"Ayo, kita pulang," ajak Richard pada Alya.
Mereka tidak tahu kalau saat ini, bencana sedang menunggu mereka di halaman kampus. Baru saja mereka keluar dari gedung kampus, tiba tiba …CrootLemparan telur busuk mendarat di tubuh Alya dan juga Richard. Tak hanya itu, air comberan juga sukses mengguyur tubuh mereka hingga basah kuyup.Rasanya, Alya ingin muntah mencium bau telur busuk dan air comberan itu. Begitu juga dengan Richard."Hei, apa yang kalian lakukan?" teriak Richard penuh emosi.Namun, bukannya takut, para mahasiswa itu malah berteriak, "Pecat dosen mesum itu! Kami tidak sudi diajar olehnya. Bawa mereka ke ruang Dekan.""Hei, hentikan, jangan tarik-tarik! Aku bisa jalan sendiri," teriak Richard.Mereka tidak peduli dengan penolakan kedua pasangan itu. Para mahasiswa itu pun mengarak keduanya menuju ke ruang Dekan."Usir! Usir! Usir!" teriak para mahasiswa itu begitu mereka sudah sampai di ruangan Dekan.Mendengar suara gaduh di depan ruangannya membuat perempuan paruh baya itu keluar beserta dosen yang lain. "Ada apa ini?" tanya salah satu dosen itu."Mohon maaf Pak, Bu, kami ingin kedua dosen ini dikeluarkan dari kampus. Kami semua tidak sudi diajar oleh dosen berperilaku buruk seperti mereka," jawab salah satu mahasiswa itu."Kalian semua tenang. Jangan main hakim sendiri. Kami akan menindaklanjuti masalah ini. Lebih baik, sekarang, kalian bubar," titah salah satu dosen di sana.Ibu Dekan melihat keadaan Alya dan Richard yang bau dan amburadul."Lebih baik, Pak Richard dan Bu Alya membersihkan diri terlebih dahulu. Saya tunggu di sini," ujar Dekan bernama Sinta itu.Kedua orang itu pun mengambil baju mereka di mobil kemudian mandi dan berganti pakaian di toilet kampus. Richard dan Alya selalu menyediakan baju di mobil. Pasangan tidak resmi itu sering melakukan hubungan badan dimanapun mereka menginginkannya."Kak, kira-kira, kita bakalan dihukum apa ya sama Bu Dekan?" tanya Alya saat mereka selesai mandi."Aku tidak tahu, kita berdoa saja, semoga mereka mau memaafkan kita," jawab Richard."Ini semua gara-gara Mya. Kenapa juga wanita itu pakai menyebarkan video kita? Kalau memang dia ingin mendapatkan bukti supaya bisa pisah darimu, nggak usah pakai men-viralkan video kita," kesal Alya.Bukannya sadar akan kesalahannya, dia malah menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpanya.Richard mengerutkan keningnya. Kenapa Alya malah menyalahkan Mya. Padahal, ini semua juga ulah mereka."Sudah, jangan marah. Ayo kita ke ruangan Dekan," ajak Richard.Sesampainya di sana, Alya sudah mendapat tatapan horor dari Sinta. Wanita itu paling tidak suka dengan pelakor. Karena dia juga bercerai dari suaminya gara-gara pelakor."Saudara Richard. Anda sudah tahu dimana kesalahan Anda bukan?" tanya Sinta dengan ketus."Saya tahu, Bu. Untuk itu, saya mohon maaf, waktu itu saya khilaf Bu. Saya mohon kebijakan dari Ibu agar mau memaafkan kesalahan kami," pinta Richard dengan mengiba.Dekan itu menautkan alisnya mendengar ucapan Richard. Apa dia lupa dengan aturan kampus ini hingga dengan begitu mudahnya minta maaf?"Bapak Richard dan Ibu Alya, saya mohon maaf. Kalian telah melanggar aturan kampus dan juga perjanjian kontrak kerja. Dan lagi, apa yang kalian lakukan telah mencoreng nama baik kampus kita. Untuk itu, dengan berat hati, kami terpaksa memberhentikan kalian berdua," ujar Santi.Richard mengeraskan rahangnya, dia tidak terima diberhentikan begitu saja. Jadi dia mencoba sekali lagi untuk membujuk dekan.Dengan memasang wajah memelas, richard pun membuka kembali mulutnya."Bu ... Kami tahu kami salah. Namuan ... Apakah tidak ada keringanan dari pihak kampus pada kami?," tanya Richard sambil menatap dekan dengan tatapan memohon.BrakWanita paruh baya itu menggebrak meja karena kesal mendengar ucapan Richard."Kalian pikir, yang kalian lakukan itu sudah benar!! Video asusila kalian sudah viral di berbagai media sosial. Apa kalian pikir itu tidak mencoreng nama besar kampus kita!! Tidak ada keringanan untuk kalian! Sekarang, pergi kalian dari sini!!" hardik Sinta penuh amarah.Richard dan Alya hanya bisa pasrah mendengar keputusan Dekan. Kedua orang itu pun keluar dengan langkah gontai."Ini semua gara-gara Mya. Kalau saja dia tidak melakukan itu, kita pasti tidak akan dipecat dengan tidak hormat seperti ini," omel Alya."Sudah, tidak perlu menyalahkan orang lain. Aku masih bisa bekerja di perusahaan ayahku. Begitu juga denganmu," bujuk Richard.Dia tidak ingin menyalahkan istrinya karena memang dialah yang bersalah dalam hal ini. Dia menyesali kebodohannya yang tidak bisa menahan godaan Alya waktu itu. Mereka lalu pulang menuju ke rumah Richard. "Kak, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Alya."Aku akan minta pekerjaan pada Papa. Setelah keadaan sudah tenang kembali, aku akan menikahimu," jawab Richard."Apa Mya setuju?" tanya Alya kembali."Sepertinya dia setuju. Mya sudah tidak punya siapa-siapa lagi saat ini. Dia tidak akan mungkin menuntut cerai. Lagian, dia tidak memiliki tempat tinggal lagi selain rumah kami," jawab Richard."Apa kamu yakin? Bukankah kata mahasiswa tadi Mya itu selebgram terkenal, dia pasti sudah kaya saat ini," sanggah Alya."Itu pasti bukan Mya istriku, mungkin, Mya yang lain," sahut Richard.Lelaki itu tidak percaya kalau Mya adalah selebgram. Seingat dia, Mya tidak pernah melakukan apapun saat menjadi istrinya. Jadi, tidak mungkin kalau itu Mya.Mereka sudah sampai di rumah Richard. Berkali-kali Richard membunyikan klakson. Namun, tidak ada satupun yang membukakan pintu."Kemana Bibi?" gumam Richard.Laki-laki itu pun melirik jam tangannya, hari masih siang. Kenapa rumahnya kosong? Apa Bibi pergi belanja?Richard akhirnya turun, berniat membuka pintu pagar rumahnya. Namun, dia kaget saat pagar dalam keadaan terkunci."Mya … buka pintunya!" teriak RichardNamun, tidak ada suara sahutan dari dalam, meski dia sudah berkali-kali meneriakkan nama sang istri.Lama menunggu di dalam mobil, Alya pun turun. "Telepon aja Kak," ujarnya.Richard menepuk dahinya, kenapa hal itu tidak terpikirkan olehnya? Lelaki itu pun mengeluarkan gawainya. Dia pun menghubungi sang istri. Namun, lagi-lagi dia harus dibuat kecewa saat yang terdengar hanya suara operator."Sial! Kemana Mya? Kenapa rumah dalam keadaan sepi? Apa dia sudah pergi dari rumah ini?""Kurang ajar si Mya! Sepertinya, dia niat banget ngunciin aku di luar," gerutu Richard sambil menendang pagar rumahnya."Coba Kakak telepon lagi," usul Alya.Richard pun memencet nomor sang istri. Namun, emosinya kembali memuncak saat nomor istrinya kembali tidak dapat dihubungi."Udah, Kakak antar aku pulang aja. Kakak kan bisa pulang ke rumah Mama," ujar Alya memberi solusi pada kekasihnya.Richard akhirnya mengantar kekasihnya pulang terlebih dahulu. Barulah setelah itu, dia pulang ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah mamanya, Richard langsung menuju ke kamarnya karena lelah dan ingin mengistirahatkan hati dan tubuhnya. Kejadian di kampus tadi sungguh membuat dia malu dan kesal.Sementara itu di rumah Richard, Mya tersenyum tipis melihat usahanya pertamanya berhasil. Wanita itu pun menghubungi Kevin untuk segera melakukan serangan kedua."Besok pagi saja Mya, saat mereka sarapan, kita beri sedikit shock therapy untuk mereka," ujar Kevin memberi saran pada sahabatnya."Hah! A
"Ma, Mya baru saja menjanda. Akta cerainya saja belum keluar. Mana bisa menikah lagi," alasan Kevin."Lagian, kita juga baru jadian. Masa disuruh langsung nikah. Kita memang cocok sebagai sahabat, tapi …."Belum selesai Kevin berbicara, Denisa sudah memotong ucapannya. "Justru itu, kalau sebagai sahabat aja kalian sudah cocok, lalu buat apa menunggu waktu lebih lama lagi. Pokoknya, Mama tidak mau tahu, setelah masa iddah Mya selesai kalian harus segera menikah. TIDAK ADA BANTAHAN," Denisa sengaja menekan di akhir kalimat supaya sang putra tidak berubah pikiran lagi.Mya menaikkan dagunya seolah berkata, "Bagaimana ini?"Kevin hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban. Denisa lalu mengajak Mya makan malam. Dia bahkan mengambilkan makanan untuk Mya."Ma, nggak perlu repot begini. Mya bisa ambil sendiri," ujar Mya merasa sungkan."Tidak, Mama tidak repot kok. Malahan Mama seneng bisa berkumpul sama Mya lagi," sahut Denisa.Mereka makan dengan tenang. Denisa selalu menatap wajah putranya
"Kemana Kevin? Apakah sesuatu terjadi padanya?" gumam Mya khawatir.Mya akhirnya masuk ke ruang pengadilan dengan langkah gontai. Meski dia tidak membawa berkas apapun, setidaknya dia hadir sebagai penggugat di sana.Pengacara Richard tersenyum menyeringai saat melihat Mya hanya datang sendiri. Sudah bisa dipastikan, sidang akan ditunda atau mungkin, dibatalkan.Mya pun berbicara pada jaksa penuntut umum, jika pengacaranya tiba-tiba mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dia memohon untuk menunda sidang pertamanya.Setelah jaksa membicarakannya dengan hakim, akhirnya, mereka menyetujui permohonan Mya. Wanita itu bernafas lega, setidaknya, gugatannya tidak dibatalkan oleh hakim.Hakim pun mengetuk palu, dengan putusan, sidang akan dilanjutkan kembali minggu depan.Selepas keluar dari ruang persidangan, pengacara Richard menghampiri Mya. Lelaki itu terlihat simpati pada Mya."Mya, kamu pulang sama siapa? Biar aku antar," ujarnya."Tidak perlu
"Tolong carikan aku pengacara lain. Kalau bisa, yang sekelas dengan pengacara kondang Tutompol," titah Mya.Mya kembali mengepalkan tangannya. "Jangan kalian pikir, dengan mencelakai Kevin, kalian akan terbebas dari tuntutan? Jangan harap," gerutu Mya.Bosan tidak melakukan apapun, wanita itu pun menyuruh anak buahnya untuk mengambil barang-barang yang akan dia endorse. Dia akan live di rumah sakit karena tidak mungkin meninggalkan Kevin seorang diri.Begitu semua barangnya sudah datang, Mya lalu menggerai rambutnya kemudian memulai live streaming. Background berwarna putih membuat para fans Mya menanyakan keberadaannya. "Karena banyak yang bertanya dimana gue sekarang? Gue akan jujur, kalau sekarang, gue ada di rumah sakit. Tapi tenang, bukan gue yang sakit. Gue hanya menemani teman yang sedang sakit saat ini," begitu suara Mya menyapu penggemarnya.Selesai live, Mya membuka media sosialnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat berita kalau Richard dan juga Alya
“Richard, jawab dengan jujur! Untuk apa kamu mencelakai pengacara Mya? Apa benar kamu masih mencintainya?” tanya Alya penuh emosi.“Sayang, nanti aku jelasin duduk persoalannya. Aku lagi nyetir. Sepulang kita dari dokter, aku jelasin,” jawab Richard.“Minggirkan mobilnya! Atau aku akan lompat!” ancam Alya.Richard segera menepikan mobilnya. Dia tidak ingin sampai Alya kenapa-napa. Karena dia paham. Alya orangnya nekat, dia akan melakukan apapun supaya bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.“Jelaskan!” titahnya.“Begini sayang, kamu tahu kan kalau sekarang Mya itu kaya raya. Sementara, perusahaan Papa saat ini sedang ada masalah. Dan aku butuh bantuan Mya untuk itu. Aku tidak mungkin minta bantuan Papa kamu, karena perusahaan Papa kamu saat ini pun sama kritisnya denganku. Kamu paham kan maksudku?” jelas Richard sambil memegang bahu sang kekasih.“Benar cuma karena itu? Bukan karena kamu masih menyayanginya kan?” tanya Alya khawatir.Richard mencium kepala sang kekasih. “Percayalah, a
“Mari kita bersenang-senang sayang. Rasanya, aku sudah lama tidak menyentuhmu,” ujar Richard dengan seringainya.Mya tahu, kalau malam ini, dia tidak akan bisa melarikan diri dari Richard. Dia pasrah, jika malam ini, dia harus memenuhi hasrat suaminya yang menggila ini. Meski rasa kesal dan benci mengingat tubuh suaminya yang juga dinikmati oleh wanita lain. Namun, apa daya, tubuhnya diikat oleh Richard.Tubuh Mya sudah polos saat ini, mata Richard berbinar saat melihat 2 aset milik istrinya yang terpampang indah di depannya. Lelaki itu pun mulai bermain dengan 2 aset itu. Membuat Mya sedikit lupa dengan rasa kesalnya tadi. Wanita itu bahkan meminta Richard untuk melakukan lebih padanya. Apalagi, Mya sudah lama tidak disentuh oleh Richard membuat hasrat wanita itu naik seketika hanya dengan sedikit sentuhan.Keduanya sudah berkabut gairah saat ini. Richard sudah siap dengan permainan inti. Tiba-tiba, dering ponsel Richard mulai mengusik keduanya. Tak ingin gagal mengeksekusi sang ist
“Pak, saya tidak mau tahu, pokoknya perceraian saya harus segera selesai. Saya sudah lelah dengan keluarga toxic itu,” ujar Mya pada pengacara barunya.“Tenang Mya, bukti yang kamu ajukan itu sudah cukup bagi hakim untuk mengabulkan gugatanmu,” terang pengacara itu.Kemarin saat dia ke rumah sakit. Papa Richard telah berpulang. Mya tidak mungkin meminta Richard untuk menandatangani surat itu di saat yang seperti ini. Mya langsung pergi sebelum mereka mengetahui kedatangannya.Seminggu setelah kematian papa Richard, sidang pertama gugatan perceraian Mya kembali digelar. Pengacara Richard mati-matian membela kliennya. Meski begitu, Richard tetap kalah, karena bukti yang dibawa Mya memang kuat. Setelah melalui sidang berkali-kali, ketuk palu hakim pun memutuskan Mya dan Richard resmi bercerai. Mya merasa lega, meski dengan proses yang rumit, akhirnya dia bisa terbebas dari Richard dan keluarga toxicnya. Mya pun segera menuju ke rumah sakit menemui Kevin.Lelaki itu masih belum sadar hi
“Dimana aku,” lirih Mya sambil memegang kepalanya yang terasa berat.Matanya masih belum jelas melihat kamar yang dia tempati saat ini“Kamu ada di rumah sakit sayang.”DegSuara itu … Mya sangat hafal dengan suara itu. Suara berat nan seksi yang sering terdengar saat mereka berbagi peluh bersama.Mya menolehkan wajahnya ke samping. Wanita itu kembali memalingkan wajahnya saat melihat mantan suaminya ada di sisinya.“Mau apa kamu kesini?” tanya Mya dengan ketus dan dingin.“Tentu saja menunggu istriku,” jawab lelaki itu tanpa dosa.“Mantan istri,” ralat Mya.“Sebentar lagi juga akan menjadi istriku kembali,” ujar Richard.“Aku tidak sudi kembali padamu. Andai tidak ada lelaki lain di dunia ini. Aku tidak akan kembali padamu. Kamu tahu, setiap kali kamu berdekatan denganku, selalu terbayang di pelupuk mataku saat kamu berada di atas tubuh wanita itu,” Mya mengungkapkan isi hatinya.Richard menundukkan kepalanya. “Maaf,” sesalnya.Sungguh, andai waktu bisa diulang, Richard tidak ingin j
"Tidak, Juan tidak mungkin meninggalkanku Pa! Juan berjanji akan merawat Keano bersama-sama. Juan juga janji akan kembali setelah semua urusannya selesai," racau Dania sambil menangis di pelukan sang ayah. "Tenang sayang, kita tunggu informasi selanjutnya. Coba sekarang kamu hubungi Juan, mungkin teleponnya sudah aktif," nasehat Papa Sean yang tak ingin putrinya terus menerus terpuruk. Dengan tangan gemetar, Dania pun mengambil gawainya. Wanita itu pun mencari nomor sang suami kemudian menghubunginya. Namun, tangisnya kembali pecah saat nomor sang suami tidak dapat dihubungi. "Bagaimana ini Pa? Nomornya tidak aktif," ucap Dania masih dengan deraian air mata. "Sabar sayang, kita tunggu saja informasi selanjutnya. Kita berdoa saja semoga, Juan selamat," bisik Sean pada putrinya. Berita itu begitu menghantam Dania seperti petir di siang bolong. Ia terkejut, tak percaya, dan berharap semua itu hanyalah mimpi buruk. Dan saat dia bangun, mimpi itu akan hilang. Setiap hari Dania
"Dokter tolong putraku!" Tak lama dokter pun datang. Perawat menyuruh mereka semua keluar supaya dokter bisa leluasa mengambil tindakan. Melihat garis lurus pada monitor jantung membuat dokter itu mengambil alat kejut jantung. Dia tempelkan alat itu di dada mungil itu. Dua kali dada itu terlonjak. Namun, garis masih saja lurus. "Tambahkan 200 Joule!" titah dokter itu. Perawat pun mengangguk dan menambah tenaganya. Hentakan terakhir tetap tak mampu membuat garis halus di monitor jantung. Dokter pun menggelengkan kepalanya. "Catat waktunya Sus!" perawat itu kemudian menutup balita itu dengan kain putih. Dokter pun keluar dengan wajah serius. Dania dan Juan langsung mendekat. "Bagaimana Putra saya Dok?" “Maaf, tapi kondisi Keano semakin memburuk. Organ-organ vitalnya mulai gagal. Kami sudah melakukan segala yang kami bisa. Namun, Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih sayang padanya!” Dania menangis, tubuhnya tiba-tiba limbung. Wanita itu pasti jatuh ke lantai jika Juan t
"Dania, menikahlah denganku!"Kali ini Dania diam saja. Dia bingung harus menjawab apa. Semua terasa begitu tiba-tiba bagi Dania. Meski saat ini dia nyaman bersama Juan, tapi untuk kembali bersama, Dania butuh waktu."Beri aku waktu untuk berpikir Juan! Keadaan Keano masih seperti ini, aku tidak mungkin bisa berpikir dengan jernih," pinta Dania.Juan pun mengangguk. "Aku akan setia menunggu jawabanmu Dania. Andai kamu menolakku, aku akan tetap ada untukmu dan juga Keano, karena kalian adalah yang terpenting bagiku," sahut Keano. "Terima kasih, Juan," jawab Dania. Sontak Juan menggeleng. "Aku melakukan ini semua untuk putraku, anak kita. Tak ada yang namanya balas jasa dan sebagainya, jadi jangan ucapkan terima kasih kepadaku karena ini sudah tugasku sebagai ayah," kata Juan. Tak lama, gawai Dania berdering, nama sang ayah terlihat di layar. Tanpa menjawab, Dania langsung meninggalkan Juan tanpa kata. Dania tidak mau membuang waktunya, dia takut kalau sampai terjadi kenapa-napa deng
"Anakku ...." isak Dania menatap Keano dari kaca jendela. Dia tidak bisa masuk ke sana, Keano harus dalam keadaan steril sebelum dokter melakukan tindakan. Dania hanya bisa melihat dari luar. Hanya sesekali saja Dania di dalam, itupun tidak boleh lebih dari 15 menit. Keadaan Keano semakin hari semakin membanjir setelah 7 hari dirawat. Hingga akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada Keano. "Kami akan melakukan operasi pada anak Keano, berdo'alah semoga Keano mampu melewati masa-masa ini dengan baik. Semoga dia diberi kekuatan untuk bertahan," ucap dokter sebelum memasuki ruang operasi. Dania mengangguk lemah. Di sampingnya, Sean menunduk dalam, merasa iba karena anak sekecil Keano mesti menjalani operasi besar. Sean sudah tak sanggup menahan air matanya, dia menangis memeluk Dania yang juga akhirnya melakukan hal yang sama. "Aku takut Keano kenapa-kenapa, Pa ... anak sekecil itu, tapi harus menjalani operasi. Hati Dania seolah teriris saat melihat tubuh Keano
"Sudah selesai, Pak." Suster mengangguk ramah kepada Juan yang merasa tubuhnya terasa begitu lemas pasca pengambilan darah tadi. Lelaki itu hendak bangun dari ranjang itu, akan tetapi, Juan merasa oleng, kepalanya pusing sehingga tubuhnya limbung dan hampir terjatuh. "Jangan bangun dulu, Pak, kami akan menginfus Bapak dulu untuk beberapa jam kedepan karena kondisi Bapak juga tidak terlalu baik saat diperika tadi," kata suster. Juan pung mengangguk pasrah, dia memang kurang enak badan, kondisi fisik Juan menurun mengingat akhir-akhir ini dia tidak istrirahat dan makan dengan benar. Hingga dia harus diinfus supaya tubuhnya kembali pulih. "Terima kasih, Sus," ucap Juan. Sebenarnya, tidak disarankan mengambil darah dari orang yang sedang sakit atau kurang enak badan seperti Juan, karena akan ada dampak menurunnya kesehatan secara drastis kepada orang tersebut. Dokter pun telah berkonsultasi terlebih dahulu kepada Juan sebelum mengambil darahnya. Namun, karena Juan ingin menolong Kea
"Dania?" ucap Juan dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan. "Apa? Jangan macam-macam kamu!" tegur Dania setelah menghindar dari Juan yang hendak memeluknya. "Sayang, kamu masih istriku! Aku belum pernah menjatuhkan talak padamu. Dan aku masih sangat mencintai kamu, selama satu tahun ini, aku mencarimu kemana-mana. Aku menunggu kamu pulang! Perceraian itu tidak sah, karena aku tidak pernah menandatangani surat perpisahan yang kamu buat," sahut Juan panjang lebar. Namun, Dania menggeleng, dia tidak punya waktu untuk membicarakan hal itu karena sekarang yang terpenting adalah keselamatan Keano yang jalannya berada pada ayahnya sendiri, yaitu Juan. "Aku tidak punya waktu membahas semua itu. Sekarang, ikut aku!" pinta Dania. "Tidak-tidak, aku tidak akan mau ikut denganmu sebelum kamu mendengar penjelasanku terlebih dahulu," kekeh Juan. Dania memutar bola matanya malas. Wanita itu melirik jam tangannya. Dia tahu, kalau lelaki ini tidak dituruti keinginannya, dia tidak akan mau berj
"Rumah sakit? Apa Keano sakit? Separah apa sakitnya hingga Dania menyuruhku untuk segera kesana?" Juan bertanya-tanya, dia butuh jawaban dengan segera mengenai kondisi anaknya yang entah mengalami apa. Tak ingin membuang waktu, Juan segera berlari keluar dari bandara. Urusan klien, biarlah nanti, sekarang ada yang lebih penting dari klien. Selama satu tahun penuh lebih Juan tidak bertemu dengan Dania. Dan kali ini, Dania memintanya untuk datang, meskipun itu di rumah sakit, Juan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan istri dan anaknya. Selama ini, Juan sama sekali tidak pernah memberi kontribusi apa pun kepada sang anak karena jarak yang memisahkan. Apalagi, Dania pergi meninggalkan semua uang dan ATM pemberiannya, jadi, dia tidak bisa menikahi putranya. Namun, Juan selalu menyimpan uang yang dia khususkan untuk menafkahi Dania dan Keano. Dia menyimpannya dalam rekening khusus yang akan dia berikan saat telah bertemu dengan keduanya. Dan kali ini, Juan
Dania dan Sean tengah mondar mandir di depan ruang operasi. Sementara Mama Dania hanya duduk di kursi tunggu karena wanita itu sudah tidak kuat berdiri. Ketiga orang itu gelisah menunggu Keano yang sudah hampir satu jam berada di ruang operasi, tapi masih belum ada tanda-tanda dokter akan keluar. "Bagaimana ini Pa? Nia takut, bagaimana kalau Keano ...." Dania tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya. Rasa takut akan kehilangan anak kembali Dania rasakan. Dia benar-benar takut kalau Keano akan meninggalkannya, sama seperti anak pertamanya dulu. Sean mengusap punggung sang putri. "Tenang Nia, kita berdoa saja yang terbaik untuk Keano," Sean mencoba menenangkan Dania. "Bagaimana kalau yang terbaik itu adalah ... hiks, hiks, Dania tak sanggup Pa," tangis Dania di pelukan sang ayah. "Berpikirlah positif anakku! Jangan pernah berburuk sangka pada takdir Tuhan yang belum kita ketahui!" nasehat Papa Sean. Tanpa disuruh juga Dania pasti berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan sang putra. T
"Ke mana kalian Kenapa kalian pergi meninggalkanku?" monolognya.Juan menatap ke atas, ke arah langit yang semakin menghitam hingga akhirnya lelaki itu memutuskan untuk pulang saja. Saat melewati pos security, Juan bertanya pada security komplek berharap dia menemukan jawaban dari segala pertanyaan mengenai Dania dan Keano."Wah, saya kurang tahu, Pak. Penduduk sini kalau ke mana-mana jarang ada yang bilang, paling titip rumah doang. Kemarin, saat Bu Dania pergi, juga ga bilang dan ga titipin rumahnya, mungkin karena perginya ga akan lama," jawab security komplek setelah Juan bertanya."Biasanya Bu Dania pergi ke mana?" tanya Juan lagi.Security komplek itu menggeleng "Saya tidak tahu Mas. Biasanya, Bu Dania hanya pergi kerja dan pulang sore. Kalaupun jalan-jalan, biasanya pas weekend. Cuma semalam, bukan Bu Dania yang nyetir, tapi Bapak. dan sampai sekarang belum kembali," jawabnya. Selain itu security tidak tahu apa-apa lagi membuat Juan lagi-lagi harus merasakan kecewa. Juan yang