Share

Bab 10. Siapa Dia?

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 03:29:54

"Saya seolah mayat berjalan sejak pria itu merenggut apa yang saya banggakan. Hidup saya tak pernah punya tujuan, apalagi memikirkan perasaan untuk orang lain. Hati saya telah mati, terlebih dengan kejadian yang baru saja saya alami. Siapa yang akan mencintai wanita menjijikkan yang telah dijamah begitu pria tanpa pernikahan seperti saya, Mbok?" Setetes air mata telah menetes di pipi Lani. Dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan kepedihannya.

"Menangislah, Dhuk, kalau kamu ingin menangis," ucap Mbok Sarem saat melihat Lani seolah menahan tangisnya.

Lani pun terisak, "Hidup saya telah hancur. Saya tak punya tujuan lain selain membesarkan Senja dengan baik." Lani sudah tergugu, saat Mbok Sarem sudah memeluknya.

"Kamu yang sabar ya, Dhuk," hibur Sarem, "suatu saat nanti kamu pasti menemukan orang yang benar-benar mencintai kamu dengan tulu," ucapnya sambil mengusap air mata Lani dengan tangan tuanya. Hinggah pandangannya berhenti dengan menatap lelaki tinggi atletis datang dengan paka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 11. Wajahku.

    "Bu,.." Lani menahan tangan ibunya yang dengan tak sabar hendak keluar dan bertanya pada Alzam, apa dia ada hubungannya dengan Madan, pria yang telah menodai Lani delapan tahun yang lalu."Itulah yang dari awal membuat saya benci padanya, Bu, padahal dia telah menolong saya dan dengan baik merawat saya.""Kamu kenapa, Dhuk, sampai dia menolongmu?"Lani tergagap dengan ucapannya yang keceplosan. Dia lalu terdiam sesaat, mengambil nafas, lalu duduk sebentar di dipan tempat tidur Senja."Saya dikejar penjahat saat pulang kemari duluh itu, Bu.""Tapi kamu tidak apa-apa, Dhuk?" Towirah menelisik anaknya itu. Perempuan berrambut campur putih hitam dengan disanggul ke atas karena lebatnya rambutnya itu menelisik Lani dengan memindai wajah dan tubuhnya."Tidak apa-apa, Bu," bohong Lani. Bagaimana bisa ibunya itu menelisik dirinya. Karena yang luka bukan yang tampak di luar sekarang. Lecet-lecet di kakinya juga sudah sembuh dengan salep yang diberikan Dandi. Hanya hati dan jiwanya yang kini ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 12. Wajah Itu.

    Sejenak Lani menatap Alzam yang terpaku dengan menyebut sebuah nama yang sama sekali dia tak mengenalnya. Elma. Siapa Elma? tanya Lani dalam hatinya."Mbak, kapan pulang? Senja kangen!" Senja sudah memeluk Lani. Gadis berumur tujuh tahun itu sudah tinggi, walau badannya agak kurus. Dia lalu memandang Alzam yang masih terpaku menatapnya. Disunggingkanya senyumnya walau Alzam membalasnya dengan kaku."Kamu jam segini kok sudah pulang? " tanya Lani akhirnya. "bolos ya?" "Enak aja bolos. Mana aku pernah bolos, Mbak? Ini, ada rapat guru, mau ujian.""Mau ujian, ya?" sejenak Lani bingung karena dia belum membawa uang untuk ujian Senja. "apa kamu sudah ditagih bayar spp?" Gadis itu tersenyum, "Ghak usah dipikir, Mbak. Nanti kalau belum bisa bayar, tinggal minta keringanan saja. Kata Ibu, Mbak habis kena musibah.""Maafkan Mbak Lani, ya." Dipeluknya Senja dengan rasa tak karuan.Sementara Alzam yang masih memperhatikan kedua orang di depannya itu, bergulat dengan pikirannya sendiri. Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 13. Pergi.

    "Salah, Mas. Kamu salah besar. Kamu sudah tau kan siapa aku, siapa kamu? Aku bukanlah orang yang pantas untuk dicintai siapapun, terlebih orang seperti kamu, Mas..""O, jadi itu pikiranmu sampai kamu tak memakai uang pemberianku, dan hanya kamu taruh di lacimu?""Mas, bukan tak sudi, Mas. Itu tidaklah hakku.""Lani!" ditariknya Lani dan direngkuhnya dalam pelukannya. "aku sudah tak dapat menahan diriku mengatakan ini. Aku mencintaimu. Sejak kamu aku temukan itu, aku telah jatuh hati padamu."Lani melepaskan dirinya dari pelukan Alzam. "Tidak, Mas. Lupakan semua pikiranmu itu. Kalau saja aku punya tempat lain selain di tempatmu, aku akan pergi, Mas. Tapi aku bisa ke mana lagi. Perlakukan aku seperti pekerja lainnya yang juga bekerja di tempatmu."Alzam menarik tatap Lani dengan sedih."Kamu berhak mendapatkan lebih baik dari aku. Aku saja jijik dengan diriku yang telah dijamah pria dengan paksa. Setiap jengkal tubuhku rasanya hanya seonggok daging yang menjijikkan mengingat kejadian i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 14. Tidak Pamitan.

    "Ini pembukuan yang harus kamu pelajari. Katanya kamu pingin kerja. Lupakan kalau aku pernah mengatakan sesuatu padamu," ucap Alzam setelah menarik tangan lani dan menyerahkan buku tebal. Namun saat dia menyadari Lani membawa sesuatu di tangannya, dia lalu menatap Lani dengan sekilas melihat kresek besar yang dibawanya."Kamu? Kamu mau ke mana?" tanya Alzam bingung. Lalu ditariknya kresek itu. Dan dibukanya. "Pakaian? Kamu mau pergi dari sini? Mau tinggalkan aku, hanya karena aku mengutarakan isi hati aku?""Saya,..""Balikin pakaian kamu. Setelah ini sarapan, kita segera ke gudang."Dengan pelan, Lani hanya diam sambil menuju ke kamarnya. Mengembalikan pakaiannya. Dan makan."Sudah selesai makannya?" tanya Alzam kemudian dengan menelisik jemari Lani. Cincin itu ada mata berliannya hinggah pasti nampak berkilau jika dipakai.Lani yang merasa Alzam melihat jarinya, jadi tak enak hati. Dia memang telah menaruh cincin itu di dekat alat make upnya."Iya, sudah, Mas." Ditariknya tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 15. Kedatangan Tamu.

    Setiap hari Lani melingkari kalender duduk yang berada di depan meja riasnya.. Lima belas hari sudah kepergian Alzam. Selama itu tidak ada khabar tentangnya. Lani kembali beraktifitas. Ke Gudang seperti biasa. Bahkan sekarang dia sudah memegang pembayaran dengan membawanya ke bank untuk sekedar di print. Untunglah ada sepeda matic Alzam yang bisa dibawa Lani ke manapun, hinggah dia tak perlu repot untuk minta antar siapapun yang di sana. Termasuk hari ini."Assalamualaikum!"Mbok Sarem terkejut dengan rombongan yang datang agak siang."Waalaikumussalam, Pak.""Ini Alzam ke mana, Mbok, kok aku telpon ghak bisa-bisa dalam beberapa hari terakhir?" Salma, ummi Alzam bertanya pada Mbok Sarem."Anu, Bu,.. Mas Alzam dinas ke Papua.""Pantas tidak bisa dihubungi, Mi," sahut Elma, adiknya Alzam yang sudah berkeliling mengitari rumah Alzam. Dia selalu bilang, senang dengan rumah Alzam yang berada di pedesaan. Tidak seperti rumah mereka yang di kota dan selalu penuh kesibukan."Wah, bunga Mas A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 16. Kamu Mencintaiku.

    Lani terdiam. Dia berusaha menghalau perasaan rindunya yang selama ini mengganggunya. Dia bahkan memeluk bantal yang sering dipakai Alzam saat bersamanya tidur. Perasaan ini salah. Aku harus bisa menjauhkannya. Aku tak pantas untuknya. "Dhuk,.."Lani terkesiap. Dia kemudian berdiri dan meninggalkan meja makan itu. Hatinya teramat suntuk memikirkan perasaannya akhir-akhir ini yang kerap merindukan Alzam.Tidak, aku tak boleh memikirkannya lebih dalam lagi. Pernikahan ini harus segera berakhir, tekat Lani.Namun tekat hanya tinggal di bibirnya walau kala itu dia mengucapkannya dengan mantap.Saat malam sudah larut, dan Lani mendengar ada ramai yang berhenti di depan rumah, dia segera keluar kamarnya, menyongsong siapa yang kini tengah datang dan memandangnya dengan tatapan kerinduan yang sangat. Saat lelaki itu membuka pintu rumah dan menampakkan tubuh tinggi tegapnya di depan pintu yang sudah terbuka.Pantulan rembulan juga lampu temaram teras, menampakkan kulitnya yang tampak lebih g

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   17. Kubuat kamu pantas.

    "Saya akan berusaha memberinya pengertian bahwa kami memang tak mungkin bersama. Dari awal dia sudah tau saya tidak mencintainya, Mbok. Saya hanya korban karena adik saya. Saya akan mengatakan itu," tekat Alzam yang kemudian ditarik tangannya oleh Mbok Sarem."Bagaimana bisa, Mas?""Aku mencintainya lebih dari apapun, Mbok. Selama ini aku hanya mencari orang yang bisa aku rindukan setiap saat. Dan itu hanya aku temukan pada diri Lani. Apapaun resikonya, aku akan hadapi.""Mas yakin menghadapi resikonya?""Apapun resikonya, Mbok."Mbok Sarem kemudian hanya menatapnya. Dia tau betul keteguhan Alzam.Mbok Sarem lalu masuk dengan membongkar rangsel besar yang tadi malam dibawa Alzam. Mengeluarkan semua isinya untuk dibawa ke belakang dan dicuci."Kemarin orang tua Mas Alzam kemari.""Memangnya mereka mau ngapain, Mbok?" Mbok Sarem hanya melotot dengan menatap Alzam. "Mas lupa, ini sudah tanggal berapa?""Iya, tau. Elma mau nikah beberapa hari lagi.""Mas Alzam sibuk ngurusi hati aja sih,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   18. Bolehkan aku,..

    "Abi, Assalamualikum!" sapa Alzam saat mendengar orang yang di sebrang adalah abinya. Lani yang di dekatnya masih memeluk Alzam. Sengaja Alzam me-loos speker agar Lani bisa mendengar pembicaraan mereka.Sejenak Alzam menghela nafas lega. Syukurlah bukan dari kantor yang mengatakan ada tugas mendadak. Dia merasa masih enggan berpisah dengan Lani. Ini adalah kebahagiaan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Dan sedetik pun Alzam tak ingin jauh dari wanita yang bisa membuatnya berdebar saat di dekatnya itu."Bagaimana khabarmu, Nak?" "Baik, Abi. Apa khabar Abi, Ummi juga Elma?""Alhamdulillah baik, Nak." Sejenak terdiam, lalu Alzam mendengar seorang wanita menyahut di telpon."Alzam,..""Iya, Ummi. Ummi sehat?""Ei, kamu mau tau juga bagaimana keadaan Ummi?""Ummi, kenapa bilang begitu?""Habisnya kamu ghak pernah nelpon Ummi. Kapan kamu pulang?""Baru tadi malam, Mi. Makanya Alzam belum bisa telpon. Iin tadi baru mau telpon, sudah keduluan Abi.""Ghak apa, Nak, kalau kamu memang sibuk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 161. Konsekwensi

    Langkah Alzam mantap menapaki jalan menuju kantor Pak Bara. Matahari siang terasa terik, namun ia tak peduli. Pikiran tentang panggilan mendadak dari komandannya, Letkol Bara, membuat dadanya terasa sesak. Panggilan ini terasa tak biasa—seolah ada sesuatu yang penting dan mendesak menantinya.Setibanya di lokasi yang ditempati komandannya, seorang prajurit yang berjaga memberi hormat. Alzam membalasnya dengan anggukan singkat, lalu masuk ke area markas. Suasana di sana penuh kesibukan khas militer: suara langkah kaki berbaris terdengar tegas, beberapa kendaraan taktis terparkir rapi, dan beberapa prajurit berdiskusi serius di sudut halaman.Di gedung utama markas, Alzam menyesuaikan topinya, melangkah masuk ke ruang utama.Di ruang briefing, beberapa prajurit duduk menghadap papan tulis besar, mendiskusikan peta operasi yang terpampang di sana. Suara seruan komandan peleton menggema, memerintahkan evaluasi strategi. Di sisi lain, beberapa staf administrasi sibuk dengan dokumen dan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   160. Bisa memilih

    Rumah itu masih lengang. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul tiga dini hari. Salma terbangun dari tidur nyenyaknya dan berniat melaksanakan tahajud. Langkahnya pelan keluar dari kamar dan menyalakan lampu di musholla. Namun begitu mendengar langkah kaki di ruang tengah, ia beranjak ke sana dan mendapati seseorang yang baru datang."Agna?" suara Salma setengah berbisik, jelas tak menyangka melihat menantunya di sana baru datang dari luar, malam-malam seperti ini. Agna, dengan wajah lelah dan mata yang sedikit sembab, hanya menoleh pelan tanpa bicara."Kamu baru datang?" Salma mendekat, memastikan itu bukan bayangan semata. "Dai mana saja kamu, Agna, kenapa malam sekali baru pulang?"Agna mengusap wajahnya, mencoba menahan kantuk yang sudah menyerangnya. "Dari luar, Mi. Ini kan malam tahun baru. Biasanya kita kumpul-kumpul sampai pergantian malam."Salma memandangnya penuh tanda tanya. "Kenapa ghak ngajak Alzam?"Agna tertawa kecil, getir. "Ummi tau sendiri kan bagaimana Mas Al

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   159. Bagaimana caranya?

    Di sebuah hotel, suara tawa terdengar dari kamar di lantai lima. Agna duduk di tepi tempat tidur, kakinya terayun pelan. Di hadapannya, Arhand berdiri sambil membawa segelas kopi yang masih mengepul."Arhand, kamu lucu banget kalau lagi cerita gitu." Agna tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Aku nggak pernah nyangka orang kayak kamu bisa selucu ini." Arhand memang menceritakan satu pengalamannya saat tahun baru bersama keluarga besar mereka saat mereka masih berkumpul bersama.Arhand tersenyum tipis, tetapi matanya berbinar. Tatapannya penuh kekaguman setiap kali memandang Agna. Ada sesuatu dalam sorot matanya—seperti seseorang yang benar-benar jatuh cinta, tetapi terlalu takut untuk mengatakannya. Ia menatap wajah Agna, memperhatikan setiap detail, seolah tak ingin melewatkan satu pun momen bersamanya."Agna," katanya pelan, suaranya rendah tetapi penuh perasaan. "Aku nggak tahu apa yang aku rasakan ini. Tapi setiap kali aku di dekat kamu, aku merasa seperti... semuanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 158. Kado tahun baru

    Langkah Alzam berat menapaki halaman rumah. Dadanya berdebar karena amarah pada Damar yang entah mengapa berada di sini, terlebih saat melihat senyumnya yang mengarah ke dalam rumah. Dia yang tak pernah masuk rumah Lani dari depan, bahkan tak ingat lagi. Bayangan Lani yang diajak Damar tersenyum, membuatnya segera beranjak ke sanaNamun, sebelum sempat mendekat, suara riang terdengar dari teras.Mira terlihat, mengenakan celana jeans dan baju sederhana. Rambutnya yang menggapai punggung digerainya. Wajahnya tampak malu-malu, tetapi senyumnya merekah saat melihat Damar di luar."Oh, Alzam," sapanya lembut. "Maaf ya, kami dari kemarin sudah janjian di sini. Soalnya, Mas Damar bawaannya pingin banget ketemu. Kalau di mess saya kan nggak mungkin bawa cowok. masuk. Jadi, saya minta izin ke Lani buat di sini. Aku harap kamu nggak keberatan."Alzam menelan ludah. Raut wajahnya kaku, tetapi ia berusaha menampilkan senyum. "Oh, gitu. Ya nggak apa-apa. Masuk saja kalau mau ngobrol. Ini rumah

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 157. Kecewa kembali

    Dandi menghidupkan mesin mobil. Suasana di dalam mobil sepi. Tak ada suara selain desis AC dan deru mesin. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar keheningan—sebuah percakapan yang tak terucapkan, tergambar dari genggaman tangan Alzam di jemari Lani.Alzam menatap sekilas, matanya penuh penyesalan. "Aku... aku minta maaf, Lani. Aku nggak cukup kuat buat melindungimu tadi," gumamnya dengan suara parau.Lani tidak menjawab, hanya mengeratkan genggamannya. Jemarinya gemetar, tapi ia tetap memaksakan sebuah senyuman kecil.Hanum yang duduk di samping Dandi. Ia melirik keduanya, lalu menarik napas panjang, mencoba mencairkan suasana. "Kita semua lelah. Sampai di rumah kamu nanti, istirahatlah. Aku yakin Ummi dan Abi sudah menyiapkan sesuatu untuk kita. Bukankah kamu sudah mengabari mereka kalau kita mampir, Mbak?"Lani mengangguk pelan. Matanya masih menatap jalan, tetapi pikirannya melayang."benar kamu sudah ngabari Abi sama Ummi, Lani?" tanya Alzam."Iya, sudah sejak kemarin."

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   156. Tinggalkan dia, aku menerimamu!

    "Itu artinya dia hamil, tapi kamu tinggal menikahi orang lain! Tega sekali kamu, Zam!" Gigi Reynaldi sampai gemertak."Kejadian tidak seperti itu, Rey!""Lalu seperti apa?" "Ini memang satu kesalahanku pada Lani. Aku tak mempercayainya karena kasus tertentu."Rey bangkit dari kursinya, gerakannya kaku dan tegas, seolah mengguncang ruangan. Sorot matanya menyala, seperti bara yang siap membakar. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya, napasnya berat."Apa kamu tahu berapa dalam luka yang kamu buat?" Suaranya menggetarkan udara di sekitarnya, memaksa setiap telinga yang mendengar untuk mendengarkan. "Kalau tahu bakal begini, aku lebih baik membiarkanmu ditembak waktu itu. Aku bahkan terluka, hampir kehilangan ibu jariku karena kamu!"Tatapannya beralih cepat, menancap ke wajah Alzam seperti anak panah. "Dan sekarang kamu berdiri di sini, seolah semua ini cuma masalah kecil. Kamu telah menikah dengan Lani, Zam. Lalu, menikahi Agna. Kamu tahu artinya, kan? Instansi nggak akan terima o

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 155. Kecewa

    Rey menatap Lani dengan sorot mata yang sulit ditebak, antara kekecewaan, amarah, dan rasa tidak percaya yang terpatri jelas di wajahnya. Suasana kantin yang tadinya ramai menjadi sunyi seperti menyisakan mereka berlima saja di sana."Kamu...," suara Rey bergetar, ia menunjuk dokumen yang digenggam Lani, "benar kamu yang tadi dari dokter kandungan, bukan Agna yang sekarang masih di sana?"Lani tidak menjawab. Ia hanya menatap Alzam, seolah meminta dukungan. Alzam mengangguk pelan, lalu menundukkan kepala tanpa berkata sepatah kata pun. Hatinya remuk redam. Antara ingin merengkuh Lani dan mengatakan bahwa dia adalah istrinya ataukah karier yang akan hancur karena tak menjamin, Rey akan tinggal diam dengan tak mengatakan apapun tentang mereka ke markas."Lani!" Rey hampir berteriak. "Jawab aku! Apa ini benar?""Rey, apa tidak cukup anggukanku?""Aku tidak butuh jawabanmu, Zam. Aku hanya mau bicara dengan Lani.""Jawaban apa lagi yang mau kamu dengar?"Akhirnya, dengan napas berat, Lani m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 154. Baju longgar

    Pertanyaan Rey tidak ada yang menjawab, selain pandangan mereka yang salin berbicara. Bagaimanapun juga, sampai ke rumah sakit sejauh ini, adalah untuk menutupi pernikahan Alzam dengan Lani agar tak tercium markas. Mereka tidak tau, sangsi apa yang akan didapat Alzam yang seharusnya naik pangkat setelah menjalani missi berbahaya itu jiak tau kalau Alzam memiliki wanita lain selain Agna yang diketahui leh markas sebagai istri sahnya Alzam.Dunia dalam sekejab selah berhenti berputar. Hnaya tatapan Rey yang tak berhenti memandang Lani. Dan tanga Alzam yagn mengepal karena cemburu. Namun, suara Dandi memecah keheningan. "Eh, gimana kalau kita makan dulu? Hanum belum makan, kan?" katanya, melirik Hanum yang tampak canggung.Hanum mengangguk kecil. "Iya, tadi aku cuma minum teh. Perut mulai keroncongan nih."Dandi menepuk bahu Alzam. "Yuk, ke kantin. Rey, kamu ikut juga. Kita nostalgia, cerita-cerita masa dulu sambil makan."Alzam tersentak dari pikirannya. "Iya, oke. Lani, ayo."Lani ter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 153. Mana Agna?

    Alzam masih tertegun, langkahnya terhenti di depan lelaki tinggi tegap berkulit sawo matang itu. "Kamu? Kenapa kamu di sini?" tanyanya, suara bergetar menahan perasaan tak menentu.Pria itu tersenyum santai, menepuk bahu Alzam. "Kejutan, ya? Aku di sini untuk periksa lanjutan. ""Lho, kenapa tidak di Rumah Sakit Angkatan Darat saja?" tanya Alzam."Sepupuku yang dokter di sini memintaku pindah ke rumah sakit ini saja. Karena aku ghak mau bolak-balik ke rumah sakit Angkatan Darat, ya aku nurut dia. lagian aku da nyaman sama dia dasripada ditangani dokter lain."Alzam tersenyum kecil, canggung. "Oh... aku baru tahu. Maaf jika semua ini harus terjadi padamu. Gara-gara kamu menyelamatkan aku, kamu yang kayak gini.""Sudah, jangan dibahas lagi," ujarnya terkekeh. "O, ya,.. jadi apa titisanmu itu? Jagan apa bidadari?""Jagoan.""Wah, cocok banget bisa nerusin impian kamu di dunia militer. Aku salut sama kamu, anak pertama lelaki, pasti seneng bisa kita ajak ngopi.""Ah, kamu bisa saja, kayak

DMCA.com Protection Status