Share

08. Hilang Kendali

Kiandra pindah ke sofa yang ada di ruang kerjanya. Untuk menikmati makan siang, meski sebenarnya Dia masih tak berselera. Namun, Kiandra tak boleh egois, mengingat ada kehidupan lain di dalam dirinya.

Cklekk!!

Seseorang menyelinap masuk tanpa mengetuk dan tanpa izin. Kiandra pikir itu Vano yang beberapa menit lalu pergi, lalu kembali karena merasa meninggalkan sesuatu.

"Ada apalagi Van?" tanya Kiandra menghentikan suapan pertamanya untuk hari ini, tapi kedua matanya langsung melotot kaget ketika seseorang yang datang ke sana di luar dugaan.

"Cih, siapa itu yang Kau panggil Van? Apa Dia laki-laki yang selama ini selingkuhanmu atau Dia ayah dari anak haram yang di dalam kandunganmu?!" Alsen menatap Kiandra tajam dan terlihat marah.

"Darimana Mas tahu Aku di sini dan kenapa kemari?" balas Kiandra sambil menutupi keterkejutannya.

"Darimana dan kenapa?" ulang Alsen mengucapkan kembali kalimat Kiandra secara singkat. "Mencoba mengalihkan pembicara, hahh?!"

Alsen tak diam saja di tempatnya, bergerak menghampiri Kiandra dan menariknya berdiri. Lalu dalam amarah, Alsen tanpa sadar dengan kasar mencengkram rahang Kiandra.

"Mas lepaskan! Sakit ...." ujar Kiandra segera memberontak, tapi tentu saja tenaganya bukan apa-apa bagi Alsen. Sehingga apapun yang Dia lakukan sama sekali tak memperngaruhi pergerakan Alsen.

"Sepertinya keputusanku waktu itu salah. Aku tak seharusnya mengusirmu dari rumah, tapi mengurungmu supaya tidak menjadi murahan!" ujar Alsen dengan tanpa perasaan.

Rahang Kiandra sudah sangat terasa sakit, tapi pria itu masih enggan melepasnya. Dia bahkan semakin menekannya, lalu saat sekuat tenaga Kiandra memberontak untuk membebaskan diri dan berhasil. Pria itu dengan kasar mendorong Kiandra sampai jatuh terduduk di sofa.

Brakk!!

"Aku tidak akan membiarkanmu bebas, Kiandra!!" bentak Alsen menekan kata-katanya, setelah dengan kasar menghempaskan apapun yang di meja di depan sofa yang Kiandra duduki sekarang. Semuanya, termasuk makan siang yang tak jadi disentuh.

"Mas!!" jerit Kiandra terkejut sembari menatap nanar. Perasaannya berkecamuk. Di satu sisi Dia tak terima, namun di sisi lain Dia benar-benar tak berdaya untuk melawan.

"Tutup mulutmu, Jala*g! Kau tak pantas mengucapkan apapun. Setelah hari ini, Aku pastikan hari selanjutnya Kau tidak akan pernah melihat dunia luar lagi!!"

Alsen menarik Kiandra berdiri. Memaksanya mengikuti langkah cepatnya, sampai membuatnya terseret.

"Bu Kiandra!" panggil beberapa pegawainya mencoba menghentikan Alsen membawa bos mereka.

Alsen memang sempat berhenti, tapi itu bukan karena sadar atau menghentikan niatnya membawa Kiandra. Pria itu justru berhenti untuk mengintimidasi seluruh staf dan karyawan kafe untuk mengintimidasinya.

"Jangan coba-coba menghentikanku. Wanita ini istriku dan tidak siapapun berhak ikut campur urusan rumah tanggaku!!" jelas Alsen membuat semua yang di sana tak berdaya.

Mereka lewat pintu belakang, karena ternyata Alsen masih punya urat malu untuk tidak lebih mempertontonkan masalahnya ke khalayak umum seperti pelanggan dan pengunjung kafe.

*****

"Apa yang sudah Kau lakukan sejak pagi dengan selingkuhanmu itu wanita brengs*k?! Kalian melakukan hal senonoh lagi, hah?!!"

Bruk!!

Alsen menjatuhkan Kiandra ke atas tempat tidur mereka lalu menindihnya. "Katakan di mana saja di mana saja di menyentuhmu?"

"Mas!" bentak Kiandra tak mau lemah. Dia mendorong dan terus mendorong meski usahanya itu akhirnya sia-sia.

"Katakan Kiandra!" tekan Alsen yang kembali mencengkram rahang Kiandra. "Apakah Dia menyentuhmu di sini, atau di sini?" tanya Alsen melanjutkan sambil kemudian menarik lepas kemeja yang Kiandra pakai, sehingga kancingnya terputus dan terlepas dari tempatnya.

Plak!!

Kiandra tak tahan lagi, lalu dengan marah menampar suaminya sekuat mungkin. "Kamu pantas mendapatkan itu!" jelasnya ketika tatapan tajam dan penuh intimidasi Alsen semakin menekannya.

Wanita itu takut, tapi kecewa dan kesabarannya diambang batas. Itulah yang mendorongnya nekat menamparnya. "Kamu begitu marah saat berpikir Aku bersama dengan laki-laki lain, lalu bagaimana denganmu yang tak hanya tahu, tapi melihatmu dengan mata kepalaku sendiri, Kamu lebih mementingkan wanita lain?!"

"Shifa sepupuku!" tegas Alsen sambil kemudian memberi ruang dan bangkit dari atas tubuh Kiandra. Namun, tatapannya masih sama saja, penuh amarah dan kebencian untuk Kiandra.

"Dia hanya sepupumu Mas, dan kalian tidak mempunyai ikatan darah apapun yang menghalangi Kalian untuk bersama!" balas Kiandra, kini gilirannya yang protes dan mengutarakan sakit hatinya. "Kau bahkan sangat mempercayainya!" ungkap Kiandra dengan sangat kecewa.

"Lalu dengan siapa Aku harus percaya? Apakah denganmu, istri penghianat dan bahkan hamil anak pria lain?!" sarkas Alsen dengan kejam.

Plakk!!

Kiandra kembali melayangkan tamparannya, Dia bukan hanya sedih mendengar anak dalam kandungannya tak diakui, tapi juga sangat miris dengan suaminya.

"Kau!" Alsen mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Kiandra. Wajahnya sudah sangat merah karena menahan keras emosi yang siap meledak. "Aku tidak akan segan membalasmu, tapi baiklah Kiandra. Mulai sekarang Aku tidak akan memperdulikan apapun lagi, selain Kau harus menuruti semua kemauanku. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi kurungan untukmu. Ini hukuman untuk perempuan hina sepertimu. Aku tidak akan membiarkanmu, bahkan jika hanya untuk bertemu dengan selingkuhanmu!"

Kiandra menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. "Tidak. Aku tidak mau di sini, lepaskan Aku!"

Wanita itu dengan cepat menghampiri pintu, tapi sebelum mencapai gagangnya, sesuatu yang mencengkram pergelangan tangannya segera menariknya mundur. Alsen membawanya kembali ke tempat tidur. Memberi perhitungan pada istrinya lewat memperlakukannya bagaikan perempuan bayaran. Kemudian pergi begitu saja tanpa memperdulikan kondisi Kiandra. Keluar kamar dan tak lupa menguncinya.

"Awasi perempuan di dalam dan jangan biarkan Dia keluar dari dalam!" peringatnya pada asisten rumah tangga, penjaga keamanan rumah dan sebagainya.

Pria itu kemudian pergi dan bekerja. Sama seperti Kiandra yang melewatkan makan siang, ternyata Alsen juga belum makan. Sebelumnya, Dia mencari Kiandra lantaran telepon istrinya itu tak bisa dihubungi. Alsen ke restoran milik istrinya, tapi tak menemukan Kiandra di sana. Beralih ke kafe, Dia menemukan, tapi harus merasakan kekecewaan lantaran Kiandra tak sengaja memanggil nama pria lain.

"Segera cari tahu siapa saja laki-laki yang dekat dengan istriku, terutama Van. Sosok yang Dia panggil dengan Van!" perintah Alsen pada Melvin.

"Baik Tuan!" jawab Melvin dengan sopan.

Masih tak bisa tenang setelah melakukan banyak hal, akhirnya Alsen merokok dan meminum alkohol. Sebelumnya Dia memang sempat ke perusahaan, tapi saat merasa tak mood untuk melanjutkan pekerjaannya, Dia melimpahkannya pada Melvin dan sekarang pulang ke apartemen miliknya.

Tak pernah terbayangkan olehnya, bisa sangat stress akan kehadiran sosok Kiandra sebagai istrinya. Alsen masih tak mencintainya, tapi perasaan tak terima, wanita itu bersama dengan pria lain sungguh sangat melukai egonya. Padahal sebelumnya saat pernah mencintai wanita, Alsen tak pernah begitu gila.

"Apa yang Kau lakukan padaku, Kiandra?!" geram Alsen sambil mematikan rokoknya. Pria itu sudah tak mood merokok, lantaran masih tak bisa tenang. Beralih pada minuman beralkohol tinggi, sepertinya untuk saat ini hanya minuman itulah yang bisa membantunya.

*****

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status