"Baiklah Tuan, suntikkan obat itu! Biarlah dia meninggal sebelum dilahirkan," putus Sila."Apa!!"“Sudah, kita menikah besok! Tidak ada bantahan!” ucap Richard bersungut kesal.Sila bersorak dalam hati. Sedari tadi dia tahu kalau Richard menginginkan dia memohon untuk menikah dengannya. Namun, dia berusaha seolah dia adalah wanita yang putus asa. Sila gengsi kalau harus mengemis di hadapan Richard. Dia tidak mau lelaki itu menekannya karena dia menginginkan pernikahan ini.“Terima kasih Tuan, Anda mau bertanggung jawab” ucap Sila diiringi senyuman manis.Sepertinya, dia tahu bagaimana cara menaklukkan lelaki kutub utara ini. Richard memiliki wajah yang tampan, meski dia hanya bisa duduk di kursi roda.Meski pada awalnya Sila tidak menyukai Richard, melihat lelaki itu begitu menyayang ibunya membuat Sila jatuh hati padanya. Hanya saja, lelaki itu bersikap dingin semenjak dia menolaknya dulu. Dan kini, dia akan mencairkan gunung es itu.“Ohh iya Tuan, bagaimana kabar Nyonya?” tanya Sila
"Tuan, saya tidur dimana? Di ranjang atau di sofa?" tanya Sila saat wanita masuk ke kamar Richard."Apa kamu berharap tidur satu ranjang denganku?" tanya Richard dengan nada menggoda."Ishh, bukan itu," sahut Sila dengan wajah yang merah merona.Lelaki itu menepuk sisi ranjangnya, menyuruh Sila untuk duduk di sampingnya. Wanita hamil itu pun duduk di samping sang suami. Dia tidak berani menatap wajah Richard karena malu.Richard menyampingkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. "Kamu beneran, ingin disentuh olehku?" bisiknya tepat di telinag sang istri."Dibilangin bukan itu kok! Aku kan cuma tanya dimana tempat tidurku? Itu saja," jawabnya.Richard lalu menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Kemudian merebahkannya di ranjang. Dia tatap wajah sang istri yang sebetulnya cantik sih. Cuma karena memang di hatinya belum ada cinta, ya begitulah."Kamu tahu, aku belum mencintaimu. Cuma kalau kamu menginginkan hakmu sebagai istri aku bisa melakukannya," ucapnya.Sila yang kesal
"Richaaard! Kenapa semua leherku jadi merah semua!!"Lelaki itu hanya tersenyum sambil membayangkan apa yang dilakukan tadi malam. Tak dia pedulikan teriakan sang istri dari dalam. Dia pun mengambil bantal, kemudian menutup telinganya.Setelah membersihkan dirinya, Sila keluar dengan wajah yang bersungut kesal. Apalagi saat melihat sang suami yang masih tidur sambil menutupi kepalanya. Tiba-tiba, ide cemerlang terlintas di kepalanya.Wanita itu pun membuka selimut yang membungkus kaki suaminya. Dia pun mengambil satu rambut di kakinya kemudian dia tarik kencang-kencang."Auuww, sakit Silaaa!" teriak Richard sambil duduk memegangi kakinya."Ohh sakit, kukira kakimu mati rasa," ucapnya tanpa dosa."Silaaa! Kamu ya, benar-benar!" kesal Richard sambil mengepalkan tangannya di udara.Andai dia bisa berjalan normal, lelaki itu sudah pasti akan menarik tubuh wanita itu kemudian mengungkungnya di bawahnya."Bantuin aku ke kamar mandi! Siapa suruh ganggu orang pagi-pagi," titah Richard.Mau ta
"Ya Tuhan, kamu kenapa Sila?" teriak Bibi.Wanita bertubuh tambun itu pun memakaikan majikannya pakaian kemudian memanggil security untuk membantunya membawa Sila ke dokter. Untungnya, sopir mamanya stand by di sana.Mereka pun langsung membawa Sila ke UGD begitu mereka sampai di rumah sakit. Bibi yang khawatir dengan keadaan Sila segera menelepon sang majikan. Namun, hingga dering ke 10 tak jua terjawab.Bibi akhirnya menunggu hingga dokter selesai memberi pertolongan. "Bagaimana dok?" tanyanya."Untung Anda cepat membawanya kesini. Kandungan pasien sangat lemah. Dia tidak bisa bergerak kemanapun jika ingin mempertahankan bayinya," terang dokter itu.Wanita bertubuh tambun itu hanya bisa mendesah nafas panjang. Dia merasa iba dengan keadaan Sila yang hamil, tapi sendirian karena sang suami sibuk dengan kerjaannya.Sila harus kembali dirawat di rumah sakit. Padahal, kemarin dia baru saja keluar. Bibi jadi bingung, Nyonya besar di rumah sendirian, sedangkan keadaan Nyonya besar tidak m
"Apa yang kalian lakukan?" teriak Richard saat melihat istrinya duduk di pangkuan mantan suaminya."Istrimu kelelahan, kalau kamu tidak becus menjaganya, biar aku yang jaga," ucap Richard tanpa dosa.Kalau tidak ingat ini sedang berada di rumah sakit, dia pasti akan menghajar lelaki yang dihadapannya ini.Melihat sang istri yang hanya diam sambil memegang kepalanya membuat Doni khawatir, mungkin, benar kata Richard, istrinya kelelahan."Kamu sakit sayang?" tanya Doni sambil merangkul istrinya kemudian menuntunnya ke sofa.Mya masih diam tak bergeming. Doni pun ikut khawatir."Sayang, kamu tunggu disini dulu ya, aku panggil dokter untuk memeriksa kamu," ucapnya.Lelaki itu kemudian memencet tombol perawat kemudian menyuruhnya memanggil dokter. Tak lama, dokter pun datang dan memeriksa Mya."istri Bapak sedang hamil. Tekanannya sangat rendah, itu yang menyebabkan beliau pusing. Kalau tidak hati-hati bisa jatuh. Lebih baik, untuk sementara waktu, istirahat aja dulu. Kalau Bapak ingin leb
"Aku harus bagaimana? Pergi kah? Lalu, bagaimana dengan anak ini? Bagimana dengan Mama?" gumam Sila dalam kesendiriannya.Ingin rasanya dia menangis. Padahal, dia juga membutuhkan suaminya disini. Namun, mengapa suaminya lebih mementingkan anak kandungnya daripada dirinya?"Tuhan, beri aku kekuaran," pinta Sila.Wanita itu pun mencoba untuk memejamkan mata. Namun, dia tak bisa tidur karena merindukan suaminya. Tak bisa dia pungkiri, pesona Richard sangatlah menggoda. Meski di awal dia menolaknya. Namun, dia tak sanggup untuk melawan rasa tertarik untuk majikannya yang saat ini menjadi suaminya.Jepang"Sayang, Papa ke kamar Mama dulu ya. Lihat Mama sebentar," pamit Richard pada sang putra.Bocah berusi 7 tahun itu hanya mengangguk saja. Setidaknya, dia bersyukur, ayah kandungnya masih memperhatikannya meski lelaki itu telah menikah lagi.Sesampainya di kamar Mya, Richard pun mengambil makanan wanita itu kemudian menyuapinya."Ayo sayang, makan dulu! Setelah itu, aku ke kamar Devano. K
"Apa Richard selama ini hanya menganggapnya seperti pelacur yang hanya didatangi saat akan dipakai?" Itulah yang ada di benak Sila saat ini. Melihat istrinya yang hanya bengong, Richard pun membentaknya, "Cepat pakai! Sebelum aku marah dan memukulimu."Sila menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka kalau ternyata Richard adalah pria yang kasar. Dengan malas, wanita itu pun memakai baju yang diberikan oleh Richard.Lelaki itu menatap lapar istrinya yang terlihat semakin seksi saja. Dia pun menggeserkan tubuhnya di ranjang kemudian menyuruh sang istri untuk memimpin permainan."Kak, aku tidak tahu bagaimana caranya," ucap Sila dengan polosnya."Ck," Richard berdecak kesal.Lelaki itu pun terpaksa mengajari sang istri terlebih dahulu. Setelah itu, terjadilah perang baratayuda diantara keduanya.Setelah mereka selesai, Richard pun mengambil kursi rodanya kemudian tidur di luar. Sila benar-benar merasa seperti pelacur saja. Ingin dia berteriak marah. Namun, semua ucapannya hanya bisa ter
"Ya Tuhan, beri aku kekuatan," ucap Sila sambil mengusap perutnya yang masih datar.Bisa saja dia meminta cerai. Namun, bagaimana denagn bayi yang dikandungnya. Selama hidup, dia akan dicap sebagai anak haram karena tidak memiliki ayah. Tidak, dia tak ingin anaknya mengalami hal yang sama seperti yang dia alami.Sejak duduk di bangku TK hingga SMA, cap sebagai anak haram melekat dalam dirinya. Hinaan, cacian bahkan sepanjang hidupnya tidak ada yang mau berteman dengannya.Baru saat dia beranjak dewasa, ibunya menemukan jodoh yang tepat. Sayangnya, umur mereka tidaklah panjang.Esoknya, seperti biasa, Sila menyiapkan sarapan untuk mertua dan suaminya. Untungnya, Richard tidak pernah protes, meskipun, dia juga tidak pernah memuji masakannya.Richard sudah keluar dari kamarnya. Lelaki itu terlihat tampan dengan balutan jas warna biru. Tiba-tiba, Bibi datang mengatakan kalau ada tamu di depan yang mencari Tuan."Siapa BI?" tanya Richard. "A-nu Tuan, katanya, dia putra Tuan," jawab Bibi sa