"Anakku ...." isak Dania menatap Keano dari kaca jendela. Dia tidak bisa masuk ke sana, Keano harus dalam keadaan steril sebelum dokter melakukan tindakan. Dania hanya bisa melihat dari luar. Hanya sesekali saja Dania di dalam, itupun tidak boleh lebih dari 15 menit. Keadaan Keano semakin hari semakin membanjir setelah 7 hari dirawat. Hingga akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada Keano. "Kami akan melakukan operasi pada anak Keano, berdo'alah semoga Keano mampu melewati masa-masa ini dengan baik. Semoga dia diberi kekuatan untuk bertahan," ucap dokter sebelum memasuki ruang operasi. Dania mengangguk lemah. Di sampingnya, Sean menunduk dalam, merasa iba karena anak sekecil Keano mesti menjalani operasi besar. Sean sudah tak sanggup menahan air matanya, dia menangis memeluk Dania yang juga akhirnya melakukan hal yang sama. "Aku takut Keano kenapa-kenapa, Pa ... anak sekecil itu, tapi harus menjalani operasi. Hati Dania seolah teriris saat melihat tubuh Keano
"Dania, menikahlah denganku!"Kali ini Dania diam saja. Dia bingung harus menjawab apa. Semua terasa begitu tiba-tiba bagi Dania. Meski saat ini dia nyaman bersama Juan, tapi untuk kembali bersama, Dania butuh waktu."Beri aku waktu untuk berpikir Juan! Keadaan Keano masih seperti ini, aku tidak mungkin bisa berpikir dengan jernih," pinta Dania.Juan pun mengangguk. "Aku akan setia menunggu jawabanmu Dania. Andai kamu menolakku, aku akan tetap ada untukmu dan juga Keano, karena kalian adalah yang terpenting bagiku," sahut Keano. "Terima kasih, Juan," jawab Dania. Sontak Juan menggeleng. "Aku melakukan ini semua untuk putraku, anak kita. Tak ada yang namanya balas jasa dan sebagainya, jadi jangan ucapkan terima kasih kepadaku karena ini sudah tugasku sebagai ayah," kata Juan. Tak lama, gawai Dania berdering, nama sang ayah terlihat di layar. Tanpa menjawab, Dania langsung meninggalkan Juan tanpa kata. Dania tidak mau membuang waktunya, dia takut kalau sampai terjadi kenapa-napa deng
"Dokter tolong putraku!" Tak lama dokter pun datang. Perawat menyuruh mereka semua keluar supaya dokter bisa leluasa mengambil tindakan. Melihat garis lurus pada monitor jantung membuat dokter itu mengambil alat kejut jantung. Dia tempelkan alat itu di dada mungil itu. Dua kali dada itu terlonjak. Namun, garis masih saja lurus. "Tambahkan 200 Joule!" titah dokter itu. Perawat pun mengangguk dan menambah tenaganya. Hentakan terakhir tetap tak mampu membuat garis halus di monitor jantung. Dokter pun menggelengkan kepalanya. "Catat waktunya Sus!" perawat itu kemudian menutup balita itu dengan kain putih. Dokter pun keluar dengan wajah serius. Dania dan Juan langsung mendekat. "Bagaimana Putra saya Dok?" “Maaf, tapi kondisi Keano semakin memburuk. Organ-organ vitalnya mulai gagal. Kami sudah melakukan segala yang kami bisa. Namun, Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih sayang padanya!” Dania menangis, tubuhnya tiba-tiba limbung. Wanita itu pasti jatuh ke lantai jika Juan t
"Tidak, Juan tidak mungkin meninggalkanku Pa! Juan berjanji akan merawat Keano bersama-sama. Juan juga janji akan kembali setelah semua urusannya selesai," racau Dania sambil menangis di pelukan sang ayah. "Tenang sayang, kita tunggu informasi selanjutnya. Coba sekarang kamu hubungi Juan, mungkin teleponnya sudah aktif," nasehat Papa Sean yang tak ingin putrinya terus menerus terpuruk. Dengan tangan gemetar, Dania pun mengambil gawainya. Wanita itu pun mencari nomor sang suami kemudian menghubunginya. Namun, tangisnya kembali pecah saat nomor sang suami tidak dapat dihubungi. "Bagaimana ini Pa? Nomornya tidak aktif," ucap Dania masih dengan deraian air mata. "Sabar sayang, kita tunggu saja informasi selanjutnya. Kita berdoa saja semoga, Juan selamat," bisik Sean pada putrinya. Berita itu begitu menghantam Dania seperti petir di siang bolong. Ia terkejut, tak percaya, dan berharap semua itu hanyalah mimpi buruk. Dan saat dia bangun, mimpi itu akan hilang. Setiap hari Dania
[Mya, bukankah nama di undangan ini adalah nama suamimu? Apakah kalian sudah berpisah?]Sebuah pesan dari Rindu muncul di layar ponsel Mya di saat Mya ingin menghubungi suaminya. Penasaran dengan maksud chat yang telah dikirim Rindu padanya, Mya pun segera membuka aplikasi pesan berwarna hijau. Saat itu juga, jantung Mya seolah tertohok keras kala ia melihat sebuah photo undangan pertunangan di mana nama suaminya tertulis di undangan tersebut. [A-apa ini, Rindu?] ketik Mya dengan hati berantakan. Injakan kakinya terasa goyah, kepalanya seakan berputar. [Justru aku ingin bertanya padamu, apa ini? Kebetulan aku menemukan ini di group teman-temanku. Salah seorang temanku mengatakan kalau Richard yang akan bertunangan di sini adalah seorang Dosen tampan di Universitas xxx. Kalau aku tidak salah, bukankah itu Universitas tempat suamimu bekerja? Nama di undangan ini juga persis sama dengan nama suamimu.]Tidak sanggup lagi mengetik, Mya segera menghubungi Rindu. "Halo, Rindu. Aku... Aku
"Hiks, hiks. Kenapa semua ini terjadi padaku Rindu? Padahal, aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, tapi tetap saja … Hiks, hiks."Sepanjang perjalanan pulang, Mya tak berhenti menangis. Air mata yang sedari tadi dia tahan kini tumpah sudah. Meski terlihat kuat, tapi, dia tetaplah wanita yang rapuh.Mya akhirnya kembali ke rumah. Dia mengambil semua barangnya mulai dari perhiasan, uang dan juga surat-surat penting miliknya dari tempat yang tidak diketahui oleh suaminya.Setelah memastikan tidak ada lagi barang yang tertinggal, Mya akhirnya pergi meninggalkan rumah itu karena dia tak sudi lagi tinggal satu atap dengan suaminya."Awas kamu Richard. Kamu tunggu pembalasanku. Jangan harap kamu bisa hidup tenang setelah ini," geram Mya sambil mencengkeram kemudi mobilnya.Mya mengingat kembali perjalanan mereka saat pertama kali bertemu. Sikap Richard yang sangat baik dan lembut membuat dia tidak pernah berpikir kalau sang suami akan mengkhianatinya.Namun pada kenyataannya, harta dan
"Ayo, kita pulang," ajak Richard pada Alya.Mereka tidak tahu kalau saat ini, bencana sedang menunggu mereka di halaman kampus. Baru saja mereka keluar dari gedung kampus, tiba tiba …CrootLemparan telur busuk mendarat di tubuh Alya dan juga Richard. Tak hanya itu, air comberan juga sukses mengguyur tubuh mereka hingga basah kuyup.Rasanya, Alya ingin muntah mencium bau telur busuk dan air comberan itu. Begitu juga dengan Richard."Hei, apa yang kalian lakukan?" teriak Richard penuh emosi.Namun, bukannya takut, para mahasiswa itu malah berteriak, "Pecat dosen mesum itu! Kami tidak sudi diajar olehnya. Bawa mereka ke ruang Dekan.""Hei, hentikan, jangan tarik-tarik! Aku bisa jalan sendiri," teriak Richard.Mereka tidak peduli dengan penolakan kedua pasangan itu. Para mahasiswa itu pun mengarak keduanya menuju ke ruang Dekan."Usir! Usir! Usir!" teriak para mahasiswa itu begitu mereka sudah sampai di ruangan Dekan.Mendengar suara gaduh di depan ruangannya membuat perempuan paruh baya
"Kurang ajar si Mya! Sepertinya, dia niat banget ngunciin aku di luar," gerutu Richard sambil menendang pagar rumahnya."Coba Kakak telepon lagi," usul Alya.Richard pun memencet nomor sang istri. Namun, emosinya kembali memuncak saat nomor istrinya kembali tidak dapat dihubungi."Udah, Kakak antar aku pulang aja. Kakak kan bisa pulang ke rumah Mama," ujar Alya memberi solusi pada kekasihnya.Richard akhirnya mengantar kekasihnya pulang terlebih dahulu. Barulah setelah itu, dia pulang ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah mamanya, Richard langsung menuju ke kamarnya karena lelah dan ingin mengistirahatkan hati dan tubuhnya. Kejadian di kampus tadi sungguh membuat dia malu dan kesal.Sementara itu di rumah Richard, Mya tersenyum tipis melihat usahanya pertamanya berhasil. Wanita itu pun menghubungi Kevin untuk segera melakukan serangan kedua."Besok pagi saja Mya, saat mereka sarapan, kita beri sedikit shock therapy untuk mereka," ujar Kevin memberi saran pada sahabatnya."Hah! A