilan sederhana seperti gadis di depannya ini.

"Ada keperluan apa?" tanya Asher, sembari duduk di sofa menyilangkan kakinya. 

"Ada hal penting yang ingin aku bahas," jawab Marsha. 

Asher tidak lagi berkata-kata. Di sampingnya, Marsha memperhatikan Carl yang masih duduk di samping Aleena. Marsha ingin berbincang dengan suaminya dan Aleena saja saat ini. 

"Carl, bisakah kau pergi dulu dan tinggalkan Aleena sebentar di sini?" 

Aleena sontak menatap Carl dengan lekat. Entah kenapa, Aleena begitu takut saat ia melihat Asher yang duduk tepat di hadapannya. 

Tanpa panjang lebar, Carl pun segera beranjak dari duduknya. 

"Baiklah, Nyonya. Saya akan meninggalkan Aleena di sini. Kalau begitu, saya permisi," pamit Carl, laki-laki itu beranjak dari duduknya dan melangkah pergi. 

Suasana berubah mencekam bagi Aleena saat tersisa dirinya dan sepasang suami istri di hadapannya saat ini. 

Marsha kembali menatap Aleena dengan tatapan yang anggun. Sedangkan Asher hanya diam memperhatikan istrinya. 

"Aleena, ini adalah suamiku, Asher Benedict," ujar Marsha memperkenal suaminya sekali lagi.

Mendengar hal itu, Aleena pun dengan cepat mengangguk dan membungkuk badannya memberi hormat. 

"Sa-salam kenal, Tuan," ucap Aleena dengan suara bergetar. 

Tanpa senyuman sedikitpun, Asher mengerutkan keningnya menatap Aleena, sebelum mengalihkan tatapannya pada sang istri. Tatapannya menuntut penjelasan. 

Marsha pun memeluk hangat lengan Asher. "Dia Aleena. Gadis ini ... aku membayarnya untuk memberikan keturunan pada kita. Aleena bersedia mengandung dan melahirkan darah dagingmu, Asher." 

Penjelasan Marsha sontak membuat wajah Asher mengeras. Laki-laki itu langsung beranjak dari duduknya dan mengusap wajahnya kesal. 

"Berapa kali sudah aku katakan padamu, Marsha? Aku tidak mau dan tidak akan pernah setuju dengan keputusan konyolmu ini!" kata Asher dengan suara hampir menggeram karena menahan marah.

Marsha ikut berdiri dan menghampiri suaminya. "Sayang, kali ini saja dengarkan aku dulu..." bujuknya. "Mau sampai kapan kita hidup berdua seperti ini? Aku tidak bisa memberikan keturunan untukmu, Asher. Bagaimana nasib Keluarga Benedict ke depannya?" 

"Sekali tidak, maka tetap tidak!" seru Asher dengan tegas menolak. 

"Asher, kali ini saja aku meminta padamu!" pekik Marsha menarik lengan suaminya. “Kenapa kau tidak bisa mengerti?”

"Aku tidak ingin membicarakan ini lagi, Marsha!" Asher melepaskan cekalan tangan Marsha dan menatapnya geram. 

Sedangkan Aleena, ia ketakutan melihat wajah marah Asher. Gadis itu langsung beranjak dari duduknya. Aleena tidak mau berada di antara dua orang asing yang tengah bertengkar. 

Kemarahan yang tercipta di antara mereka, membuat rasa takut menyelimuti Aleena. Gadis itu pun berinisiatif untuk segera pergi. 

"Ma-maaf, Nyonya Marsha, sa-saya pamit pulang…," ucap Aleena gemetar. 

"Tunggu, Aleena!” Marsha menahan langkah Aleena dan menarik lengannya. 

Sedangkan Asher menatap istrinya tak habis pikir. Laki-laki itu benar-benar tampak marah karena Marsha tidak pernah sekali pun mendengarkannya. 

Aleena takut saat Asher melangkah mendekat, sedangkan Marsha masih mencengkeram erat pergelangan tangannya. 

Asher menatap Aleena seolah siap memakannya hidup-hidup. 

"Berapa uang yang kau butuhkan? Katakan! Aku akan memberikan berapapun yang kau minta asalkan kau pergi. Batalkan semua kesepakatanmu dengan istriku dan jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" seru Asher mengusir Aleena. 

Tawaran yang Asher berikan membuat Aleena merasa terhimpit. Di satu sisi, ia sangat takut berhadapan dengan Asher, namun Marsha juga tidak mau mengalah. 

"Sekarang aku sadar. Kau selalu menolak permintaanku karena kau sudah tidak lagi mencintaiku, kan?"

Pertanyaan Marsha membuat Asher langsung menatapnya tak percaya. “Apa maksudmu, Marsha?” 

Wanita itu menatap suaminya tajam. "Bukankah itu benar? Buktinya, kau membiarkan aku terus menjadi bahan omongan orang, bahkan keluargamu sendiri, karena aku yang mandul ini tidak bisa memberikanmu anak!" 

Asher menyergah napas frustrasi. "Jangan pedulikan apapun yang orang katakan tentangmu," katanya. “Sudahlah. Aku tidak ingin membicarakan ini lagi.” 

Laki-laki itu membalikkan badan dan melangkah menjauh menuju tangga. 

Aleena masih bergeming di tempat, bingung harus melakukan apa. Pertengkaran suami istri di hadapannya ini membuatnya takut. 

"Kalau kau menolak permintaanku, maka ceraikan saja aku sekarang juga, Asher!" 

Suara tegas Marsha membuat Aleena mengangkat wajahnya dan menatap wanita di sampingnya itu dengan cepat. 

"Hah?" lirih Aleena terkejut bukan main. Mengapa semuanya jadi seperti ini?

Langkah Asher seketika terhenti. Laki-laki itu memutar badan dan menatap istrinya yang kini berdiri tegap dengan wajah marah. 

Asher kembali menuruni anak tangga dan berjalan mendekati Marsha. "Sekeras itu kau menginginkannya sampai mengancamku, Marsha?" tanya Asher. 

"Apa lagi yang harus aku lakukan agar kau setuju? Katakan, Asher! Haruskah aku bersujud dan mencium kakimu?" 

Marsha mengatakan itu tanpa melepaskan cengkeraman kuatnya di lengan Aleena. 

Wajah Asher nampak memucat, laki-laki tampan itu mengeraskan rahangnya menahan amarah yang bergemuruh di dalam dada.

Aleena bisa melihat, bahwa Asher sangat mencintai Marsha. Sekeras apapun pria itu menolak, guratan cemas di wajahnya ketika mendengar kata cerai telah mengatakan segalanya. 

Bahwa Asher Benedict tidak ingin kehilangan istrinya.

Aleena mendengar laki-laki itu menyergah napasnya panjang, memalingkan wajah dan berdecak putus asa. 

"Baiklah ... aku terima permintaanmu," ujar Asher dengan suara tertahan. "Semata-mata karena aku mencintaimu, Marsha." 

Jawaban Asher membuat Aleena menahan napas dengan wajah tegang. 

Keputusan pria itu justru membuat Aleena merasa takut. Tapi ia sudah tidak bisa lari lagi. Ia sudah berjanji pada Marsha akan melakukan semua yang wanita itu inginkan. 

"Terima kasih kau mau mengabulkan satu-satunya permintaanku," ujar Marsha sembari melepaskan tangan Aleena. 

Asher masih bergeming, ia memperhatikan Aleena yang tertunduk gelisah. 

"Gadis ini...," ucap dingin Asher menatap lekat Aleena. 

Anggukan diberikan oleh Marsha. 

"Ya, Aleena bersedia hamil dan mengandung keturunanmu, anak kita. Tidak lebih dari itu, Sayang. Dia hanya akan menjadi wanita sekali pakai untukmu." 

Deg. 

Jantung Aleena berdenyut nyeri mendengar bagaimana cara Marsha menyebutnya dengan ‘wanita sekali pakai’. 

Serendah itukah dirinya?

“Benar kan, Aleena?” 

Aleena menatap Marsha yang menunggu persetujuan darinya. 

Ia menelan ludah sebelum menjawab. “Be-benar, Tuan. Jangan khawatir, setelah saya memenuhi tugas ini, sa-saya akan segera pergi dari sini," ujar Aleena tergagap, berusaha menekan perasaan tidak nyaman di hatinya.

“Dia hanya membutuhkan uang, dan kita akan mendapatkan seorang anak, Asher," kata Marsha mencoba meyakinkan suaminya lagi. 

"Terserah kau saja," sahut Asher dingin. Tampak tak ingin berlama-lama. 

Laki-laki itu lantas melangkah pergi begitu saja meninggalkan istrinya dan juga Aleena di sana. 

Sedangkan Aleena terdiam menekan dadanya pelan. Rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk hati Aleena saat ini.

Membayangkan betapa rendahnya ia, seperti gadis yang sedang menjual tubuhnya demi uang. 

Dan kemungkinan besar, Asher bukan hanya tidak menyukainya, tapi juga membencinya. 

Aleena bisa melihatnya dari tatapan pria itu. 

Entah bagaimana hidupnya setelah ini. Ia akan menjadi seorang ibu pengganti dan hidup di antara sepasang suami istri yang saling bertentangan ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ketut Aryatrini
semakin ingin tahu selanjutnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 4. Ikatan Seorang Ibu Pengganti

    "Semua biaya rumah sakit Papamu sudah aku urus Aleena. Hasil pemeriksaan kesuburanmu pun sangat baik. Kemungkinan besar, sekali berhubungan saja kau bisa segera hamil.” Aleena hanya mengangguk kecil mendengar apa yang Marsha katakan. Siang ini, Marsha mendatangi rumah sakit bersama Asher. Mereka berdua mengurus semua administrasi pengobatan Papanya dan ia juga melakukan tes kesehatan."Sekarang semua sudah selesai, ayo kita pergi," sahut Asher meraih tangan Marsha. "Tunggu, Sayang—"Marsha menghentikan langkahnya saat ponsel miliknya di dalam tas berdering. Wanita berambut cokelat sebahu itu menoleh seolah meminta izin, lalu berjalan menjauh saat menjawab panggilan tersebut. Kini hanya ada Aleena dan Asher berdua di sana. Asher melirik gadis bertubuh kurus di sampingnya yang tengah memeluk sebuah tas besar. "Apa kau membawa semua pakaianmu?" tanya Asher menoleh. Aleena menatapnya gugup. "Nyo-Nyonya yang meminta pada saya, Tuan," jawabnya.Hari ini Aleena akan tinggal bersama Ma

    Last Updated : 2024-11-28
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 5. Penghinaan di Malam Pertama

    Dua hari berlalu dengan cepat. Aleena masih berada di kediaman Keluarga Benedict dan tidak pergi ke mana pun. Apalagi, sekarang Aleena telah memiliki status baru, yaitu menjadi istri kedua Asher. Malam ini, gadis bertubuh kurus itu duduk di tepi ranjang dengan balutan dress berwarna biru muda. Aleena tampak cemas dan kalut. Dalam waktu yang begitu singkat, Aleena dan Asher resmi menikah. Meskipun pernikahan itu hanya untuk sementara waktu saja, dan juga berjalan demi keuntungan masing-masing."Nona Aleena..." Suara Bibi Julien berhasil membuyarkan lamunan Aleena, gadis itu menoleh cepat ke arah pintu dan berdiri dari duduknya. "Iya, Bi? Ada apa?" tanya Aleena menatapnya. "Ini gaun tidur tidur yang Nyonya Marsha siapkan untuk Nona Aleena pakai malam ini," ujar Bibi Julien meletakkan gaun tidur satin berwarna merah di atas ranjang. Wajah Aleena mendadak pucat. Rasa takut menyelimutinya dengan cepat.Ia tidak bisa membayangkan seperti apa malam pertama itu?"A-apa Nyonya Marsha sed

    Last Updated : 2024-11-28
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

    Sepanjang malam Aleena setia terjaga. Rasanya, kedua mata gadis itu tidak bisa ia pejamkan. Bahkan hingga pagi, Aleena masih duduk di atas ranjang memeluk kedua lututnya merenungi nasibnya yang malang.Aleena tidak tahu, apa yang akan ia katakan pada Marsha. Membayangkan betapa kecewanya wanita itu membuat Aleena tak bisa menahan air mata.Bagaimana jika Marsha menarik semua uang yang telah ia gelontorkan untuk pengobatan ayahnya karena ia gagal melakukan tugasnya?"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sambil menyeka air mata. Gadis itu menyandarkan punggungnya dan menatap langit-langit kamar dan tenggelam dengan lamunannya yang gelap. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar, membuat lamunan Aleena seketika buyar. "Selamat pagi, Nona ... apa Nona sudah bangun?" Suara Bibi Julien di luar membuat tubuh Aleena tersentak. Ia segera merapikan penampilannya yang berantakan seadanya, lalu beranjak dari atas ranjang. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Bibi Julien di had

    Last Updated : 2024-12-02
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

    Aleena merasa jenuh berada di dalam paviliun sepanjang hari. Setelah kejadian pagi tadi, ia memang sengaja tidak keluar dari paviliun dan terus merenung di sana. Namun, saat hari menjelang malam, Aleena kepikiran kondisi Papanya yang masih terbaring di rumah sakit. Gadis itu pun berinisiatif untuk mengunjunginya malam itu juga.Kalau sudah sadar, Papanya pasti akan mencari Aleena. Belum lagi, pria paruh baya itu akan merasa kesepian bila tak menemukan keberadaannya. Aleena berpikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya, lalu mengangguk kecil untuk meyakinkan diri. "Mungkin aku harus meminta izin pada Nyonya Marsha sebentar untuk ke rumah sakit," ucap Aleena. Perasaan ragu langsung hinggap di hatinya, tapi Aleena berusaha menepisnya. Bagaimanapun, ia harus memastikan kondisi Papanya agar tak terus merasa khawatir. Aleena melangkah keluar dari paviliun. Ia melewati taman samping untuk sampai di teras rumah megah milik Marsha dan Asher. Sesampainya di kediaman utama, Aleena memelan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

    Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja. Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal. "Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba. Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?" Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!""Sayang—""Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah. Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin be

    Last Updated : 2024-12-04
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 9. Beban yang Harus Ditanggung sang Ibu Pengganti

    “Akh—shh—” Aleena meringis menahan sakit pada bagian inti tubuhnya ketika ia terbangun di ranjang yang asing pagi itu. Ia menarik selimut dan mendekapnya dengan erat di dada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Bayangan-bayangan dari malam panas itu kembali terulang dalam ingatannya, seolah tak membiarkan Aleena lupa begitu saja. “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?” Aleena tidak tahu mengapa Asher tampak kalut dan tidak percaya bahwa dirinya masih suci. “S-saya—”“Tak mungkin aku yang pertama bagimu! Katakan, apa tujuanmu melakukan ini? Kenapa kau—”“Lakukan saja, Tuan,” Aleena menyela sebelum Asher kembali menghinanya dengan kata-kata tajam. Suaranya bergetar di bawah dominasi Asher yang membuat tubuhnya meremang. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir. “Lakukan saja dengan cepat, seperti yang Nyonya Marsha inginkan….”Aleena tidak mengerti mengapa setelah itu Asher tiba-tiba berubah seperti predator kelaparan. Sentuhan dan gerakannya berantakan, menuntut,

    Last Updated : 2024-12-05
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 10. Hamil Anak dari sang Presdir Angkuh

    "A-apa maksud Tuan mengatakan hal itu?" Aleena menatap Asher dengan lekat, dan napasnya tercekat seolah ingin mencekiknya kuat-kuat. Mengapa Asher tidak pernah berhenti merendahkannya?Melihat ekspresi kesal di wajah Aleena, Asher hanya tersenyum miring. Dagunya terangkat, menunjukkan ekspresi remeh. "Memang begitu kenyataannya, bukan?" katanya dengan nada datar. "Baru semalam kau berhasil merayuku, siang ini kau sudah bertemu laki-laki lain.”“Saya hanya—”Asher lebih dulu menyela. “Kali ini apa yang kau tawarkan padanya? Tubuhmu, seperti yang kau lakukan padaku?”Dada Aleena bergemuruh hebat tak terima. Perkataan Asher selalu berhasil mencabik dan melukai perasaan serta harga dirinya setiap kali dia berbicara. Dengan kedua tangan terkepal, Aleena berdiri dengan tegap memberanikan diri menatap Asher yang kini duduk di sofa menyilangkan kakinya, memperhatikan Aleena dengan begitu rendahnya. Aleena menahan air matanya yang berdesakan dan berusaha menjelaskan. Bibirnya menipis gera

    Last Updated : 2024-12-06
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 11. Desakan untuk Segera Hamil

    Butuh beberapa menit perjalanan dari rumah Asher menuju rumah sakit dengan bus kota yang Aleena tumpangi. Di sepanjang jalan, hatinya dipenuhi perasaan tak sabar ingin segera memeluk Papanya. Setibanya di rumah sakit, Aleena berjalan memasuki lorong di lantai lima. Papanya kini dirawat di ruang kelas A, tempat di mana pasien-pasien mendapatkan penanganan khusus dan istimewa. Aleena berjalan bersama Dokter Camael, sosok dokter yang sudah dua tahun ini menangani Papa Aleena. "Kondisi Papa saya berarti sudah jauh lebih baik, kan, dok?" tanya Aleena mendongak menatap dokter itu sembari berjalan menuju ruangan rawat inap. "Sudah Nona. Kondisi Tuan Liam sudah jauh lebih baik semenjak beliau dioperasi," jawab dokter Camael menjelaskan.Aleena tersenyum lega mendengarnya. Ia bersyukur Tuhan menyelamatkan Papanya. Kini, ia bisa kembali melihat senyuman sang Papa yang terus menjadi penyemangat hidupnya. Aleena akhirnya tiba di depan pintu kamar inap Papanya. Dokter Camael pun berpamitan ke

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 377. S2. Kasih Sayang Seorang Kakak

    Arabelle dan sang Ayah kini pergi ke rumah sakit ibu kota. Hari ini adalah jadwal Arabelle untuk cek up terkait kondisi kesehatannya. Bersama Jordan yang selalu menemaninya, Arabelle tampak duduk di samping sang Ayah yang kini menunggu hasil pemeriksaan oleh dokter. "Ayah, Ara pasti sembuh, kan?" bisik Arabelle memeluk lengan sang Ayah. Jordan menoleh dan tersenyum, laki-laki itu mengecup pucuk kepala putri kesayangannya. "Pasti, Nak. Ayah akan mengusahakan yang terbaik untuk anak Ayah," jawab Jordan. "Kalau biayanya mahal, bagaimana, Ayah?" tanya gadis itu. "Biar saja meskipun Ayah harus menjual ginjal asal anak Ayah sembuh," jawab Jordan. Kedua mata Arabelle membola. "A-Ayah tidak menjual ginjal, kan?" pekik gadis itu. Jordan tertawa pelan. "Tentu saja tidak, Sayang. Uang Ayah sangat banyak, jangan khawatir. Bahkan Ayah bisa membeli rumah sakit ini." Arabelle langsung terkikik geli. "Ayah tahu tidak, nanti kalau Arabelle sudah lulus sekolah, Arabelle ingin meneruskan ke per

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 376. S2. Sang Ahli Keributan

    Cahaya matahari berwarna jingga sore ini. Arabelle ditemani Theo berdua di depan gerbang sekolah menunggu Ayah gadis menjemputnya. Theo yang masih ada jadwal latihan basket pun belum diperbolehkan pulang. Dan ia menemani Arabelle di sana. "Kenapa Ayah lama sekali?" gerutu Arabelle meremas tongkat di tangannya. "Mungkin masih di kantor," jawab Theo. "Pasti sekarang sudah di perjalanan. Papa paham kalau Ayahmu sekarang tidak bisa bekerja full seperti dulu." "Om Asher tidak marah kan, Kak?" tanya Arabelle. "Tentu saja tidak." Theo tersenyum dan mengusap pucuk kepala Arabelle dengan lembut. Arabelle pun juga tersenyum. Gadis itu memeluk satu lengan Theo dan menyandarkan kepalanya di pundak Theo. Dari dalam gerbang sekolah, muncul seorang siswa membawa sebuah motor sport sama seperti milik Theo dan dia berhenti di depan gerbang menoleh ke arah Theo dan Arabelle. "Sedang apa berduaan di sini?" tanyanya pada mereka berdua. "Mau apa? Kau tidak terima? Atau iri?!" seru Theo tanpa sung

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 375. S2. Awas, Nanti Jatuh Cinta!

    Saat jam istirahat, Arabelle berada di dalam kelas sendirian. Gadis itu duduk diam dan mendengarkan materi listening yang Mr. Diana berikan padanya tadi. Berkali-kali Arabelle mendengarkannya. Sampai tiba-tiba saja gadis itu tersentak saat seseorang menempelkan susu kotak dingin di pipinya. "Aduh, ya ampun..." Arabelle terperanjat. Suara kekehan terdengar begitu renyah dan manis. Arabelle terdiam sejenak, suara itu bukanlah suara Theo, tetapi suara Harvey. Arabelle tersenyum tipis menyadari keberadaan Harvey di sana. "Selamat datang lagi di sekolah, Arabelle," ucap Harvey mengusap pucuk kepala Arabelle. "Kak Harvey, aku pikir siapa..." "Pasti kau pikir Theo, kan?" tanyanya. "Heem." Arabelle langsung mengangguk. Harvey meraih satu bangku dan duduk di sana. Laki-laki itu menatap wajah Arabelle yang tampak semakin putih, bersih, dan cantik setelah beberapa minggu Arabelle tidak pergi ke sekolah. Bagaimanapun juga, Harvey sangat menyukai gadis ini meskipun ia tahu kalau Arabelle

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 374. S2. Romansa Anak Muda

    Hari ini menjadi hari pertama Arabelle bersekolah setelah sempat beberapa Minggu gadis itu tidak hadir ke sekolah. Arabelle datang bersama dengan Ayahnya. Guru-guru pun tampak senang Arabelle sudah kembali bersekolah, terlebih lagi saat ini kepala sekolah di tempat itu sudah diganti dan murid yang merundung Arabelle pun juga sudah dikeluarkan dari sekolah."Ara, nanti kalau pulang sekolah jangan akal-akalan pulang sendirian, oke!" Jordan menatap putrinya yang berdiri di depan pintu kelas. Arabelle mengangguk. "Iya, Ayah. Siap!" Jordan beralih menatap Vivian yang ada di samping Arabelle. "Vian, tolong bantu Arabelle, ya, Nak," ujar Jordan pada gadis berambut sepundak itu. "Iya, Om. Jangan khawatir, saya pasti akan membantu Arabelle. Om tidak perlu cemas, sekali ada saya, semuanya aman!" seru Vivian memeluk Arabelle dan tersenyum gemas. Jordan pun ikut tersenyum, laki-laki itu merasa lega saat melihat putrinya sudah kembali tersenyum manis bersama teman-temannya. "Kalau begitu, A

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 373. S2. Adik Kesayangan Kak Dylan

    Kedatangan Arabelle membuat Theo dan kedua adiknya tampak begitu senang. Gadis itu datang tanpa mengabari Theo lebih dulu. Theo juga langsung mendekati Arabelle yang tengah bersama dengan Ayahnya dan juga bersama kedua orang tua Theo. Tatapan Jordan menajam pada Theo saat pemuda itu mendekat. "Kenapa ada acara tidak bilang-bilang pada Paman?! Sengaja tidak mengundang Paman?!" seru Jordan pada Theo. Theo terkekeh geli. "Tidak begitu, Paman..." Pemuda itu mendekati Arabelle yang duduk di samping Leo dan Lea, juga Vivian di sana. Theo duduk di samping Leo dan merangkul Arabelle dari belakang. "Kau mengajak Ayah ke sini?" tanya Theo pada Arabelle. Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak." Theo menghela napasnya pelan. "Padahal aku tadi sempat berpikir mau ke sana setelah membantu anak-anak membakar ikan. Aku terus kepikiran dirimu, Ra. Hanya kau saja yang tidak ada di sini." "Tidak apa-apa, Kak. Ini Ara sudah di sini." Theo tersenyum mengusap pucuk kepala Arabelle. "Heem,

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 372. S2. Kehebohan Theo Memecahkan Suasana

    Suasana malam di rumah Theo sangat ramai malam ini. Semua teman-teman Theo datang dan mereka tampak gembira dengan acara memanggang ikan dan makanan lainnya di halaman teras samping. Theo duduk di sebuah sofa teras, ia terdiam menatap teman-temannya yang heboh sendiri. Di sampingnya ada Dylan bersama Lea. "Adik Lea cantik sekali malam ini? Wahh ... bajunya lucu sakali warna merah muda," ujar Dylan menekuk kedua lututnya di hadapan Lea. Lea mengerjapkan kedua matanya menatap Dylan. Anak perempuan itu menunjukkan lengannya dan bandana merah milik Dylan masih terpasang di sana. "Ini dari Kak Dylan dulu," ujarnya dengan senyuman gemas. "Masih disimpan?" "Masih. Tidak boleh hilang," jawab anak perempuan itu. "Tante harus menyimpannya baik-baik, Dylan. Pernah dulu basah saat Lea mandi, dia menangis seharian," sahut Aleena dari belakang, wanita itu meletakkan sebuah teko besar berisi minuman dingin. Dylan terkekeh mendengarnya. "Padahal hanya bandana saja, Tan." "Heem, tapi dia bila

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 371. S2. Ayah yang Aku Sayangi

    Semua teman-teman Theo tampak terkejut dengan kedatangan Jonath yang bisa bersamaan dengan Vivian. Mereka berdua pun juga terlihat kikuk."Kenapa kalian bisa bersamaan datangnya?" tanya Theo pada Jonat dan Vivian. "Kau bilang tadi kau mau pergi ke rumah Nenekmu! Terus kenapa kau ada di sini?" tanya Gery menatap Jonath. Pemuda itu duduk di samping Theo. "Tidak jadi, aku mencari kalian di mana-mana. Tidak sengaja bertemu dengan dia!" serunya menunjuk Vivian dengan dagunya. "Oh, aku pikir kalian pacaran," sahut Dylan. "What the hell! Vian, pacaran sama Kak Jonath, ilfil sekali!" serunya dengan bergidik geli. Seketika, Vero menepuk-nepuk pundak Jonath. "Wahh ... wahh, belum tahu dia dengan aura-aura terdalam dari seorang Jonath!" serunya. Gery dan Theo mengangguk kompak sambil tertawa, sedangkan Vivian duduk bersama Arabelle dan memeluk sahabatnya itu. "Vian, Vian ... kau terlalu meremehkan Jonath. Cewek mana yang di perumahan jalan Hydrangea yang belum pernah jadi pacar Jonath.

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 370. S2. Kedatangan Leo yang Sangat Bandel

    Theo mengajak Arabelle ke sebuah taman yang berada tidak jauh dari kediaman Jordan. Setiap langkah yang Arabelle ambil, Theo begitu memperhatikannya dengan betul. "Hati-hati, Ra. Sedikit ke kiri, di depan ada anak kecil-kecil main bola. Kalau sampai bola itu mengenalmu, bisa aku tendang mereka semua," seru Theo. Arabelle terkekeh mendengarnya. "Kak Theo tidak malu mengajakku seperti ini? Lihat, aku membawa tongkat seperti orang buta." Theo menatap wajah gadis itu dari samping. "Kenapa harus malu. Di dunia tidak ada manusia yang sempurna, kan? Lagipula, kau juga tidak betul-betul buta. Kau hanya sedang sakit, Arabelle..." Pemuda itu mengusap pucuk kepala Arabelle dengan gemas. "Ayo duduk di sana." Mereka berdua berjalan ke arah sebuah bangku taman. Theo merangkul Arabelle dan mengajaknya duduk di sebuah bangku taman. Sebelumnya, Theo sudah membeli banyak cemilan dan juga minuman-minuman sejak perjalanan ke taman tadi. "Mau minum air putih?" tawar Theo. "Boleh." Arabelle mengang

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 369. S2. Theo Vs Ayah Jordan

    Keesokan paginya, Theo benar-benar menepati janjinya dan ia sungguh datang ke kediaman Jordan pagi ini. Theo membawa satu kotak berisi sandwich dan susu kotak rasa stroberi kesukaan Arabelle. Pemuda itu membawa mobil baru milik Papanya, Theo memarkirkannya di depan rumah Jordan. "Permisi, Kek ... selamat pagi," sapa Theo pada Julian, Papa Jordan. "Heem, pagi juga, Theo," balas Julian tersenyum. "Sana masuk, Arabelle masih sarapan dengan Papanya di belakang." "Iya, Kek." Theo berjalan masuk ke dalam rumah. Pemuda itu melangkah ke arah ruang makan, langkah Theo terhenti di sana saat ia melihat Arabelle tengah disuapi oleh sang Ayah. Rasa terenyuh dirasakan oleh Theo. Apakah anak perempuan di dunia ini benar-benar sangat dicintai dan disayangi oleh Ayahnya? Bahkan tak hanya melihat Arabelle saat ini, di rumahnya pun ada Lea yang selalu diperlukan layaknya seorang princess oleh Asher. Theo melangkah ke arah mereka berdua. "Selamat pagi," sapanya penuh semangat. "Pagi..." Jordan m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status