"Mas Doni," teriak Mya.Sedari tadi perasaannya tidak enak karena takut terjadi sesuatu pada suaminya. Dan benar saja, dia mendapati sang suami tengah tergeletak bersimbah darah.Mya berteriak meminta tolong, supaya anak buah Doni datang dan membantunya mengangkat suaminya ke mobil. Mya mendudukan kepala sanng suami di pangkuannya."Mas bertahan Mas! Ingat kedua anak kita. Mereka masih kecil Mas," tangis Mya."Pak, bisa lebih cepat lagi
"Sayang, kita makan siang yuk." teriak wanita seksi berbaju merah itu.Mya langsung menatap tajam pada Doni. Lelaki itu terlihat gelagapan seolah ketahuan selingkuh."Eh ada Ibu. Saya pikir nggak ada. Makanya saya tadi ngajak Mas Doni makan siang," ucap wanita itu dengan santainya.Mika pun turun dari pangkuan sang suami. "Ohh, jadi kalian sudah sering makan siang bareng ya! Pake panggil sayang-sayang segala lagi! Siapa dia Mas? Apa dia selingkuhan kamu? Jadi begini ya, kelakuan kamu di belakangku, iya!" cecar Mya sambil melipat tangannya di dada."Sayang, kamu jangan salah paham dulu. Biar aku jelaskan," ucap Doni sambil memgang tangan sang istri.Mya pun menepisnya. Bagi dia, pantang memaafkan lelaki yang telah berkhianat. Meskipun dia sangat mencintai lelaki itu."Minggir, aku mau pulang!" ucap Mya dengan ketus.Doni melirik ke arah Stefani bermaksud menyuruh wanita itu, untuk mengklarifikasi ucapannya. Sementara wanita itu cekikikan melihat sang kakak tengah kelabakan karena sang
"Mya!" teriak Doni saat melihat sang istri melenggang pergi.Lelaki itu langsung berlari menyusul istrinya. Dia menarik tangan Mya kemudian memasukkannya ke dalam mobil. Kesal karena Mya tak mau menerima penjelasannya, lelaki itu pun membungkam mulut sang istri yang sedari tadi berontak."Mmpphh! Lepasin gue Doni!" teriak Mya.Bukannya melepaskan, Doni malah semakin memperdalam ciumannya. Mya yang semula berontak lama-lama terhanyut juga. Dia pun membalas dengan brutal ciuman sang suami demi menyalurkan sakit hatinya. Mobil pun bergoyang. Stefani yang kesal menunggu Doni akhirnya menghampiri lelaki itu. Matanya membola saat melihat mobil Doni bergoyang."Sialan si Doni! Dia lagi main sama siapa? Bisa-bisanya gue ditinggal main! Awas ya, gue aduin sama Mya. Biar saja kamu digugat cerai sama Mya," gerutunya.Wanita itu un merekam mobil itu kemudian dia kirimkan ke nomor Mya. Dia tidak tahu saja kalau yang ada di dalam sana adalah Mya sendiri.Setelah selesai dengan kegiatan panasnya, D
"Tidak, ini pasti bukan kamu! Kamu sudah mati! Pergi! Pergi kamu dari sini!" teriak Mya.Wanita itu tidak ingin lagi bertemu dengan Richard. Lelaki itu terlalu dalam meninggalkan trauma di hatinya. Terutama saat dirinya dipasang bom kemarin. Dia benar-benar takut jika harus bertemu kembali dengannya."Sayang, tenang! Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin bertemu dengan Devano, putra kita," ucap Richard dengan nada memelas.Mya terdiam. Wanita itu melihat wajah Richard yang sendu membuat dia merasa tak tega. Bagaimanapun juga, Devano adalah anak kandungnya. Dia tidak mungkin melarang seorang ayah bertemu dengan anaknya. Terlebih, sudah satu tahun lebih mereka tidak bertemu."Kamu hanya ingin bertemu Devano bukan?" tanyanya.Lelaki itu mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan panggilkan. Ingat! Jangan pernah membawanya keluar dari rumah ini. Kalau sampai kamu melakukan itu, aku tidak akan pernah mengizinkan kamu menemui Devano lagi, selamanya," Mya menekankan kalimatnya di bagian a
Setelah cukup lama merenung, RIchard memutuskan untuk berdamai dengan Mya Dia ingin menjalani kehidupan dengan damai tanpa ada dendam. Mungkin jodoh untuknya dan Mya telah selesai sampai disini.Richard pun memutuskan untuk mendatangi rumah Mya. Dia ingin mengatakan rencananya ini sama Mya.Setelah sampai di rumah Mya, lelaki itu membelikan banyak hadiah untuk Mya dan juga Devano. Doni yang melihatnya merasa cemburu."Ngapain kamu ada disini? Pergi dari rumah gue! Dan ini lagi, ngapain kamu bawa barang kayak begini? Bini gue nggak butuh! Gue sebagai suaminya masih bisa membelikan dia hadiah kayak gini," kesal Doni."Maaf, kalau kedatanganku membuatmu tidak nyaman. AKu hanya ingin, kita hidup berdamai. Aku tahu, aku dulu banyak salah pada kalian. Dan kini, aku sadar aku salah. Aku minta maaf padamu dan juga pada Mya.," ucap Richard dengan wajah tertunduk lesu."Baik, permintaan maafmu aku terima. Sekarang, kamu pergi dari rumahku. Kamu hanay boleh menemui Devano saat aku ada di rumah.
"Jadi, selama ini, kamu mengira saya tidak normal begitu?"Mata Sila membola seketika. "Mati aku!" batinnya.Wanita itu tidak berani membalikkan badannya. Dia tahu dia salah. "Maaf Tuan, saya tidak bermaksud demikian," ucapnya.'Bohong, aku mendengarnya dengan jelas tadi!Dan telingaku masih normal. Kamu bahkan mencibirku kalau aku hanyalah lelaki cacat yang hanya bisa dudu di kursi roda," ucap richard dengan sinis.Mata Sila membola seketika mendengar ucapan sang majikan. Sejak kapan dia berkata seperti itu."Tidak Tuan, itu tidak benar! Anda salah dengar Tuan," Sila berusaha membela dirinya."Bagus! Setelah kamu mengataiku tidak normal, sekarang kamu bilang aku tuli begitu," sarkas Richard.Sila menggelengkan kepalanya. Sang majikan ini sepertinya sedang pms. Hingga dia sensitif terhadap ucapan yang padahal menurut Sila itu biasa. "Ampun Tuan, saya salah Maafkan saya, saya khilaf Tuan," aku Sila.Wanita itu berharap, lelaki pms ini mau memaafkannya kalau dia mengakui kesalahannya. Namu
"Ini tidak mungkin! Saya tidak mau menandatanganinya! Tuan tidak perlu bertanggung jawab pada saya. Anggap saja, tidak pernah terjadi apapun diantara kita berdua," ucap Sila dengan sinis.Wanita itu tidak ingin terikat dalam kontrak pernikahan yang semu. Dia ingin menikah dengan cinta, bukan hanya sebatas tanggung jawab. Sila trauma dengan pernikahan sang kakak yang kandas di tengah jalan karena perjodohan. Dimana tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, mereka melakukan perjanjian pernikahan sebelum mereka menikah.Sila lalu merobek kertas-kertas itu kemudian melemparkannya pada wajah Richard. Dia tidak peduli mau dipecat atau tidak nantinya. Yang penting, amarahnya tersalurkan. Wanita itu pun pergi meninggalkan ruang kerja Richard. Dia menuju ke kamar majikannya. Sila merasa, itu adalah tempat yang paling aman untuknya. Richard tidak mungkin marah di hadapan mamanya.Richard mengepalkan tangannya. Wanita miskin itu teralu sombong karena berani menolak dirinya. "Heh! dia pikir dia sia
"Ehhmm, dimana aku?" lenguhan Sila pun terdengar oleh Tono.Lelaki itu segera mendekat dan duduk di samping wanita itu."Kamu istirahat saja Sila, kata dokter, kandungan kamu lemah. Jangan terlalu banyak bergerak," nasehat Tono seraya mengusap tangan Sila.Sila shock saat mendengar dia dinyatakan hamil. Dia tidak menyangka, kejadian malam naas itu menimbulkan bekas di rahimnya. "Sialan, ternyata lelaki cacat itu tokcer juga! Kukira dia tak mampu berdiri, ternyata ....""Hah! Lalu, bagaimana aku menjalani kehidupanku nantinya? Lelaki itu lasti akan memaksaku untuk menikah dengannya kalau dia tahu aku hamil anaknya," batin Sila."Pak, apa Bapak sudah memberitahu Tuan tentang keadaan saya?" tanya Sila.Lelaki paruh baya itu mengangguk. Tadi saat dokter meminta persetujuan untuk menyuntikkan obat penguat yang paling bagus, dia terpaksa menyanggupinya karena takut Sila kenapa-napa. Biarlah jika memang Bos tidak mau menanggungnya, dia akan kas bon pada Richard untuk membayarnya.Setelah itu