"Jadi, selama ini, kamu mengira saya tidak normal begitu?"Mata Sila membola seketika. "Mati aku!" batinnya.Wanita itu tidak berani membalikkan badannya. Dia tahu dia salah. "Maaf Tuan, saya tidak bermaksud demikian," ucapnya.'Bohong, aku mendengarnya dengan jelas tadi!Dan telingaku masih normal. Kamu bahkan mencibirku kalau aku hanyalah lelaki cacat yang hanya bisa dudu di kursi roda," ucap richard dengan sinis.Mata Sila membola seketika mendengar ucapan sang majikan. Sejak kapan dia berkata seperti itu."Tidak Tuan, itu tidak benar! Anda salah dengar Tuan," Sila berusaha membela dirinya."Bagus! Setelah kamu mengataiku tidak normal, sekarang kamu bilang aku tuli begitu," sarkas Richard.Sila menggelengkan kepalanya. Sang majikan ini sepertinya sedang pms. Hingga dia sensitif terhadap ucapan yang padahal menurut Sila itu biasa. "Ampun Tuan, saya salah Maafkan saya, saya khilaf Tuan," aku Sila.Wanita itu berharap, lelaki pms ini mau memaafkannya kalau dia mengakui kesalahannya. Namu
"Ini tidak mungkin! Saya tidak mau menandatanganinya! Tuan tidak perlu bertanggung jawab pada saya. Anggap saja, tidak pernah terjadi apapun diantara kita berdua," ucap Sila dengan sinis.Wanita itu tidak ingin terikat dalam kontrak pernikahan yang semu. Dia ingin menikah dengan cinta, bukan hanya sebatas tanggung jawab. Sila trauma dengan pernikahan sang kakak yang kandas di tengah jalan karena perjodohan. Dimana tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, mereka melakukan perjanjian pernikahan sebelum mereka menikah.Sila lalu merobek kertas-kertas itu kemudian melemparkannya pada wajah Richard. Dia tidak peduli mau dipecat atau tidak nantinya. Yang penting, amarahnya tersalurkan. Wanita itu pun pergi meninggalkan ruang kerja Richard. Dia menuju ke kamar majikannya. Sila merasa, itu adalah tempat yang paling aman untuknya. Richard tidak mungkin marah di hadapan mamanya.Richard mengepalkan tangannya. Wanita miskin itu teralu sombong karena berani menolak dirinya. "Heh! dia pikir dia sia
"Ehhmm, dimana aku?" lenguhan Sila pun terdengar oleh Tono.Lelaki itu segera mendekat dan duduk di samping wanita itu."Kamu istirahat saja Sila, kata dokter, kandungan kamu lemah. Jangan terlalu banyak bergerak," nasehat Tono seraya mengusap tangan Sila.Sila shock saat mendengar dia dinyatakan hamil. Dia tidak menyangka, kejadian malam naas itu menimbulkan bekas di rahimnya. "Sialan, ternyata lelaki cacat itu tokcer juga! Kukira dia tak mampu berdiri, ternyata ....""Hah! Lalu, bagaimana aku menjalani kehidupanku nantinya? Lelaki itu lasti akan memaksaku untuk menikah dengannya kalau dia tahu aku hamil anaknya," batin Sila."Pak, apa Bapak sudah memberitahu Tuan tentang keadaan saya?" tanya Sila.Lelaki paruh baya itu mengangguk. Tadi saat dokter meminta persetujuan untuk menyuntikkan obat penguat yang paling bagus, dia terpaksa menyanggupinya karena takut Sila kenapa-napa. Biarlah jika memang Bos tidak mau menanggungnya, dia akan kas bon pada Richard untuk membayarnya.Setelah itu
"Baiklah Tuan, suntikkan obat itu! Biarlah dia meninggal sebelum dilahirkan," putus Sila."Apa!!"“Sudah, kita menikah besok! Tidak ada bantahan!” ucap Richard bersungut kesal.Sila bersorak dalam hati. Sedari tadi dia tahu kalau Richard menginginkan dia memohon untuk menikah dengannya. Namun, dia berusaha seolah dia adalah wanita yang putus asa. Sila gengsi kalau harus mengemis di hadapan Richard. Dia tidak mau lelaki itu menekannya karena dia menginginkan pernikahan ini.“Terima kasih Tuan, Anda mau bertanggung jawab” ucap Sila diiringi senyuman manis.Sepertinya, dia tahu bagaimana cara menaklukkan lelaki kutub utara ini. Richard memiliki wajah yang tampan, meski dia hanya bisa duduk di kursi roda.Meski pada awalnya Sila tidak menyukai Richard, melihat lelaki itu begitu menyayang ibunya membuat Sila jatuh hati padanya. Hanya saja, lelaki itu bersikap dingin semenjak dia menolaknya dulu. Dan kini, dia akan mencairkan gunung es itu.“Ohh iya Tuan, bagaimana kabar Nyonya?” tanya Sila
"Tuan, saya tidur dimana? Di ranjang atau di sofa?" tanya Sila saat wanita masuk ke kamar Richard."Apa kamu berharap tidur satu ranjang denganku?" tanya Richard dengan nada menggoda."Ishh, bukan itu," sahut Sila dengan wajah yang merah merona.Lelaki itu menepuk sisi ranjangnya, menyuruh Sila untuk duduk di sampingnya. Wanita hamil itu pun duduk di samping sang suami. Dia tidak berani menatap wajah Richard karena malu.Richard menyampingkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. "Kamu beneran, ingin disentuh olehku?" bisiknya tepat di telinag sang istri."Dibilangin bukan itu kok! Aku kan cuma tanya dimana tempat tidurku? Itu saja," jawabnya.Richard lalu menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Kemudian merebahkannya di ranjang. Dia tatap wajah sang istri yang sebetulnya cantik sih. Cuma karena memang di hatinya belum ada cinta, ya begitulah."Kamu tahu, aku belum mencintaimu. Cuma kalau kamu menginginkan hakmu sebagai istri aku bisa melakukannya," ucapnya.Sila yang kesal
"Richaaard! Kenapa semua leherku jadi merah semua!!"Lelaki itu hanya tersenyum sambil membayangkan apa yang dilakukan tadi malam. Tak dia pedulikan teriakan sang istri dari dalam. Dia pun mengambil bantal, kemudian menutup telinganya.Setelah membersihkan dirinya, Sila keluar dengan wajah yang bersungut kesal. Apalagi saat melihat sang suami yang masih tidur sambil menutupi kepalanya. Tiba-tiba, ide cemerlang terlintas di kepalanya.Wanita itu pun membuka selimut yang membungkus kaki suaminya. Dia pun mengambil satu rambut di kakinya kemudian dia tarik kencang-kencang."Auuww, sakit Silaaa!" teriak Richard sambil duduk memegangi kakinya."Ohh sakit, kukira kakimu mati rasa," ucapnya tanpa dosa."Silaaa! Kamu ya, benar-benar!" kesal Richard sambil mengepalkan tangannya di udara.Andai dia bisa berjalan normal, lelaki itu sudah pasti akan menarik tubuh wanita itu kemudian mengungkungnya di bawahnya."Bantuin aku ke kamar mandi! Siapa suruh ganggu orang pagi-pagi," titah Richard.Mau ta
"Ya Tuhan, kamu kenapa Sila?" teriak Bibi.Wanita bertubuh tambun itu pun memakaikan majikannya pakaian kemudian memanggil security untuk membantunya membawa Sila ke dokter. Untungnya, sopir mamanya stand by di sana.Mereka pun langsung membawa Sila ke UGD begitu mereka sampai di rumah sakit. Bibi yang khawatir dengan keadaan Sila segera menelepon sang majikan. Namun, hingga dering ke 10 tak jua terjawab.Bibi akhirnya menunggu hingga dokter selesai memberi pertolongan. "Bagaimana dok?" tanyanya."Untung Anda cepat membawanya kesini. Kandungan pasien sangat lemah. Dia tidak bisa bergerak kemanapun jika ingin mempertahankan bayinya," terang dokter itu.Wanita bertubuh tambun itu hanya bisa mendesah nafas panjang. Dia merasa iba dengan keadaan Sila yang hamil, tapi sendirian karena sang suami sibuk dengan kerjaannya.Sila harus kembali dirawat di rumah sakit. Padahal, kemarin dia baru saja keluar. Bibi jadi bingung, Nyonya besar di rumah sendirian, sedangkan keadaan Nyonya besar tidak m
"Apa yang kalian lakukan?" teriak Richard saat melihat istrinya duduk di pangkuan mantan suaminya."Istrimu kelelahan, kalau kamu tidak becus menjaganya, biar aku yang jaga," ucap Richard tanpa dosa.Kalau tidak ingat ini sedang berada di rumah sakit, dia pasti akan menghajar lelaki yang dihadapannya ini.Melihat sang istri yang hanya diam sambil memegang kepalanya membuat Doni khawatir, mungkin, benar kata Richard, istrinya kelelahan."Kamu sakit sayang?" tanya Doni sambil merangkul istrinya kemudian menuntunnya ke sofa.Mya masih diam tak bergeming. Doni pun ikut khawatir."Sayang, kamu tunggu disini dulu ya, aku panggil dokter untuk memeriksa kamu," ucapnya.Lelaki itu kemudian memencet tombol perawat kemudian menyuruhnya memanggil dokter. Tak lama, dokter pun datang dan memeriksa Mya."istri Bapak sedang hamil. Tekanannya sangat rendah, itu yang menyebabkan beliau pusing. Kalau tidak hati-hati bisa jatuh. Lebih baik, untuk sementara waktu, istirahat aja dulu. Kalau Bapak ingin leb