"Sayang, kamu dimana? Jangan tinggalin aku lagi sayang ...." Doni tergugu di lantai. Lelaki itu merutuki kebodohannya karena telah mencium sang istri tadi. Harusnya, dia tidak terburu-buru. Harusnya, dia paham, kalau Mya masih marah padanya.Namun, tangisnya terhenti kala melihat sepasang kaki indah yang berada di hadapannya. Doni pun mendongakkan kepalanya. Lelaki itu segera menghapus air matanya saat melihat wajah segar sang istri."Kamu ngapain Mas?" tanya Mya bingung."Hehehe, tidak apa-apa," jawab Doni malu."Terus, kenapa nangis di bawah situ?" tanya Mya."Hehehe, aku kira, kamu meninggalkanku. Makanya aku sedih,'" Doni akhirnya memilih jujur daripada dicecar oleh sang istri.Mya memutar bola matanya malas. Ada-ada saja suaminya ini. "Tadi aku udah kebelet, daripada nunggu kamu lama, makanya aku mandi di kamar sebelah," ucapnya.Doni hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Sementara Mya hanya tersenyum melihat tingkah konyol suaminya. Ngapain juga dia pergi pagi-pagi, tan
"Sialan! Siapa yang menembaki mereka?"gumam DoniLelaki itu kemudian berlari menuju ke mobil kemudian melajukannya dengan kencang Sembari menyetir, Doni menghubungi asistennya untuk mnyelidiki kasus ini.. Lelaki itu harus segera mengetahui keberadaan sang istri.Tak lama muncul pesan di gawainya yang menunjukkan koordinat keberadaan istrinya. Lelaki itu segera melajukan mobilnya enuju ke lokasi. Tak lupa dia mengajak polisi setempat untuk menangkap para penculik itu.Namun sayang, saatberada di lokasi, istri dan anaknya tak ada disana. Doni menggeram kesal. Kenapa para penculik itu licin sekali? Dan siapa yang menculik istrinya?Beberapa saat kemudian, polisi itu keluar dengan membawa sebuah kertas."Tuan, mungkin, surat ini untuk Anda," ucap polisi itu.Doni lalu membaca surat itu. tangannya mengepal erat di samping. Dia tidak percaya kalau istrinya yang menulis itu semua. Meskipun, itu adalah tulisan tangan sang istri."Tidak, aku yakin ini bukan Mya. Dia pasti sedang berada dalam t
"Kenapa ada ranjang bayi di sini? Dan kenapa juga ada baby sitter yang menjaga si kembar saat aku pingsan? Bukankah tidak masuk akal jika semua itu hanya kebetulan, atau .....?" Pikiran Mya berkecamuk saat ini.Dia yakin, kalau Richard telah menculiknya kembali. Lelaki itu memang tidak ada kapoknya. Meski saat ini, dia sedang bermasalah dengan Doni, bukan berarti dia mau kembali dengannya."Richard!! Buka pintunya!!" teriak Mya penuh amarah.Dia marah, karena lelaki itu telah membohonginya. Padahal, dia sudah bersimpati karena telah menolongnya tadi.CeklekPintu pun terbuka, wanita itu pun segera memukuli mantan suaminya yang baru saja masuk kamar itu."Mya, apa-apaan ini?" kesal Richard."kenapa kamu menipuku? Kamu kan yang menculikku? Kamu berniat memisahkanku dari Devano?" tuduh Mya dengan deraian ar mata."Apa kamu gila? Untuk apa aku memisahkan ibu dari anaknya? Apalagi, Devano itu putra kandungku. Kalau aku berniat menculikmu sudah pasti aku lakukan saat si kembar masih di ruma
"Sayang, kenapa melamun? Ayo kita berangkat, Bibi dan si kembar sudah siap," ajak Richard.Lelaki itu harus berpura-pura menuruti keinginan Mya supaya wanita itu percaya kalau dia tidak berbohong. Mya terdiam. Dia sedang berpikir keras saat ini. Keselamatan dua bayinya harus dia perhatikan, apalagi, di luar cuaca sedang ekstrem. Apalagi, mereka baru saja keluar dari rumah sakit."Kita pergi kalau badai salju sudah reda," putusnya.Richard bernafas lega. Itu artinya, dia masih bisa mengulur waktu supaya bisa bersama Mya. Mereka pun masuk kembali ke kamar. Mya juga merasa heran, kenapa dia bisa terdampar di sini. Dia berharap, sang suami segera bisa menemukannya.Malam telah tiba, Mya yang sudah dua minggu lebih tak melihat Devano sangat merindukan putranya. Dia tidak pernah berpisah lama dengan balita itu. Mya menaruh kepalanya diantara kedua lututnya. Bahunya pun bergetar diiringi isak tangis.Richard melihatnya dari kejauhan. Sebenarnya, ada rasa bersalah dalam dirinya karena telah m
"Aku yakin, setelah ini, kamu akan menceraikan mantan istri terindahku," gumam Richard dengan seringainya.ClingSebuah pesan muncul di handphone Doni. Lelaki itu pun membuka pesan itu. Tangannya mengepal saat melihat isi video berdurasi 1 menit itu. Dia lalu melacak lokasi dari pesan itu. Lelaki itu segera mengajak polisi dan juga beberapa anak buahnya.Tak peduli dengan derasnya hujan badai salju, Lelaki itu bahkan membawa mobil pembelah salju supaya mobil mereka bisa berjalan.Beberapa jam kemudian, mobil mereka telah sampai di sebuah rumah sederhana. Doni langsung berlari masuk ke dalam. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya karena akan bertemu dengan anak dan istrinya. Namun, senyum di bibirnya menghilang kala tak mendapati siapapun ada disana."Sial, kemana mereka? Apa mereka tahu kalau aku telah menemukan tempat ini?" gumam Doni.Lelaki itu pun tergugu disana. Tak lama, keluar seorang wanita paruh baya dari arah belakang."Tuan, ini ada surat dari Nyonya, beliau menitipkannya pa
"Apa yang kamu inginkan Richard? Apa yang kamu rencanakan sebenarnya?" tanya Mya."Sabar sayang, katanya kamu ingin bahagia bersama dengan suamimu, ya udah, aku kabulin," jawab Richard."Terus, keapa kamu mengikatku begini? Kamu berniat menyanderaku?" cecar Mya.Namun, Richard hanya diam sambil menatap gawainya. Tak lama, beberapa orang memakai baju hitam datang dengan membawa bom rakitan yang menyerupai rompi itu.Perasaan Mya sudah tidak enak. Dia merasa kalau, Rompi bom itu akan dipakainya. Mata Mya pun membulat sempurna saat apa yang dia pikirkan itu ternyata benar."Richard, kamu berniat membunuhku?" tanya Mya.Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Tidak sayang, mana mungkin aku membunuh wanita yang sangat aku cintai," jawabnya."Lalu ini?" tanya Mya."Kamu akan tahu sendiri nanti," jawab Richard.Mereka pun meninggalkan Mya seorang diri di sana. Mya terus saja menatap Richard hingga punggung lelaki itu menghilang.****"Mas, kumohon, pergilah! Richard menargetkan kamu, dia ingin
"Richard, datanglah, selamatkan istriku," tangis Doni yang sudah putus asa.Tak lama, datang Richard dengan membawa begitu banyak orang. Lelaki itu pun mendekati Doni dengan kursi rodanya."Bagaimana, sudah kau putuskan?" tanyanya.Doni mengangguk lemah."Bagus, sekarang, tanda tangani surat permohonan cerai itu dan jatuhkan talak 3 langsung di hadapan Mya! Maka aku akan langsung mematikan timer bom waktu yang ada di tubuh Mya," ucap Richard.Lelaki yang hanya bisa duduk di kursi roda itu merasa menang. Sebentar lagi, dia bisa menikahi Mya dan kembali bersamanya.Doni akhirnya menandatangani surat permohonan cerai itu. Namun saat akan mengucapkan kalimat talak. Mendadak lidahnya kelu. Dia tak sanggup mengucapkannya."Richard, bisa tidak, kamu matikan dulu timernya. Aku tidak bisa konsentrasi kalau timer itu masih berjalan," pinta Doni yang mencoba untuk bernegoisasi.Richard pun berpikir, kemudian mengangguk. Lelaki itu mengkode anak buahnya untuk mematikan timer bom yang hanya tinggal
"Mas Doni," teriak Mya.Sedari tadi perasaannya tidak enak karena takut terjadi sesuatu pada suaminya. Dan benar saja, dia mendapati sang suami tengah tergeletak bersimbah darah.Mya berteriak meminta tolong, supaya anak buah Doni datang dan membantunya mengangkat suaminya ke mobil. Mya mendudukan kepala sanng suami di pangkuannya."Mas bertahan Mas! Ingat kedua anak kita. Mereka masih kecil Mas," tangis Mya."Pak, bisa lebih cepat lagi