"Begini, hasil tes Anda kemarin itu ... aduh gimana ya saya ngejelasinnya," ucap dokter itu sedikit kebingungan.Doni sudah memasang ekspresi garang dan dingin. "Dokter, kalau Anda tidak segera bicara, saya akan pergi! Ada yang harus saya kerjakan daripada menunggu orang yang tidak jelas seperti Anda," kesal Doni.Dokter itu mencekal tangan Doni yang hendak beranjak pergi. "Tolong, dengarkan saya sebentar saja. Setelah ini, Anda boleh pergi," pinta dokter itu.Doni akhirnya duduk kembali. "Katakan!" tegasnya.Dokter itu menghela nafas panjang. "Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya. Kami salah, hasil test kesuburan Anda kemarin tertukar dengan salah satu pasien yang juga bernama Doni. Dan Anda, dinyatakan subur 100%."DuarUcapan dokter itu bagaikan petir di siang bolong. Dia telah menghina dan memukul istrinya hanya karena hasil lab yang salah. Doni mengepalkan tangannya. Andai dokter yang dihadapannya ini bukan wanita, dia pasti sudah memukulinya. Karena kesalahannya, dia haru
d"Mmpphhh." Doni langsung menyerang bibir Mya sebelum wanita itu meneruskan kalimatnya.Mya pun mendorong tubuh lelaki yang masih berstatus suaminya itu. "Lepas Doni!" geramnya."Tidak sayang, jangan katakan itu lagi. Kamu wanita baik-baik. Aku yang jahat, aku yang salah. Maafkan aku sayang! Kumohon, aku salah, aku berdosa telah menuduhmu yang bukan-bukan. Aku baru tahu kejadian yang sebenarnya kemarin." Belum sempat Doni meneruskan kalimatnya, Mya sudah menyelanya. "Jadi, kalau hal itu benar, kamu tetap menuduhku sebagai wanita murahan bukan? Seorang pelacur?" "Bukan seperti itu sayang! Kemarin, aku hanya khilaf. Please, maafkan aku ya. Putra dan putri kita butuh seorang ayah," alasan klise yang digunakan Doni nyatanya tak membuat Mya berubah pikiran."Kamu sudah melihat anak kamu bukan?" tanyanya.Lelaki itu mengangguk."Pergi! Dan jangan pernah kembali! Segera urus perceraian kita. Aku masih sanggup meski harus menghidupi 5 orang anak seorang diri," tekan Mya.Melihat sang istri
Meski hanya bisa duduk di kursi roda, Richard tak mau kalah dengan Doni. Lelaki itu membalas setiap pukulan yang dikayangkan oleh Doni. Keduanya baru berhenti setelah security melerai keduanya."Bajingan! Aku tidak akan pernah memceraikan istriku," teriak Richard."Meski kamu tidak menceraikannya, dia yang akan meminta cerai darimu," balas Richard tak mau kalah."Sudah, berhenti! Kita pisahkan sana keduanya," ucap security yang memegangi Doni.Mereka akhirnya memisahkan dua orang yang sedang bertikai itu. Doni pun mengajak Sumi dan putranya kembali ke rumah sakit. Sementara Richard, lelaki itu tersenyum sinis. "Tunggu saja Doni, aku akan buat, Mya menggugat cerai lelaki yang tidak percaya pada istrinya.Sesampainya di ruangan sang istri, Doni menatap wajah aang istri. Amarah yang tadi sudah siap meledak kini hilang sudah. "Alhamdulillah, kamu darimana sayang? Mama sama Papa dari tadi mencari kamu?" ucap Mya."Hehehe, maaf Bu, kami bermain agak jauh tadi," sahut Sumi."Ya sudah, lain
"Tidak perlu sungkan begitu, sebentar lagi, bukankah kita akan menjadi keluarga," ucapnya sambil menaikturunkan alisnya."Apa!! Tunggu, apa maksud Dokter?" tanya Doni sedikit emosi."Bukankah Mya janda, jadi sah-sah saja kalau aku berniat menikahinya," ucapan dokter itu membuat emosi Doni semakin memuncak."Sayang, kamu bilang sama dia janda! Sejak kapan aku menceraikanmu?" sentak Doni."Bukankah Anda tidak pernah memperdulikannya? Anda juga tidak pernah hadir saat Mya memeriksakan kandungannya. Lalu, dimana tanggung jawab Anda sebagai suami? Secara agama, jika suami tidak memberi nafkah istrinya selama lebih dari 4 bulan. Maka otomatis jatuhlah talak padanya. Jadi, secara agama, Mya sudah menjadi janda. Dia tinggal mensahkannya di pengadilan agama," ucap dokter itu panjang lebar.Mya yang kesal dengan dua lelaki di hadapannya itu pun berteriak, "Berhentii!!""Lebih baik, kalian berdua keluar! Aku ingin istirahat," lirih Mya.Kedua lelaki itu pun akhirnya keluar. Sementara Mya, wanita
"Sayang, tunggu! Dokter ingin bicara pada kita tentang si kembar," teriakan Doni sukses membuat Mya menghentikan langkahnya.Wanita itu segera berbalik kemudian menuju ke ruangan dokter. Doni mengikutinya dari belakang. Tak hanya Mya yang ingin tahu keadaan kedua buah hatinya. Dia juga."Bagaimana keadaan mereka Dok?" tanya mereka berdua kompak.Untuk pertama kalinya, mereka terlihat akur. Dokter itu tersenyum. Dia yakin, lelaki yang ada di sebelah Mya ini adalah mantan suami Mya. Hubungan Mya dan dokter kandungan bernama Philip itu sudah tersebar di seluruh rumah sakit. Mereka juga sering makan bersama.Mya tahu Philip menyukainya. Namun, hubungan mereka hanya sebatas sahabat. Wanita itu tidak ingin lagi membuka hati karena masih trauma dengan kegagalan."Jadi Mya, ini mantan suamimu?" tanya sang dokter.Doni kembali mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka kalau sang istri, banyak sekali yang menyukai. Padahal, istrinya itu janda, kenapa banyak yang suka?Tak ingin suaminya marah,
"Sayang, kamu dimana? Jangan tinggalin aku lagi sayang ...." Doni tergugu di lantai. Lelaki itu merutuki kebodohannya karena telah mencium sang istri tadi. Harusnya, dia tidak terburu-buru. Harusnya, dia paham, kalau Mya masih marah padanya.Namun, tangisnya terhenti kala melihat sepasang kaki indah yang berada di hadapannya. Doni pun mendongakkan kepalanya. Lelaki itu segera menghapus air matanya saat melihat wajah segar sang istri."Kamu ngapain Mas?" tanya Mya bingung."Hehehe, tidak apa-apa," jawab Doni malu."Terus, kenapa nangis di bawah situ?" tanya Mya."Hehehe, aku kira, kamu meninggalkanku. Makanya aku sedih,'" Doni akhirnya memilih jujur daripada dicecar oleh sang istri.Mya memutar bola matanya malas. Ada-ada saja suaminya ini. "Tadi aku udah kebelet, daripada nunggu kamu lama, makanya aku mandi di kamar sebelah," ucapnya.Doni hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Sementara Mya hanya tersenyum melihat tingkah konyol suaminya. Ngapain juga dia pergi pagi-pagi, tan
"Sialan! Siapa yang menembaki mereka?"gumam DoniLelaki itu kemudian berlari menuju ke mobil kemudian melajukannya dengan kencang Sembari menyetir, Doni menghubungi asistennya untuk mnyelidiki kasus ini.. Lelaki itu harus segera mengetahui keberadaan sang istri.Tak lama muncul pesan di gawainya yang menunjukkan koordinat keberadaan istrinya. Lelaki itu segera melajukan mobilnya enuju ke lokasi. Tak lupa dia mengajak polisi setempat untuk menangkap para penculik itu.Namun sayang, saatberada di lokasi, istri dan anaknya tak ada disana. Doni menggeram kesal. Kenapa para penculik itu licin sekali? Dan siapa yang menculik istrinya?Beberapa saat kemudian, polisi itu keluar dengan membawa sebuah kertas."Tuan, mungkin, surat ini untuk Anda," ucap polisi itu.Doni lalu membaca surat itu. tangannya mengepal erat di samping. Dia tidak percaya kalau istrinya yang menulis itu semua. Meskipun, itu adalah tulisan tangan sang istri."Tidak, aku yakin ini bukan Mya. Dia pasti sedang berada dalam t
"Kenapa ada ranjang bayi di sini? Dan kenapa juga ada baby sitter yang menjaga si kembar saat aku pingsan? Bukankah tidak masuk akal jika semua itu hanya kebetulan, atau .....?" Pikiran Mya berkecamuk saat ini.Dia yakin, kalau Richard telah menculiknya kembali. Lelaki itu memang tidak ada kapoknya. Meski saat ini, dia sedang bermasalah dengan Doni, bukan berarti dia mau kembali dengannya."Richard!! Buka pintunya!!" teriak Mya penuh amarah.Dia marah, karena lelaki itu telah membohonginya. Padahal, dia sudah bersimpati karena telah menolongnya tadi.CeklekPintu pun terbuka, wanita itu pun segera memukuli mantan suaminya yang baru saja masuk kamar itu."Mya, apa-apaan ini?" kesal Richard."kenapa kamu menipuku? Kamu kan yang menculikku? Kamu berniat memisahkanku dari Devano?" tuduh Mya dengan deraian ar mata."Apa kamu gila? Untuk apa aku memisahkan ibu dari anaknya? Apalagi, Devano itu putra kandungku. Kalau aku berniat menculikmu sudah pasti aku lakukan saat si kembar masih di ruma