Home / Romansa / ISTRI YANG KAU SIA-SIAKAN TERNYATA KAYA RAYA / Menggagalkan Pertunangan Suamiku

Share

ISTRI YANG KAU SIA-SIAKAN TERNYATA KAYA RAYA
ISTRI YANG KAU SIA-SIAKAN TERNYATA KAYA RAYA
Author: MR_7980

Menggagalkan Pertunangan Suamiku

[Mya, bukankah nama di undangan ini adalah nama suamimu? Apakah kalian sudah berpisah?]

Sebuah pesan dari Rindu muncul di layar ponsel Mya di saat Mya ingin menghubungi suaminya. Penasaran dengan maksud chat yang telah dikirim Rindu padanya, Mya pun segera membuka aplikasi pesan berwarna hijau. Saat itu juga, jantung Mya seolah tertohok keras kala ia melihat sebuah photo undangan pertunangan di mana nama suaminya tertulis di undangan tersebut.

[A-apa ini, Rindu?] ketik Mya dengan hati berantakan. Injakan kakinya terasa goyah, kepalanya seakan berputar.

[Justru aku ingin bertanya padamu, apa ini? Kebetulan aku menemukan ini di group teman-temanku. Salah seorang temanku mengatakan kalau Richard yang akan bertunangan di sini adalah seorang Dosen tampan di Universitas xxx. Kalau aku tidak salah, bukankah itu Universitas tempat suamimu bekerja? Nama di undangan ini juga persis sama dengan nama suamimu.]

Tidak sanggup lagi mengetik, Mya segera menghubungi Rindu.

"Halo, Rindu. Aku... Aku tidak mengerti!" ucap Mya gemetar setelah ia mendengar suara rindu di seberang panggilan. Tangisnya bahkan hampir luruh, namun Mya terus mencoba untuk menahannya.

[Apakah belakangan ini ada yang aneh pada sikap Richard?]

"Tidak." Mya menggelengkan kepalanya. Bahkan demi menahan agar tangisnya tidak pecah, ia mengepalkan tangannya dengan sangat keras hingga buku-buku tangannya memutih.

[Baiklah, begini saja. Coba hubungi Richard, klarifikasi hal ini pada suamimu terlebih dahulu.] usul Rindu.

"Oke, nanti aku akan menghubungimu lagi."

Mya memutuskan panggilan lalu mencari nama Richard pada daftar panggilan, setelah menemukannya... Mya segera menghubungi Richard meski saat ini hatinya terasa sangat perih.

Satu panggilan, dua panggilan, Richard tidak juga mengangkat telpon darinya. Hingga panggilan ketiga, Mya baru mendengar suara suaminya itu. Namun suara Richard terdengar sedikit aneh, tidak ada keributan seperti di saat ia menelpon Richard di kampus tempat suaminya itu bekerja. Hanya helaan nafas yang menyapu indera pendengarannya berkali-kali.

"Kak, apakah Kakak sedang bekerja?"

[Mya? Ah... I-iya, aku sedang di Universitas. Sssh... Ada apa?]

Mya mengernyit, apakah tadi ia baru saja mendengar suara Richard sedang mendesah?

"Kakak benar-benar ada di Universitas?" tanyanya curiga.

[Ten-tentu saja. Ah!! Ada apa, Mya? Apakah sekarang kamu tidak lagi percaya padaku?]

"Bu-bukan begitu, Kak. Tapi..."

[Sudahlah, nanti kita bicara di rumah! Sekarang aku sedang sibuk.]

Suara panggilan terputus tiba-tiba menyapu indera pendengaran Mya.

"Kak!!" jerit Mya.

Curiga terhadap suaminya, Mya yang hari ini tadinya meminta ijin pada Richard untuk mengunjungi kedua orang tuanya hingga sore, langsung memutuskan untuk pulang.

Setibanya di rumahnya yang mungil dan asri, Mya menemukan mobil Richard terparkir di halaman rumah. Tidak hanya itu, ada sepatu kerja wanita yang tampak familier tergeletak di teras rumahnya.

Melihat sepatu tersebut, dada Mya bergemuruh. Ia merasakan shacking yang luar biasa. Ketika ia memasuki rumah dengan kunci cadangan, dari arah kamarnya Mya mendengar suara pria dan wanita yang seolah sedang melakukan adegan tidak senonoh.

Dengan mengendap-endap, Mya mencoba mendekati pintu kamarnya yang sedikit terbuka lalu mulai mengintip. Alangkah terkejutnya ia ketika ia melihat suaminya Richard sedang menunggangi Alya yang notabene adalah Sahabat suaminya sendiri.

"Masya Allah, Kak Richard." Mya tergugu sambil menutup mulutnya, air mata yang terus ia tahan sejak tadi akhirnya luruh membasahi pipinya.

Sekarang, ia sudah tidak perlu lagi mengklarifikasi apapun pada Richard, karena bukti yang ia inginkan kini telah ada di depan matanya.

"Brengsek kamu, Kak." Gumam Mya lirih, namun ia tidak ingin mengganggu kedua pasangan yang tengah asik di dalam kamarnya itu. Ia, tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan Richard, meski saat ini ia rasanya ingin membunuh dirinya sendiri.

"Awas kamu, Kak. Aku pasti akan membalas perbuatanmu, ini." Mya mengeluarkan ponselnya dan merekam kebejadan yang dilakukan oleh Richard bersama Alya. Dengan hati perih, Mya terus merekam. Hingga ia kira cukup, Mya pun menghentikan rekamannya lalu diam-diam pergi meninggalkan rumah.

Satu jam berselang, di sebuah Kafe yang berada tak jauh dari rumahnya... Mya duduk tersedu. Matanya bengkak, wajahnya sembab, sementara dua gelas kosong bekas cappucino tergeletak di atas meja yang ada di hadapannya.

"Dasar lelaki brengsekk!!" Mya melemparkan gelas kosongnya ke sembarang arah, tanpa menyadari bahwa gelas tersebut hampir saja mengenai Rindu yang baru saja memasuki Kafe.

"Mya?" Rindu yang melihat Mya sedang kalut bergegas menghampiri sepupunya itu. Ia bersyukur Kafe ini sedang sepi sekarang, jika tidak, pasti Sepupunya itu sudah diprotes oleh pelayan kafe atas perbuatannya yang seenaknya melempar barang.

"Mya, jadi itu benar?" sosor Rindu, setelah ia menempatkan bokongnya pada kursi kosong yang berada di seberang Mya.

Mya tidak menanggapi pertanyaan Rindu, melainkan kembali terisak.

"Hei!" tegur Rindu sembari menyentuh tangan Mya, "Kamu tahu, kan kalau Richard tidak pantas mendapatkan air matamu ini?" nasehatnya.

Lagi-lagi Mya tidak menanggapinya, namun isakan tangisnya yang semula keras... Kini perlahan-lahan mulai mereda. Yah, ia sadar bahwa Richard tidak pantas untuk ditangisi. Ia lah yang selama ini berjuang demi Richard, bahkan ia rela berhenti bekerja untuk suaminya itu. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya penghinaan dari keluarga Richard yang selalu mengatakan bahwa ia adalah wanita mandul. Tidak cukup sampai di situ, kini Richard juga sudah menghianatinya secara diam-diam.

"Rindu, haruskah aku membalas mereka?" lirih Mya sembari menatap Rindu dengan tatapan sendu.

"Tentu saja," tukas Rindu geram, "Selain itu, aku juga tidak sabar ingin menghajar wanita ular itu," tambahnya lagi.

"Baik, kalau begitu... Kamu harus menemaniku untuk menghadiri pesta pertunangan mereka, bagaimana?" Mya menghapus kasar air matanya dengan lengan bajunya sambil menatap Rindu. Ada semangat baru tergambar di wajahnya, semangat untuk memberi pelajaran pada Richard dan juga Alya.

"Mengapa tidak?" seringai Rindu, ia tersenyum miring pada Mya dengan salah satu alisnya terangkat naik. "Mari tunjukkan pada Richard, bahwa seorang Mya tidak akan bisa dijatuhkan dengan mudah!" tegasnya. "Tapi sebelum itu, bisakah kamu berpura-pura tidak terjadi apapun?"

Mya mengangguk setuju.

***

Seminggu kemudian di sebuah hotel mewah.

Proses pertunangan Richard dan Alya baru saja dimulai. Richard tak berkedip melihat kecantikan Alya yang sangat sempurna, menurutnya.

"Kamu cantik sekali Sayang. Rasanya, aku tak sabar untuk membawamu naik ke ranjang" bisik Richard tepat di telinga Alya.

Wajah Alya sudah bersemu merah. Wanita cantik itu pun menatap sang tunangan penuh hasrat.

"Aku pun tak sabar ingin menjadi satu-satunya Nyonya di rumahmu," balas Alya.

Acara pertunangan segera dimulai. Setelah sambutan dari kedua belah pihak, kini giliran Richard menyematkan cincin di jari Alya.

Saat Richard sudah memegang jari Alya, tiba-tiba lampu padam. Para tamu mulai kasak kusuk karena takut terjadi hal-hal yang mengerikan seperti yang ada di film-film.

Tak lama, lampu kembali menyala. Richard kaget saat melihat wajah sang tunangan yang berganti dengan wajah sang istri.

"Aku pasti berhalusinasi," gumamnya sambil menggetok-getok kepalanya.

Saat lelaki tampan itu membuka matanya, masih dia lihat wajah sang istri dengan senyum yang menakutkan. 

Richard terperangah dengan penampilan sang istri yang jauh berbeda dari biasanya.

Lelaki itu kembali menggelengkan kepalanya. Dia tak percaya, sang istri berubah menjadi cantik dan anggun.

"Kamu tidak berhalusinasi Sayang. Ini aku, Mya, istrimu," tekannya.

"Selamat atas pertunangan kalian. Semoga acara kalian lancar sampai pernikahan," ucap Mya pada Alya.

"Dan untuk kamu suamiku, aku sudah menyiapkan hadiah spesial. Tunggu ya sayang," ujarnya.

Mya pun turun dari panggung itu. Wanita itu berjalan dengan anggunnya seolah tidak terjadi apapun. Namun saat dia akan keluar, tangannya ditarik oleh seseorang.

Plak

"Dasar wanita mandul! Kenapa kamu datang? Kamu ingin menggagalkan pertunangan putraku? Hah!" sentak Mama Richard.

Kalau tidak ingat yang dihadapannya ini adalah orang yang lebih tua, Mya pasti membalas tamparan mertuanya. Namun, Mya masih memiliki tata krama.

"Cuih, aku sudah tidak peduli jika putramu mau tunangan atau menikah lagi. Ingat, aku tidak akan tinggal diam atas pengkhianatan kalian. Tunggu pembalasanku!!" ujar Mya sambil memegangi pipinya.

Sebelum keluar, Mya mengambil gawainya. "Putar video itu. Lalu hancurkan perusahaan Papa Richard dan Papa Alya. Buat keduanya dikeluarkan dari kampus," titah Mya pada lelaki dibalik telepon itu.

"Heh! Jangan sebut namaku Mya, kalau aku tidak bisa membuatmu jera. Hidup kalian tidak akan bisa tenang karena menyakitiku," gumam Mya.

Tak lama, riuh riwah terdengar dari luar. Video asusila saat Richard dan Alya yang sedang berhubungan badan terlihat di layar proyektor. Mya tersenyum menyeringai saat mendengar kasak kusuk para tamu. "PERMAINAN AWAL DIMULAI."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status