“Ka-kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini? Dan bagaimana bisa aku ….”Mata Mya membola seketika. “Kamu menculikku?”Lelaki itu menyeringai sambil mendekat. Mya mundur perlahan, dia takut lelaki itu berbuat yang tidak-tidak terhadapnya seperti yang dilakukannya kemarin.“Berhenti di sana! Jangan mendekat!” teriak Mya.“Jangan takut sayang, aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin, kita bicara dari hati ke hati,” pinta Richard.“Bicara apa lagi? Kita sudah selesai Richard. Kamu dan aku sudah tidak bisa bersama,” ujar Mya penuh ketakutan.Richard menundukkan wajahnya. “Mya, aku tahu, aku bersalah padamu. Mungkin, kesalahanku padamu sangat fatal hingga tak mungkin bisa kau maafkan. Satu yang kupinta padamu, ijinkan aku menebus kesalahanku. Beri aku satu kesempatan Mya. Demi anak kita, mungkin, dengan kamu menikah dengan Kevin, dia tidak akan mungkin kekurangan kasih sayang dari ayah sambungnya. Namun, bagaimana jika kalian sudah memiliki anak sendiri. Dia pasti akan merasa tersisihkan Mya
DegDunia Richard seolah runtuh mendengar ucapan Alya. Dia ingat kalau akhir-akhir ini wanita itu sering sakit-sakitan. Namun, dia lupa kalau saat ini, wanita itu pun tengah hamil.“Jawab Richard! Jangan diam saja!” amuk Alya penuh emosi.Makin bingunglah lelaki itu. Dia tidak mungkin menikahi Alya meski wanita itu telah hamil karena dia ingin rujuk dengan Mya. Richard menjambak rambutnya kasar karena kesal. Pikirannya buntu karena tak tahu apa yang harus dia lakukan.Setelah memikirkan semua masak-masak, lelaki itu pun menyuruh kekasihnya untuk duduk. Dia sudah membuat keputusan.“Alya, kamu dan Mya sama-sama hamil anakku. Dan aku, harus memilih salah satu diantara kalian. Jangan potong ucapanku,” tekan Richard saat dia melihat Alya akan menyela.“Aku akan bertanggung jawab penuh pada anak yang sedang kamu kandung baik itu secara finansial maupun kasih sayang, tapi maaf, aku tidak bisa menikahimu. Karena aku ingin rujuk dengan Mya.”DuarBagai petir di siang bolong saat Alya mendenga
“Mya, apa rencanamu? Apa kamu berniat menjadikanku madumu?” tebak Alya.“Kamu berniat menjadi istri Richard bukan?” tanya Mya pada Alya.Wanita itu pun mengangguk. “Dan Richard tidak akan menikahimu jika aku tidak mau rujuk dengannya bukan?” tanya Mya yang seolah mempermainkan Alya.“Benar. Jadi, kamu setuju kan rujuk kembali dengan Richard. Toh, dia akan bertindak adil pada kita. Jadi, kita harus sama-sama legowo karena kita mencintai orang yang sama,” bujuk Alya.Padahal, hatinya kesal setengah mati. Andai dia menjadi madu Mya, wanita itu pun tak ingin kalah dengannya.“Maaf sayang, aku tak sanggup dimadu. Jadi, jika kamu berniat rujuk denganku, maka, tinggalkan dia! Kamu bisa bertanggungjawab dengan mengasuh anak dari wanita itu tanpa harus menikahinya. Jadi, silahkan pilih, Aku, atau, Dia,” ucap Mya penuh penekanan.Richard pun terdiam. Cukup lama dia memikirkan hal ini, hingga akhirnya, dia pun mengambil keputusan.“Maaf Alya. Aku mencintai Mya. Dan aku ingin rujuk kembali deng
"Berhenti! Selangkah lagi kamu masuk ke rumah itu, akan aku habisi kamu!" ancam Kevin pada lelaki yang mengejar Mya tadi."Heh! Kamu pikir, aku takut padamu?" tanya lelaki itu dengan pedenya.Bugh bughKevin pun melayangkan pukulannya pada lelaki tadi. Tak mau kalah, lelaki tadi pun membalas pukulan Kevin dengan menendang perutnya.Kevin pun terjatuh. Dia hanya menyeringai, kemudian berdiri lagi. Pukulan dan tendangan memutar pun dia layangkan pada kepala lelaki itu hingga membuat lelaki itu sedikit oleng."Pergi kamu! Jangan harap kamu bisa menyakiti calon istriku lagi," teriak Kevin sambil menendang per*t lelaki itu.Meski bukan petarung handal, tapi Kevin masih bisa mengalahkan lelaki tadi. Setelah memastikan lelaki itu benar-benar tumbang, Kevin pun masuk ke dalam gubug ."Mya, kamu dimana?" teriaknya.Karena gubug dalam keadaan gelap, Kevin pun mengambil handphone-nya untuk menyalakan senter. Matanya pun membola saat melihat Mya sudah terkapar dengan tubuh bersimbah dar*h."Mya,
Duang duang duangMobil Richard menabrak pembatas jalan tol. Karena Richard mengendarainya dengan kecepatan tinggi membuat mobil itu pun terbalik.“Aaaahhhh ….” suara jeritan Alya dan Richard terdengar.Beruntung, mobil pjr sedang patroli di jalan raya. Hingga saat kecelakaan itu terjadi, mereka langsung ditangani oleh petugas jasa marga.Tak lama, ambulans pun datang membawa kedua orang itu ke rumah sakit terdekat. Saat mereka baru saja sampai di UGD, perawat berteriak, "Dok, denyut nadi pasien melemah."Dokter lalu memeriksanya. Tak lama, dokter itu pun menggelengkan kepalanya. "Bagaimana korban satunya, Sus?" tanya Dokter itu."Masih di ruang OK Dok," jawab perawat itu."Sudah menghubungi keluarganya, Sus?" tanya sang dokter."Sudah Dok, sebentar lagi mereka sampai," jawabnya.Dua jam kemudian, kedua orang tua Richard dan juga Alya sudah sampai dia rumah sakit, tangis mereka pecah saat dokter mengatakan kalau salah satu dari mereka tidak selamat.Ketiga orang itu langsung menuju k
Mya, tidak bisakah kamu memberi Richard kesempatan? Kembalilah padanya, Mama mohon. Dengan keadaannya yang seperti ini, dia tidak akan mungkin berkhianat bukan?”Mya mencoba melepaskan genggaman tangan Mama Dela. “Maafkan Mya Ma. Sejak Mya melihat Richard berada di atas tubuh Alya. Perasaan itu sudah mati. Dan tidak akan bisa kembali,” lirih Mya.Mama Dela menghembuskan nafas kasar. Dia sadar, bahwa putranya lah yang bodoh, membuang berlian demi batu kerikil seperti Alya. Untung saja wanita itu sudah mati, jadi dia tidak akan bisa mengganggu kehidupan putranya lagi.“Baiklah, Mama tidak akan memaksamu. Hanya saja, anggaplah Mama ini tetap sebagai Mama kamu. Jangan putuskan hubungan persaudaraan kita,” pinta Mama Dela.Mya hanya mengangguk saja. Setelah cukup lama berbincang-bincang. Mya akhirnya pulang. Dia merasa tidak enak dengan Kevin yang menunggunya sejak tadi.“Maaf ya Vin, tadi Mama Dela ngajak ngomong nya kelamaan,” ujar Mya penuh sesal.“Tidak apa, ayo, kita pulang,” ajaknya
“Mya, tunggu, jangan pergi! Aku tidak sanggup jika harus jauh darimu. Please Mya, jangan pergi. Kita akan coba luluhkan hati Mama secara perlahan, asalkan jangan kamu tinggalkan aku,” pinta Kevin setengah mengiba.“Kevin, dari mana kamu tahu kalau aku akan pergi?” tanya Mya.Tadinya, aku ingin mengantarkan ini,” ujarnya sambil menunjukkan power bank milik Mya.“Lalu aku melihat surat yang kamu seliipkan ini. Aku pun segera melajukan mobilku menuju ke bandara, berharap aku bisa mengejarmu sebelum kamu pergi. Please Mya, batalkan penerbanganmu. Masih banyak jalan untuk kita tempuh tanpa harus berpisah Mya,” ujar Kevin.Mya pun duduk di kursi tunggu. Wanita itu menatap wajah sang sahabat yang memang serius padanya. “Baiklah, aku beri kamu satu kesempatan. Batas waktu akhirmu, 3 bulan sebelum aku melahirkan. Jika sampai saat itu Mama kamu masih belum bisa menerimaku, ijinkan aku pergi,” pinta Mya.Kevin memeluk tubuh Mya. “Terima kasih sayang. Terima kasih,” bisik Kevin.Mya akhirnya kem
“Kevin, batalkan saja proses akuisisi perusahaan Richard,” begitu pesan yang dikirim Mya pada sang sahabat.Setelah kehadiran Mama Denisa tadi, Mya sudah tidak ingin lagi berurusan dengan Kevin. Sebisa mungkin, dia akan mengatasi sendiri masalahnya.Wanita itu pun mengajak Rindu untuk bekerja sama. Dia membeli saham perusahaan milik Richard tapi atas nama Rindu.Dan kini, dialah yang menjadi pemimpin perusahaan Richard sebagai pemilik saham terbesar. Mama Dela tidak tahu, kalau saat ini, Mya lah yang menjadi pimpinan perusahaan milik suaminya karena dia masih harus menunggui putranya yang masih koma di rumah sakit.“Ya Allah, kok gue gugup banget ya. Padahal gue cuma bertemu dengan klien aja. Apa karena ini pertama kalinya gue meeting ya. Biasanya, kan gue cuma live streaming aja,” gumam Mya.Setelah memastikan penampilannya rapi. Mya pun berangkat menuju ke restoran tempat mereka akan meeting. Sambil menunggu kliennya, Mya membuka kembali berkas yang akan mereka bahas di meeting kali
"Tidak, Juan tidak mungkin meninggalkanku Pa! Juan berjanji akan merawat Keano bersama-sama. Juan juga janji akan kembali setelah semua urusannya selesai," racau Dania sambil menangis di pelukan sang ayah. "Tenang sayang, kita tunggu informasi selanjutnya. Coba sekarang kamu hubungi Juan, mungkin teleponnya sudah aktif," nasehat Papa Sean yang tak ingin putrinya terus menerus terpuruk. Dengan tangan gemetar, Dania pun mengambil gawainya. Wanita itu pun mencari nomor sang suami kemudian menghubunginya. Namun, tangisnya kembali pecah saat nomor sang suami tidak dapat dihubungi. "Bagaimana ini Pa? Nomornya tidak aktif," ucap Dania masih dengan deraian air mata. "Sabar sayang, kita tunggu saja informasi selanjutnya. Kita berdoa saja semoga, Juan selamat," bisik Sean pada putrinya. Berita itu begitu menghantam Dania seperti petir di siang bolong. Ia terkejut, tak percaya, dan berharap semua itu hanyalah mimpi buruk. Dan saat dia bangun, mimpi itu akan hilang. Setiap hari Dania
"Dokter tolong putraku!" Tak lama dokter pun datang. Perawat menyuruh mereka semua keluar supaya dokter bisa leluasa mengambil tindakan. Melihat garis lurus pada monitor jantung membuat dokter itu mengambil alat kejut jantung. Dia tempelkan alat itu di dada mungil itu. Dua kali dada itu terlonjak. Namun, garis masih saja lurus. "Tambahkan 200 Joule!" titah dokter itu. Perawat pun mengangguk dan menambah tenaganya. Hentakan terakhir tetap tak mampu membuat garis halus di monitor jantung. Dokter pun menggelengkan kepalanya. "Catat waktunya Sus!" perawat itu kemudian menutup balita itu dengan kain putih. Dokter pun keluar dengan wajah serius. Dania dan Juan langsung mendekat. "Bagaimana Putra saya Dok?" “Maaf, tapi kondisi Keano semakin memburuk. Organ-organ vitalnya mulai gagal. Kami sudah melakukan segala yang kami bisa. Namun, Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih sayang padanya!” Dania menangis, tubuhnya tiba-tiba limbung. Wanita itu pasti jatuh ke lantai jika Juan t
"Dania, menikahlah denganku!"Kali ini Dania diam saja. Dia bingung harus menjawab apa. Semua terasa begitu tiba-tiba bagi Dania. Meski saat ini dia nyaman bersama Juan, tapi untuk kembali bersama, Dania butuh waktu."Beri aku waktu untuk berpikir Juan! Keadaan Keano masih seperti ini, aku tidak mungkin bisa berpikir dengan jernih," pinta Dania.Juan pun mengangguk. "Aku akan setia menunggu jawabanmu Dania. Andai kamu menolakku, aku akan tetap ada untukmu dan juga Keano, karena kalian adalah yang terpenting bagiku," sahut Keano. "Terima kasih, Juan," jawab Dania. Sontak Juan menggeleng. "Aku melakukan ini semua untuk putraku, anak kita. Tak ada yang namanya balas jasa dan sebagainya, jadi jangan ucapkan terima kasih kepadaku karena ini sudah tugasku sebagai ayah," kata Juan. Tak lama, gawai Dania berdering, nama sang ayah terlihat di layar. Tanpa menjawab, Dania langsung meninggalkan Juan tanpa kata. Dania tidak mau membuang waktunya, dia takut kalau sampai terjadi kenapa-napa deng
"Anakku ...." isak Dania menatap Keano dari kaca jendela. Dia tidak bisa masuk ke sana, Keano harus dalam keadaan steril sebelum dokter melakukan tindakan. Dania hanya bisa melihat dari luar. Hanya sesekali saja Dania di dalam, itupun tidak boleh lebih dari 15 menit. Keadaan Keano semakin hari semakin membanjir setelah 7 hari dirawat. Hingga akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada Keano. "Kami akan melakukan operasi pada anak Keano, berdo'alah semoga Keano mampu melewati masa-masa ini dengan baik. Semoga dia diberi kekuatan untuk bertahan," ucap dokter sebelum memasuki ruang operasi. Dania mengangguk lemah. Di sampingnya, Sean menunduk dalam, merasa iba karena anak sekecil Keano mesti menjalani operasi besar. Sean sudah tak sanggup menahan air matanya, dia menangis memeluk Dania yang juga akhirnya melakukan hal yang sama. "Aku takut Keano kenapa-kenapa, Pa ... anak sekecil itu, tapi harus menjalani operasi. Hati Dania seolah teriris saat melihat tubuh Keano
"Sudah selesai, Pak." Suster mengangguk ramah kepada Juan yang merasa tubuhnya terasa begitu lemas pasca pengambilan darah tadi. Lelaki itu hendak bangun dari ranjang itu, akan tetapi, Juan merasa oleng, kepalanya pusing sehingga tubuhnya limbung dan hampir terjatuh. "Jangan bangun dulu, Pak, kami akan menginfus Bapak dulu untuk beberapa jam kedepan karena kondisi Bapak juga tidak terlalu baik saat diperika tadi," kata suster. Juan pung mengangguk pasrah, dia memang kurang enak badan, kondisi fisik Juan menurun mengingat akhir-akhir ini dia tidak istrirahat dan makan dengan benar. Hingga dia harus diinfus supaya tubuhnya kembali pulih. "Terima kasih, Sus," ucap Juan. Sebenarnya, tidak disarankan mengambil darah dari orang yang sedang sakit atau kurang enak badan seperti Juan, karena akan ada dampak menurunnya kesehatan secara drastis kepada orang tersebut. Dokter pun telah berkonsultasi terlebih dahulu kepada Juan sebelum mengambil darahnya. Namun, karena Juan ingin menolong Kea
"Dania?" ucap Juan dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan. "Apa? Jangan macam-macam kamu!" tegur Dania setelah menghindar dari Juan yang hendak memeluknya. "Sayang, kamu masih istriku! Aku belum pernah menjatuhkan talak padamu. Dan aku masih sangat mencintai kamu, selama satu tahun ini, aku mencarimu kemana-mana. Aku menunggu kamu pulang! Perceraian itu tidak sah, karena aku tidak pernah menandatangani surat perpisahan yang kamu buat," sahut Juan panjang lebar. Namun, Dania menggeleng, dia tidak punya waktu untuk membicarakan hal itu karena sekarang yang terpenting adalah keselamatan Keano yang jalannya berada pada ayahnya sendiri, yaitu Juan. "Aku tidak punya waktu membahas semua itu. Sekarang, ikut aku!" pinta Dania. "Tidak-tidak, aku tidak akan mau ikut denganmu sebelum kamu mendengar penjelasanku terlebih dahulu," kekeh Juan. Dania memutar bola matanya malas. Wanita itu melirik jam tangannya. Dia tahu, kalau lelaki ini tidak dituruti keinginannya, dia tidak akan mau berj
"Rumah sakit? Apa Keano sakit? Separah apa sakitnya hingga Dania menyuruhku untuk segera kesana?" Juan bertanya-tanya, dia butuh jawaban dengan segera mengenai kondisi anaknya yang entah mengalami apa. Tak ingin membuang waktu, Juan segera berlari keluar dari bandara. Urusan klien, biarlah nanti, sekarang ada yang lebih penting dari klien. Selama satu tahun penuh lebih Juan tidak bertemu dengan Dania. Dan kali ini, Dania memintanya untuk datang, meskipun itu di rumah sakit, Juan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan istri dan anaknya. Selama ini, Juan sama sekali tidak pernah memberi kontribusi apa pun kepada sang anak karena jarak yang memisahkan. Apalagi, Dania pergi meninggalkan semua uang dan ATM pemberiannya, jadi, dia tidak bisa menikahi putranya. Namun, Juan selalu menyimpan uang yang dia khususkan untuk menafkahi Dania dan Keano. Dia menyimpannya dalam rekening khusus yang akan dia berikan saat telah bertemu dengan keduanya. Dan kali ini, Juan
Dania dan Sean tengah mondar mandir di depan ruang operasi. Sementara Mama Dania hanya duduk di kursi tunggu karena wanita itu sudah tidak kuat berdiri. Ketiga orang itu gelisah menunggu Keano yang sudah hampir satu jam berada di ruang operasi, tapi masih belum ada tanda-tanda dokter akan keluar. "Bagaimana ini Pa? Nia takut, bagaimana kalau Keano ...." Dania tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya. Rasa takut akan kehilangan anak kembali Dania rasakan. Dia benar-benar takut kalau Keano akan meninggalkannya, sama seperti anak pertamanya dulu. Sean mengusap punggung sang putri. "Tenang Nia, kita berdoa saja yang terbaik untuk Keano," Sean mencoba menenangkan Dania. "Bagaimana kalau yang terbaik itu adalah ... hiks, hiks, Dania tak sanggup Pa," tangis Dania di pelukan sang ayah. "Berpikirlah positif anakku! Jangan pernah berburuk sangka pada takdir Tuhan yang belum kita ketahui!" nasehat Papa Sean. Tanpa disuruh juga Dania pasti berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan sang putra. T
"Ke mana kalian Kenapa kalian pergi meninggalkanku?" monolognya.Juan menatap ke atas, ke arah langit yang semakin menghitam hingga akhirnya lelaki itu memutuskan untuk pulang saja. Saat melewati pos security, Juan bertanya pada security komplek berharap dia menemukan jawaban dari segala pertanyaan mengenai Dania dan Keano."Wah, saya kurang tahu, Pak. Penduduk sini kalau ke mana-mana jarang ada yang bilang, paling titip rumah doang. Kemarin, saat Bu Dania pergi, juga ga bilang dan ga titipin rumahnya, mungkin karena perginya ga akan lama," jawab security komplek setelah Juan bertanya."Biasanya Bu Dania pergi ke mana?" tanya Juan lagi.Security komplek itu menggeleng "Saya tidak tahu Mas. Biasanya, Bu Dania hanya pergi kerja dan pulang sore. Kalaupun jalan-jalan, biasanya pas weekend. Cuma semalam, bukan Bu Dania yang nyetir, tapi Bapak. dan sampai sekarang belum kembali," jawabnya. Selain itu security tidak tahu apa-apa lagi membuat Juan lagi-lagi harus merasakan kecewa. Juan yang