Mya, tidak bisakah kamu memberi Richard kesempatan? Kembalilah padanya, Mama mohon. Dengan keadaannya yang seperti ini, dia tidak akan mungkin berkhianat bukan?”Mya mencoba melepaskan genggaman tangan Mama Dela. “Maafkan Mya Ma. Sejak Mya melihat Richard berada di atas tubuh Alya. Perasaan itu sudah mati. Dan tidak akan bisa kembali,” lirih Mya.Mama Dela menghembuskan nafas kasar. Dia sadar, bahwa putranya lah yang bodoh, membuang berlian demi batu kerikil seperti Alya. Untung saja wanita itu sudah mati, jadi dia tidak akan bisa mengganggu kehidupan putranya lagi.“Baiklah, Mama tidak akan memaksamu. Hanya saja, anggaplah Mama ini tetap sebagai Mama kamu. Jangan putuskan hubungan persaudaraan kita,” pinta Mama Dela.Mya hanya mengangguk saja. Setelah cukup lama berbincang-bincang. Mya akhirnya pulang. Dia merasa tidak enak dengan Kevin yang menunggunya sejak tadi.“Maaf ya Vin, tadi Mama Dela ngajak ngomong nya kelamaan,” ujar Mya penuh sesal.“Tidak apa, ayo, kita pulang,” ajaknya
“Mya, tunggu, jangan pergi! Aku tidak sanggup jika harus jauh darimu. Please Mya, jangan pergi. Kita akan coba luluhkan hati Mama secara perlahan, asalkan jangan kamu tinggalkan aku,” pinta Kevin setengah mengiba.“Kevin, dari mana kamu tahu kalau aku akan pergi?” tanya Mya.Tadinya, aku ingin mengantarkan ini,” ujarnya sambil menunjukkan power bank milik Mya.“Lalu aku melihat surat yang kamu seliipkan ini. Aku pun segera melajukan mobilku menuju ke bandara, berharap aku bisa mengejarmu sebelum kamu pergi. Please Mya, batalkan penerbanganmu. Masih banyak jalan untuk kita tempuh tanpa harus berpisah Mya,” ujar Kevin.Mya pun duduk di kursi tunggu. Wanita itu menatap wajah sang sahabat yang memang serius padanya. “Baiklah, aku beri kamu satu kesempatan. Batas waktu akhirmu, 3 bulan sebelum aku melahirkan. Jika sampai saat itu Mama kamu masih belum bisa menerimaku, ijinkan aku pergi,” pinta Mya.Kevin memeluk tubuh Mya. “Terima kasih sayang. Terima kasih,” bisik Kevin.Mya akhirnya kem
“Kevin, batalkan saja proses akuisisi perusahaan Richard,” begitu pesan yang dikirim Mya pada sang sahabat.Setelah kehadiran Mama Denisa tadi, Mya sudah tidak ingin lagi berurusan dengan Kevin. Sebisa mungkin, dia akan mengatasi sendiri masalahnya.Wanita itu pun mengajak Rindu untuk bekerja sama. Dia membeli saham perusahaan milik Richard tapi atas nama Rindu.Dan kini, dialah yang menjadi pemimpin perusahaan Richard sebagai pemilik saham terbesar. Mama Dela tidak tahu, kalau saat ini, Mya lah yang menjadi pimpinan perusahaan milik suaminya karena dia masih harus menunggui putranya yang masih koma di rumah sakit.“Ya Allah, kok gue gugup banget ya. Padahal gue cuma bertemu dengan klien aja. Apa karena ini pertama kalinya gue meeting ya. Biasanya, kan gue cuma live streaming aja,” gumam Mya.Setelah memastikan penampilannya rapi. Mya pun berangkat menuju ke restoran tempat mereka akan meeting. Sambil menunggu kliennya, Mya membuka kembali berkas yang akan mereka bahas di meeting kali
“Dasar wanita tidak tahu diri! Perempuan serakah! Sudah kaya, masih juga mengambil hak milik orang lain! Apa masih kurang hukuman untuk kami hingga kamu masih juga mengambil perusahaan kami.”Doni langsung pasang badan di hadapan Mya. Lelaki itu tak rela wanita sebaik Mya diperlakukan tidak baik seperti itu.“Minggir kamu! Jangan ikut campur urusan kami! Wanita serakah ini harus diberi pelajaran!” amuk Mama Dela.“Tunggu, Anda tidak bisa sembarangan memukul orang. Anda bisa saya laporkan dengan tuduhan penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan,” kata Doni yang masih menyembunyikan Mya di belakangnya.Mama Dela berdecak kesal. Ingin rasanya dia menghajar mantan menantunya itu. Namun sayang, keinginannya belum kesampaian karena dihalangi oleh lelaki tidak dia kenal ini.Tak ingin mantan mertuanya salah paham, Mya pun menjelaskan duduk persoalannya.“Ma. Mya tidak mengambil perusahaan Mama. Mya hanya menggantikan posisi Richard untuk sementara. Nanti, kalau Richard sudah sadar, dia b
“Lalu, aku harus bagaimana? Aku mencintai kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu. Kita kawin lari aja ya,” pinta Kevin dengan nada frustasi.Mya tersenyum. Wanita itu menggenggam tangan sahabatnya. “Baiklah, demi kamu. Aku akan tunggu hingga bayi ini lahir. Jika sampai saat itu, Mama belum juga merestui kita. Dengan berat hati, lupakan aku. Kita jalani hidup ini sendiri-sendiri,” putus Mya.“Terima kasih sayang. Aku tahu, kamu memang wanita yang baik,” timpal Kevin.“Namun, aku mohon dengan sangat, selama Mama kamu belum merestuiku. Jangan pernah datang lagi kemari. Datanglah saat Mama sudah merestui kita,” pinta Mya.“Kenapa begitu Mya?” tanya Kevin tidak mengerti.“Aku memiliki alasan untuk itu. Kamu boleh menelponku. Asalkan, jangan menemuiku. Percayalah, kalau jodoh, tak akan kemana,” tekannya.Kevin sebenarnya ingin protes. Biarlah untuk sementara ini, dia mengalah terlebih dahulu. Dia tidak ingin Mya merubah keputusannya.Mereka akhirnya makan bersama dalam diam. Keduanya sibuk den
Mya meletakkan kepalanya di meja. Dia bingung harus melakukan apa. Sejenak melepaskan beban pikiran yang ada. Entah berapa lama wanita itu tertidur. Mya merasakan ada seseorang yang menyentuh kepalanya. Mya pun mendongakkan kepalanya."Mas," sapa Mya.Ternyata yang datang adalah Doni. Lelaki itu khawatir dengan keadaan pujaan hatinya karena sedari tadi, teleponnya tidak terjawab."Apa kamu sakit?" tanyanya khawatir.Mya menggelengkan kepalanya. "Tidak Mas, hanya sedikit masalah saja," jawab Mya."Masalah apa? Katakan padaku, mungkin, aku bisa membantu. Selagi itu bukanlah masalah cinta," sahit Doni.Mya memicingkan matanya. "Memangnya, kenapa kalau soal cinta?" tanya Mya kepo."Kamu kan tahu kalau aku ini seorang duda. Aku sudah lama menjomblo. Jadi, urusan rayu merayu, dan cinta-cintaan tidak aku mengerti," akunya.Mya tersenyum. Rasanya, dia ingin tahu bagaimana kehidupan Doni semasa muda. Apakah dingin dan arogan, atau sebaliknya?"Memangnya, bagaimana masa mudamu Mas? Apakah kamu
"Mya, jika seandainya aku mau menerima kamu dan bayimu, apa kamu mau menikah denganku?" ulang Doni.Mya tersenyum manis. Senyum yang mampu membuat lelaki itu tak mampu mengalihkan dunianya."Saat ini, aku hanya ingin menjalani hidupku saja Mas. Aku tidak ingin lagi mencari suami yang pada akhirnya hanya menyayangiku saja. Kalaupun lelaki itu mau menerima bayi yang aku kandung, aku ingin bukti, bukan hanya janji belaka," ucap Mya menerawang kehidupan masa lalunya.Dalam hati, Doni berkata, "Aku akan membuktikannya Mya. Kalau aku juga menyayangi kamu dan juga bayi yang kamu kandung."Mereka pun makan dalam diam. Doni makan sambil memandangi wajah Mya yang terlihat semakin cantik saat berhijab."Ohh iya Mas, tadi ada ayah sahabatku yang datang ke kantor. Dia ingin bekerja sama denganku. Masalahnya, perusahaanku juga masih belum stabil. Aku masih ragu menerima atau tidak kerja sama ini," Mya meminta pendapat Doni."Kamu bawa berkasnya?" tanya Doni."Nggak Mas, berkasnya ada di kantor," ja
"Apa? Dia sudah sadar? Syukurlah. Terima kasih infonya," ucap Mya pada anak buahnya.Berita bangunnya Richard telah sampai ke telinga Mya. Kini, dia akan mengembalikan semua pada pemiliknya. Tugasnya disini sudah selesai. Mya lalu menghubungi sepupunya."Hai Ndu," sapa Mya."Tumben ibu hamil telepon, pasti mau minta bantuan ya," ledek Rindu."Tentu saja, karena cuma kamu yang bisa bantu aku," kata Mya."Oke, Bumil cantik ini minta bantuan apa?" tanya Rindu. "Dia sudah bangun. Aku serahkan semua urusan padamu. Kembalikan perusahaan ini padanya. Aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya," titah Mya pada Rindu saudaranya."Baiklah, lalu, apa hadiah untukku?" goda Rindu."Hadiah apa? Aku malas pergi denganmu, kamu selalu saja minta barang mahal yang membuat kantongku menangis," kesal Mya.Rindu tertawa. "Mya, kamu itu kaya, hartamu tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Sedangkan anakmu masih ada dalam kandungan. Jadi, lebih baik, kamu beramal padaku," goda Rindu."Lebih baik uangku aku