Setelah menerima surat dari Bai Jia, Yuan Zi lantas mengutus orang untuk menghadap Raja Mo Cheng. Selain untuk menyampaikan kabar jatuhnya kekuasaan Hou Cun dan naiknya Bai Jia menjadi raja Diyu, dia juga memperingatkan raja untuk memperketat penjagaan di Wuxia.“Jadi, bagaimana sekarang, Ketua?” tanya salah satu pendekar Pagoda Sembilan Naga kepada Yuan Zi di suatu pertemuan.Yuan Zi menjawab, “Kita serahkan penjagaan di Wuxia kepada raja dan para saudara seperguruan lainnya, sementara kita yang ada di sini sebaiknya mulai memimpin kelompok untuk mencari keberadaan Hou Cun dan memperingatkan setiap negeri agar memperketat penjagaan.”“Baik, Ketua, kalau begitu izinkan kami berlima untuk memulai pergerakan!”“Hem, kuizinkan. Lebih cepat kita bergerak akan lebih baik, dan yang perlu kalian ingat ialah segera laporkan padaku begitu kalian menemukan keberadaan Hou Cun! jangan mengambil tindakan di luar itu! kalian bukan tandingannya.”
“Kau!” Betapa terkejutnya Yuan Zi saat tahu siapa yang kini ada di hadapannya. Hou Cun, orang yang dilihat Yuan Zi di pemakaman para leluhur Pagoda Sembilan Naga ternyata adalah musuh terbesar dunia persilatan yang saat ini sedang dicari-cari. “Kau ingin membunuhku?”—Hou Cun menyunggingkan senyum getir—“kau tahu, bukan, bahwa kami para keturunan iblis tidak semudah itu bisa dibunuh oleh orang sepertimu?” Yuan Zi merasa ada yang aneh dari Hou Cun. Hou Cun terlihat seperti orang sedang terluka dan .... “Aku tidak bisa merasakan energi iblisnya,” batin Yuan Zi. Yuan Zi tidak sekali ini bertemu dengan Hou Cun, jadi tentu saja dia tahu energi yang biasanya dikeluarkan oleh Hou Cun. Belum sampai Yuan Zi paham dengan keadaan yang terjadi saat ini, dia kembali dikejutkan oleh Hou Cun yang tiba-tiba jatuh pingsan. Yuan Zi tentu saja bingung dibuatnya. Satu-satun
Yuan Zi membuka mata dan merasakan tubuhnya sangat nyaman berbaring di tempat tidur. Dia melihat langit-langit kamarnya dengan pikiran yang masih belum sadar sepenuhnya. “Apa yang terjadi?” batin Yuan Zi sambil mengingat-ingat.Tidak lama kemudian, kilas balik beberapa hari ini kembali terputar di ingatan Yuan Zi. Dia sontak bangkit dari tempat tidur dan segera mencari keberadaan Hou Cun di kamarnya. Namun, nihil, Hou Cun tidak ada di sana. Yuan Zi semakin panik ketika tidak menemukan topengnya ada di mana pun. “Iblis sialan itu ...!”—Yuan Zi geram.Terpaksa, Yuan Zi keluar dari kamarnya dengan menggunakan cadar sebagai penutup wajah, yang mana hal itu menyita perhatian setiap murid Pagoda Sembilan Naga yang berpapasan dengannya. “Itu tadi ketua?” bisik salah seorang murid kepada murid lainnya. “Benar, itu ketua.”“Jika yang baru saja lewat adalah ketua, lalu siapa yang tadi kita lihat memasuki pagoda?”Para murid tersebut saling menatap satu sama lain. Mereka menebak dalam hati m
“Ketua Yue Er dan pendekar Rouku dari Perguruan Lotus Putih memberi hormat kepada Kaisar Mo Cheng!”“Hem! selamat datang kembali di Istana Wuxia, Nona Yue Er dan Pendekar Rouku! ada apa gerangan yang membawa pendekar berdua mengunjungi Wuxia kali ini?”“Saya—”“Ketua Pagoda Sembilan Naga, Yuan Zi memasuki aula kekaisaran Wuxia!”Teriakan penjaga tersebut memotong ucapan Yue Er. Tidak lama kemudian muncul sosok bertopeng dengan pakaian biru muda khas milik Pagoda Sembilan Naga. “Yuan Zi memberi hormat kepada Kaisar!”“Hem!”—Mo Cheng mengangkat tangan sebagai penerimaan salam tersebut.Yuan Zi kemudian menoleh ke arah Yue Er dan Rouku. Mereka saling menunduk hormat dan memberi salam.“Maaf saya mengganggu pertemuan Nona Yue Er dengan kaisar!” ucap Yuan Zi.“Tidak apa, kebetulan ketua Pagoda Sembilan Naga ada di sini, jadi saya bisa sekaligus menyampaikan maksud saya,” ucap Yue Er. Yuan Zi pun penasaran. “Ada apa, Nona?”Yue Er kembali menghadap kaisar Mo Cheng. Lalu, dia menjelaskan m
“Brengsek!” umpat Yue Er.Sejak kembali dari Wuxia dan mengetahui kenyataan tentang identitas Gui Tian, Yue Er tidak bisa jika tidak memikirkannya. Perasaan dan pikirannya saat ini campur aduk. Rasanya ingin sekali ia pergi ke Diyu untuk membuktikan sendiri bahwa yang saat ini duduk di tahta raja Diyu adalah benar Bai Jia yang dia kenal.“Jika sampai kekacauan yang terjadi di dunia persilatan saat ini adalah perbuatannya, aku sungguh tidak akan memaafkannya.”Sementara semua orang di dunia persilatan sedang mencari bukti bahwa korban yang berjatuhan benar ulah mata-mata yang dikirim oleh Gui Tian, saat ini di Istana Diyu, Bai Jia baru saja membaca surat yang dikirim oleh Yuan Zi.“Apa kata ketua Pagoda Sembilan Naga, Raja?” tanya Wen Fei Yi kepada Bai Jia.Bai Jia menjawab, “Beliau ingin kita menarik semua mata-mata kita.”“Kenapa?”“Untuk membuktikan sesuatu.”“Apa itu, Raja?”
Perkumpulan para pendekar kembali diadakan. Kali ini adalah untuk membahas mengenai kekacauan yang terjadi di Shengren, lebih tepatnya di wilayah barat di wilayah perguruan Lotus Putih.Semua orang tengah berdebat mengenai siapa yang patut disalahkan dalam hal ini, Hou Cun atau Gui Tian. Banyak dari pendekar yang hadir berasumsi bahwa semua kekacauan ini disebabkan oleh Hou Cun. Namun, tidak sedikit pula dari mereka yang menganggap bahwa Gui Tian juga ikut bertanggung jawab dalam hal ini, sehingga mereka sepakat bahwa Gui Tian sebagai raja Diyu lah yang paling pantas disalahkan dan dituntut untuk menyelesaikan semua ini.“Hem,”—Mo Cheng mengangguk-angguk sembari mengusap jenggotnya—“Yuan Zi, bagaimana menurutmu?”Fokus semua pendekar kini beralih pada Yuan Zi yang sejak tadi hanya diam. Hal ini sedikit banyak juga mengundang tanya di pikiran para pendekar yang hadir dalam forum tersebut.“Yuan Zi, apa kau memiliki ide lain atau saran dalam hal ini
Yue Er tentu saja bukan tandingan dari Bai Jia yang sekarang. Pertarungannya dengan Bai Jia saat ini terjadi ialah karena Bai Jia yang melayani harga dirinya.“Kurang ajar!” umpat Yue Er ketika tahu Bai Jia sengaja mengalah.“Aku tidak ingin melukaimu, Yue Er.”“Omong kosong! aku lebih baik mati hari ini dalam pertarungan ini daripada kau hina seperti ini.”Ucapan Yue Er membuat Bai Jia sejenak berpikir. Lalu ..., “Baik, kalau itu maumu, aku tidak akan sungkan lagi, Yue Er.”Akhirnya keduanya kembali bertarung. Namun, kali ini dengan Bai Jia tidak lagi mau mengalah. Yue Er mengeluarkan jurus seruling laba-laba pembunuhnya. Sedangkan Bai Jia, dia menggunakan jurus kaki seribu untuk melawan. Jaring laba-laba pembunuh yang bergerak cepat diimbangi oleh Bai Jia yang bergerak tak kalah lihai dalam menghindar. Sembari terus menghindar, Bai Jia juga sambil terus bergerak mendekati Yue Er, dan begitu jarak di ant
Hou Cun mengendalikan orang-orang untuk menyerang Bai Jia. Dia ingin melihat sampai mana Bai Jia bisa menahan diri untuk tidak membunuh mereka.“Kau seorang iblis, Gui Tian, bukan tempatnya iblis memiliki hati yang lunak, apalagi berhati suci sampai bisa menjadi pemilik Pedang Surga.”Bai Jia mendengar semua perkataan Hou Cun tersebut, akan tetapi dia memilih untuk mengabaikannya. Saat ini Bai Jia sedang fokus bertarung sambil berusaha mencari cara mengalahkan ilmu pengambilan jiwa milik Hou Cun.Bai Jia ingat, di dalam kitab iblis dikatakan bahwa ilmu pengalihan jiwa hanya dapat dihentikan oleh kekuatan yang lebih besar dari milik si pengendali. Dengan kata lain, jika Bai Jia ingin menghentikan Hou Cun, maka dia harus memiliki ilmu yang lebih besar dari ilmu yang digunakan Hou Cun saat ini.Hanya saja, Hou Cun yang bisa mengendalikan tubuh orang lain berarti bahwa dia sudah menjadi iblis dengan kekuatan tingkat tinggi. Bai Jia tidak mungk