[Mya, bukankah nama di undangan ini adalah nama suamimu? Apakah kalian sudah berpisah?]
Sebuah pesan dari Rindu muncul di layar ponsel Mya di saat Mya ingin menghubungi suaminya. Penasaran dengan maksud chat yang telah dikirim Rindu padanya, Mya pun segera membuka aplikasi pesan berwarna hijau. Saat itu juga, jantung Mya seolah tertohok keras kala ia melihat sebuah photo undangan pertunangan di mana nama suaminya tertulis di undangan tersebut.[A-apa ini, Rindu?] ketik Mya dengan hati berantakan. Injakan kakinya terasa goyah, kepalanya seakan berputar.[Justru aku ingin bertanya padamu, apa ini? Kebetulan aku menemukan ini di group teman-temanku. Salah seorang temanku mengatakan kalau Richard yang akan bertunangan di sini adalah seorang Dosen tampan di Universitas xxx. Kalau aku tidak salah, bukankah itu Universitas tempat suamimu bekerja? Nama di undangan ini juga persis sama dengan nama suamimu.]Tidak sanggup lagi mengetik, Mya segera menghubungi Rindu."Halo, Rindu. Aku... Aku tidak mengerti!" ucap Mya gemetar setelah ia mendengar suara rindu di seberang panggilan. Tangisnya bahkan hampir luruh, namun Mya terus mencoba untuk menahannya.[Apakah belakangan ini ada yang aneh pada sikap Richard?]"Tidak." Mya menggelengkan kepalanya. Bahkan demi menahan agar tangisnya tidak pecah, ia mengepalkan tangannya dengan sangat keras hingga buku-buku tangannya memutih.[Baiklah, begini saja. Coba hubungi Richard, klarifikasi hal ini pada suamimu terlebih dahulu.] usul Rindu."Oke, nanti aku akan menghubungimu lagi."Mya memutuskan panggilan lalu mencari nama Richard pada daftar panggilan, setelah menemukannya... Mya segera menghubungi Richard meski saat ini hatinya terasa sangat perih.Satu panggilan, dua panggilan, Richard tidak juga mengangkat telpon darinya. Hingga panggilan ketiga, Mya baru mendengar suara suaminya itu. Namun suara Richard terdengar sedikit aneh, tidak ada keributan seperti di saat ia menelpon Richard di kampus tempat suaminya itu bekerja. Hanya helaan nafas yang menyapu indera pendengarannya berkali-kali."Kak, apakah Kakak sedang bekerja?"[Mya? Ah... I-iya, aku sedang di Universitas. Sssh... Ada apa?]Mya mengernyit, apakah tadi ia baru saja mendengar suara Richard sedang mendesah?"Kakak benar-benar ada di Universitas?" tanyanya curiga.[Ten-tentu saja. Ah!! Ada apa, Mya? Apakah sekarang kamu tidak lagi percaya padaku?]"Bu-bukan begitu, Kak. Tapi..."[Sudahlah, nanti kita bicara di rumah! Sekarang aku sedang sibuk.]Suara panggilan terputus tiba-tiba menyapu indera pendengaran Mya."Kak!!" jerit Mya.Curiga terhadap suaminya, Mya yang hari ini tadinya meminta ijin pada Richard untuk mengunjungi kedua orang tuanya hingga sore, langsung memutuskan untuk pulang.Setibanya di rumahnya yang mungil dan asri, Mya menemukan mobil Richard terparkir di halaman rumah. Tidak hanya itu, ada sepatu kerja wanita yang tampak familier tergeletak di teras rumahnya.Melihat sepatu tersebut, dada Mya bergemuruh. Ia merasakan shacking yang luar biasa. Ketika ia memasuki rumah dengan kunci cadangan, dari arah kamarnya Mya mendengar suara pria dan wanita yang seolah sedang melakukan adegan tidak senonoh.Dengan mengendap-endap, Mya mencoba mendekati pintu kamarnya yang sedikit terbuka lalu mulai mengintip. Alangkah terkejutnya ia ketika ia melihat suaminya Richard sedang menunggangi Alya yang notabene adalah Sahabat suaminya sendiri."Masya Allah, Kak Richard." Mya tergugu sambil menutup mulutnya, air mata yang terus ia tahan sejak tadi akhirnya luruh membasahi pipinya.Sekarang, ia sudah tidak perlu lagi mengklarifikasi apapun pada Richard, karena bukti yang ia inginkan kini telah ada di depan matanya."Brengsek kamu, Kak." Gumam Mya lirih, namun ia tidak ingin mengganggu kedua pasangan yang tengah asik di dalam kamarnya itu. Ia, tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan Richard, meski saat ini ia rasanya ingin membunuh dirinya sendiri."Awas kamu, Kak. Aku pasti akan membalas perbuatanmu, ini." Mya mengeluarkan ponselnya dan merekam kebejadan yang dilakukan oleh Richard bersama Alya. Dengan hati perih, Mya terus merekam. Hingga ia kira cukup, Mya pun menghentikan rekamannya lalu diam-diam pergi meninggalkan rumah.Satu jam berselang, di sebuah Kafe yang berada tak jauh dari rumahnya... Mya duduk tersedu. Matanya bengkak, wajahnya sembab, sementara dua gelas kosong bekas cappucino tergeletak di atas meja yang ada di hadapannya."Dasar lelaki brengsekk!!" Mya melemparkan gelas kosongnya ke sembarang arah, tanpa menyadari bahwa gelas tersebut hampir saja mengenai Rindu yang baru saja memasuki Kafe."Mya?" Rindu yang melihat Mya sedang kalut bergegas menghampiri sepupunya itu. Ia bersyukur Kafe ini sedang sepi sekarang, jika tidak, pasti Sepupunya itu sudah diprotes oleh pelayan kafe atas perbuatannya yang seenaknya melempar barang."Mya, jadi itu benar?" sosor Rindu, setelah ia menempatkan bokongnya pada kursi kosong yang berada di seberang Mya.Mya tidak menanggapi pertanyaan Rindu, melainkan kembali terisak."Hei!" tegur Rindu sembari menyentuh tangan Mya, "Kamu tahu, kan kalau Richard tidak pantas mendapatkan air matamu ini?" nasehatnya.Lagi-lagi Mya tidak menanggapinya, namun isakan tangisnya yang semula keras... Kini perlahan-lahan mulai mereda. Yah, ia sadar bahwa Richard tidak pantas untuk ditangisi. Ia lah yang selama ini berjuang demi Richard, bahkan ia rela berhenti bekerja untuk suaminya itu. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya penghinaan dari keluarga Richard yang selalu mengatakan bahwa ia adalah wanita mandul. Tidak cukup sampai di situ, kini Richard juga sudah menghianatinya secara diam-diam."Rindu, haruskah aku membalas mereka?" lirih Mya sembari menatap Rindu dengan tatapan sendu."Tentu saja," tukas Rindu geram, "Selain itu, aku juga tidak sabar ingin menghajar wanita ular itu," tambahnya lagi."Baik, kalau begitu... Kamu harus menemaniku untuk menghadiri pesta pertunangan mereka, bagaimana?" Mya menghapus kasar air matanya dengan lengan bajunya sambil menatap Rindu. Ada semangat baru tergambar di wajahnya, semangat untuk memberi pelajaran pada Richard dan juga Alya."Mengapa tidak?" seringai Rindu, ia tersenyum miring pada Mya dengan salah satu alisnya terangkat naik. "Mari tunjukkan pada Richard, bahwa seorang Mya tidak akan bisa dijatuhkan dengan mudah!" tegasnya. "Tapi sebelum itu, bisakah kamu berpura-pura tidak terjadi apapun?"Mya mengangguk setuju.***Seminggu kemudian di sebuah hotel mewah.Proses pertunangan Richard dan Alya baru saja dimulai. Richard tak berkedip melihat kecantikan Alya yang sangat sempurna, menurutnya."Kamu cantik sekali Sayang. Rasanya, aku tak sabar untuk membawamu naik ke ranjang" bisik Richard tepat di telinga Alya.Wajah Alya sudah bersemu merah. Wanita cantik itu pun menatap sang tunangan penuh hasrat."Aku pun tak sabar ingin menjadi satu-satunya Nyonya di rumahmu," balas Alya.Acara pertunangan segera dimulai. Setelah sambutan dari kedua belah pihak, kini giliran Richard menyematkan cincin di jari Alya.Saat Richard sudah memegang jari Alya, tiba-tiba lampu padam. Para tamu mulai kasak kusuk karena takut terjadi hal-hal yang mengerikan seperti yang ada di film-film.Tak lama, lampu kembali menyala. Richard kaget saat melihat wajah sang tunangan yang berganti dengan wajah sang istri."Aku pasti berhalusinasi," gumamnya sambil menggetok-getok kepalanya.Saat lelaki tampan itu membuka matanya, masih dia lihat wajah sang istri dengan senyum yang menakutkan. Richard terperangah dengan penampilan sang istri yang jauh berbeda dari biasanya.Lelaki itu kembali menggelengkan kepalanya. Dia tak percaya, sang istri berubah menjadi cantik dan anggun."Kamu tidak berhalusinasi Sayang. Ini aku, Mya, istrimu," tekannya."Selamat atas pertunangan kalian. Semoga acara kalian lancar sampai pernikahan," ucap Mya pada Alya."Dan untuk kamu suamiku, aku sudah menyiapkan hadiah spesial. Tunggu ya sayang," ujarnya.Mya pun turun dari panggung itu. Wanita itu berjalan dengan anggunnya seolah tidak terjadi apapun. Namun saat dia akan keluar, tangannya ditarik oleh seseorang.Plak"Dasar wanita mandul! Kenapa kamu datang? Kamu ingin menggagalkan pertunangan putraku? Hah!" sentak Mama Richard.Kalau tidak ingat yang dihadapannya ini adalah orang yang lebih tua, Mya pasti membalas tamparan mertuanya. Namun, Mya masih memiliki tata krama."Cuih, aku sudah tidak peduli jika putramu mau tunangan atau menikah lagi. Ingat, aku tidak akan tinggal diam atas pengkhianatan kalian. Tunggu pembalasanku!!" ujar Mya sambil memegangi pipinya.Sebelum keluar, Mya mengambil gawainya. "Putar video itu. Lalu hancurkan perusahaan Papa Richard dan Papa Alya. Buat keduanya dikeluarkan dari kampus," titah Mya pada lelaki dibalik telepon itu."Heh! Jangan sebut namaku Mya, kalau aku tidak bisa membuatmu jera. Hidup kalian tidak akan bisa tenang karena menyakitiku," gumam Mya.Tak lama, riuh riwah terdengar dari luar. Video asusila saat Richard dan Alya yang sedang berhubungan badan terlihat di layar proyektor. Mya tersenyum menyeringai saat mendengar kasak kusuk para tamu. "PERMAINAN AWAL DIMULAI.""Hiks, hiks. Kenapa semua ini terjadi padaku Rindu? Padahal, aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, tapi tetap saja … Hiks, hiks."Sepanjang perjalanan pulang, Mya tak berhenti menangis. Air mata yang sedari tadi dia tahan kini tumpah sudah. Meski terlihat kuat, tapi, dia tetaplah wanita yang rapuh.Mya akhirnya kembali ke rumah. Dia mengambil semua barangnya mulai dari perhiasan, uang dan juga surat-surat penting miliknya dari tempat yang tidak diketahui oleh suaminya.Setelah memastikan tidak ada lagi barang yang tertinggal, Mya akhirnya pergi meninggalkan rumah itu karena dia tak sudi lagi tinggal satu atap dengan suaminya."Awas kamu Richard. Kamu tunggu pembalasanku. Jangan harap kamu bisa hidup tenang setelah ini," geram Mya sambil mencengkeram kemudi mobilnya.Mya mengingat kembali perjalanan mereka saat pertama kali bertemu. Sikap Richard yang sangat baik dan lembut membuat dia tidak pernah berpikir kalau sang suami akan mengkhianatinya.Namun pada kenyataannya, harta dan
"Ayo, kita pulang," ajak Richard pada Alya.Mereka tidak tahu kalau saat ini, bencana sedang menunggu mereka di halaman kampus. Baru saja mereka keluar dari gedung kampus, tiba tiba …CrootLemparan telur busuk mendarat di tubuh Alya dan juga Richard. Tak hanya itu, air comberan juga sukses mengguyur tubuh mereka hingga basah kuyup.Rasanya, Alya ingin muntah mencium bau telur busuk dan air comberan itu. Begitu juga dengan Richard."Hei, apa yang kalian lakukan?" teriak Richard penuh emosi.Namun, bukannya takut, para mahasiswa itu malah berteriak, "Pecat dosen mesum itu! Kami tidak sudi diajar olehnya. Bawa mereka ke ruang Dekan.""Hei, hentikan, jangan tarik-tarik! Aku bisa jalan sendiri," teriak Richard.Mereka tidak peduli dengan penolakan kedua pasangan itu. Para mahasiswa itu pun mengarak keduanya menuju ke ruang Dekan."Usir! Usir! Usir!" teriak para mahasiswa itu begitu mereka sudah sampai di ruangan Dekan.Mendengar suara gaduh di depan ruangannya membuat perempuan paruh baya
"Kurang ajar si Mya! Sepertinya, dia niat banget ngunciin aku di luar," gerutu Richard sambil menendang pagar rumahnya."Coba Kakak telepon lagi," usul Alya.Richard pun memencet nomor sang istri. Namun, emosinya kembali memuncak saat nomor istrinya kembali tidak dapat dihubungi."Udah, Kakak antar aku pulang aja. Kakak kan bisa pulang ke rumah Mama," ujar Alya memberi solusi pada kekasihnya.Richard akhirnya mengantar kekasihnya pulang terlebih dahulu. Barulah setelah itu, dia pulang ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah mamanya, Richard langsung menuju ke kamarnya karena lelah dan ingin mengistirahatkan hati dan tubuhnya. Kejadian di kampus tadi sungguh membuat dia malu dan kesal.Sementara itu di rumah Richard, Mya tersenyum tipis melihat usahanya pertamanya berhasil. Wanita itu pun menghubungi Kevin untuk segera melakukan serangan kedua."Besok pagi saja Mya, saat mereka sarapan, kita beri sedikit shock therapy untuk mereka," ujar Kevin memberi saran pada sahabatnya."Hah! A
"Ma, Mya baru saja menjanda. Akta cerainya saja belum keluar. Mana bisa menikah lagi," alasan Kevin."Lagian, kita juga baru jadian. Masa disuruh langsung nikah. Kita memang cocok sebagai sahabat, tapi …."Belum selesai Kevin berbicara, Denisa sudah memotong ucapannya. "Justru itu, kalau sebagai sahabat aja kalian sudah cocok, lalu buat apa menunggu waktu lebih lama lagi. Pokoknya, Mama tidak mau tahu, setelah masa iddah Mya selesai kalian harus segera menikah. TIDAK ADA BANTAHAN," Denisa sengaja menekan di akhir kalimat supaya sang putra tidak berubah pikiran lagi.Mya menaikkan dagunya seolah berkata, "Bagaimana ini?"Kevin hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban. Denisa lalu mengajak Mya makan malam. Dia bahkan mengambilkan makanan untuk Mya."Ma, nggak perlu repot begini. Mya bisa ambil sendiri," ujar Mya merasa sungkan."Tidak, Mama tidak repot kok. Malahan Mama seneng bisa berkumpul sama Mya lagi," sahut Denisa.Mereka makan dengan tenang. Denisa selalu menatap wajah putranya
"Kemana Kevin? Apakah sesuatu terjadi padanya?" gumam Mya khawatir.Mya akhirnya masuk ke ruang pengadilan dengan langkah gontai. Meski dia tidak membawa berkas apapun, setidaknya dia hadir sebagai penggugat di sana.Pengacara Richard tersenyum menyeringai saat melihat Mya hanya datang sendiri. Sudah bisa dipastikan, sidang akan ditunda atau mungkin, dibatalkan.Mya pun berbicara pada jaksa penuntut umum, jika pengacaranya tiba-tiba mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dia memohon untuk menunda sidang pertamanya.Setelah jaksa membicarakannya dengan hakim, akhirnya, mereka menyetujui permohonan Mya. Wanita itu bernafas lega, setidaknya, gugatannya tidak dibatalkan oleh hakim.Hakim pun mengetuk palu, dengan putusan, sidang akan dilanjutkan kembali minggu depan.Selepas keluar dari ruang persidangan, pengacara Richard menghampiri Mya. Lelaki itu terlihat simpati pada Mya."Mya, kamu pulang sama siapa? Biar aku antar," ujarnya."Tidak perlu
"Tolong carikan aku pengacara lain. Kalau bisa, yang sekelas dengan pengacara kondang Tutompol," titah Mya.Mya kembali mengepalkan tangannya. "Jangan kalian pikir, dengan mencelakai Kevin, kalian akan terbebas dari tuntutan? Jangan harap," gerutu Mya.Bosan tidak melakukan apapun, wanita itu pun menyuruh anak buahnya untuk mengambil barang-barang yang akan dia endorse. Dia akan live di rumah sakit karena tidak mungkin meninggalkan Kevin seorang diri.Begitu semua barangnya sudah datang, Mya lalu menggerai rambutnya kemudian memulai live streaming. Background berwarna putih membuat para fans Mya menanyakan keberadaannya. "Karena banyak yang bertanya dimana gue sekarang? Gue akan jujur, kalau sekarang, gue ada di rumah sakit. Tapi tenang, bukan gue yang sakit. Gue hanya menemani teman yang sedang sakit saat ini," begitu suara Mya menyapu penggemarnya.Selesai live, Mya membuka media sosialnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat berita kalau Richard dan juga Alya
“Richard, jawab dengan jujur! Untuk apa kamu mencelakai pengacara Mya? Apa benar kamu masih mencintainya?” tanya Alya penuh emosi.“Sayang, nanti aku jelasin duduk persoalannya. Aku lagi nyetir. Sepulang kita dari dokter, aku jelasin,” jawab Richard.“Minggirkan mobilnya! Atau aku akan lompat!” ancam Alya.Richard segera menepikan mobilnya. Dia tidak ingin sampai Alya kenapa-napa. Karena dia paham. Alya orangnya nekat, dia akan melakukan apapun supaya bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.“Jelaskan!” titahnya.“Begini sayang, kamu tahu kan kalau sekarang Mya itu kaya raya. Sementara, perusahaan Papa saat ini sedang ada masalah. Dan aku butuh bantuan Mya untuk itu. Aku tidak mungkin minta bantuan Papa kamu, karena perusahaan Papa kamu saat ini pun sama kritisnya denganku. Kamu paham kan maksudku?” jelas Richard sambil memegang bahu sang kekasih.“Benar cuma karena itu? Bukan karena kamu masih menyayanginya kan?” tanya Alya khawatir.Richard mencium kepala sang kekasih. “Percayalah, a
“Mari kita bersenang-senang sayang. Rasanya, aku sudah lama tidak menyentuhmu,” ujar Richard dengan seringainya.Mya tahu, kalau malam ini, dia tidak akan bisa melarikan diri dari Richard. Dia pasrah, jika malam ini, dia harus memenuhi hasrat suaminya yang menggila ini. Meski rasa kesal dan benci mengingat tubuh suaminya yang juga dinikmati oleh wanita lain. Namun, apa daya, tubuhnya diikat oleh Richard.Tubuh Mya sudah polos saat ini, mata Richard berbinar saat melihat 2 aset milik istrinya yang terpampang indah di depannya. Lelaki itu pun mulai bermain dengan 2 aset itu. Membuat Mya sedikit lupa dengan rasa kesalnya tadi. Wanita itu bahkan meminta Richard untuk melakukan lebih padanya. Apalagi, Mya sudah lama tidak disentuh oleh Richard membuat hasrat wanita itu naik seketika hanya dengan sedikit sentuhan.Keduanya sudah berkabut gairah saat ini. Richard sudah siap dengan permainan inti. Tiba-tiba, dering ponsel Richard mulai mengusik keduanya. Tak ingin gagal mengeksekusi sang ist