Share

Bab 13. Pergi.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-10-04 03:33:12

"Salah, Mas. Kamu salah besar. Kamu sudah tau kan siapa aku, siapa kamu? Aku bukanlah orang yang pantas untuk dicintai siapapun, terlebih orang seperti kamu, Mas.."

"O, jadi itu pikiranmu sampai kamu tak memakai uang pemberianku, dan hanya kamu taruh di lacimu?"

"Mas, bukan tak sudi, Mas. Itu tidaklah hakku."

"Lani!" ditariknya Lani dan direngkuhnya dalam pelukannya. "aku sudah tak dapat menahan diriku mengatakan ini. Aku mencintaimu. Sejak kamu aku temukan itu, aku telah jatuh hati padamu."

Lani melepaskan dirinya dari pelukan Alzam. "Tidak, Mas. Lupakan semua pikiranmu itu. Kalau saja aku punya tempat lain selain di tempatmu, aku akan pergi, Mas. Tapi aku bisa ke mana lagi. Perlakukan aku seperti pekerja lainnya yang juga bekerja di tempatmu."

Alzam menarik tatap Lani dengan sedih.

"Kamu berhak mendapatkan lebih baik dari aku. Aku saja jijik dengan diriku yang telah dijamah pria dengan paksa. Setiap jengkal tubuhku rasanya hanya seonggok daging yang menjijikkan mengingat kejadian i
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 14. Tidak Pamitan.

    "Ini pembukuan yang harus kamu pelajari. Katanya kamu pingin kerja. Lupakan kalau aku pernah mengatakan sesuatu padamu," ucap Alzam setelah menarik tangan lani dan menyerahkan buku tebal. Namun saat dia menyadari Lani membawa sesuatu di tangannya, dia lalu menatap Lani dengan sekilas melihat kresek besar yang dibawanya."Kamu? Kamu mau ke mana?" tanya Alzam bingung. Lalu ditariknya kresek itu. Dan dibukanya. "Pakaian? Kamu mau pergi dari sini? Mau tinggalkan aku, hanya karena aku mengutarakan isi hati aku?""Saya,..""Balikin pakaian kamu. Setelah ini sarapan, kita segera ke gudang."Dengan pelan, Lani hanya diam sambil menuju ke kamarnya. Mengembalikan pakaiannya. Dan makan."Sudah selesai makannya?" tanya Alzam kemudian dengan menelisik jemari Lani. Cincin itu ada mata berliannya hinggah pasti nampak berkilau jika dipakai.Lani yang merasa Alzam melihat jarinya, jadi tak enak hati. Dia memang telah menaruh cincin itu di dekat alat make upnya."Iya, sudah, Mas." Ditariknya tangannya

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 15. Kedatangan Tamu.

    Setiap hari Lani melingkari kalender duduk yang berada di depan meja riasnya.. Lima belas hari sudah kepergian Alzam. Selama itu tidak ada khabar tentangnya. Lani kembali beraktifitas. Ke Gudang seperti biasa. Bahkan sekarang dia sudah memegang pembayaran dengan membawanya ke bank untuk sekedar di print. Untunglah ada sepeda matic Alzam yang bisa dibawa Lani ke manapun, hinggah dia tak perlu repot untuk minta antar siapapun yang di sana. Termasuk hari ini."Assalamualaikum!"Mbok Sarem terkejut dengan rombongan yang datang agak siang."Waalaikumussalam, Pak.""Ini Alzam ke mana, Mbok, kok aku telpon ghak bisa-bisa dalam beberapa hari terakhir?" Salma, ummi Alzam bertanya pada Mbok Sarem."Anu, Bu,.. Mas Alzam dinas ke Papua.""Pantas tidak bisa dihubungi, Mi," sahut Elma, adiknya Alzam yang sudah berkeliling mengitari rumah Alzam. Dia selalu bilang, senang dengan rumah Alzam yang berada di pedesaan. Tidak seperti rumah mereka yang di kota dan selalu penuh kesibukan."Wah, bunga Mas A

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 16. Kamu Mencintaiku.

    Lani terdiam. Dia berusaha menghalau perasaan rindunya yang selama ini mengganggunya. Dia bahkan memeluk bantal yang sering dipakai Alzam saat bersamanya tidur. Perasaan ini salah. Aku harus bisa menjauhkannya. Aku tak pantas untuknya. "Dhuk,.."Lani terkesiap. Dia kemudian berdiri dan meninggalkan meja makan itu. Hatinya teramat suntuk memikirkan perasaannya akhir-akhir ini yang kerap merindukan Alzam.Tidak, aku tak boleh memikirkannya lebih dalam lagi. Pernikahan ini harus segera berakhir, tekat Lani.Namun tekat hanya tinggal di bibirnya walau kala itu dia mengucapkannya dengan mantap.Saat malam sudah larut, dan Lani mendengar ada ramai yang berhenti di depan rumah, dia segera keluar kamarnya, menyongsong siapa yang kini tengah datang dan memandangnya dengan tatapan kerinduan yang sangat. Saat lelaki itu membuka pintu rumah dan menampakkan tubuh tinggi tegapnya di depan pintu yang sudah terbuka.Pantulan rembulan juga lampu temaram teras, menampakkan kulitnya yang tampak lebih g

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   17. Kubuat kamu pantas.

    "Saya akan berusaha memberinya pengertian bahwa kami memang tak mungkin bersama. Dari awal dia sudah tau saya tidak mencintainya, Mbok. Saya hanya korban karena adik saya. Saya akan mengatakan itu," tekat Alzam yang kemudian ditarik tangannya oleh Mbok Sarem."Bagaimana bisa, Mas?""Aku mencintainya lebih dari apapun, Mbok. Selama ini aku hanya mencari orang yang bisa aku rindukan setiap saat. Dan itu hanya aku temukan pada diri Lani. Apapaun resikonya, aku akan hadapi.""Mas yakin menghadapi resikonya?""Apapun resikonya, Mbok."Mbok Sarem kemudian hanya menatapnya. Dia tau betul keteguhan Alzam.Mbok Sarem lalu masuk dengan membongkar rangsel besar yang tadi malam dibawa Alzam. Mengeluarkan semua isinya untuk dibawa ke belakang dan dicuci."Kemarin orang tua Mas Alzam kemari.""Memangnya mereka mau ngapain, Mbok?" Mbok Sarem hanya melotot dengan menatap Alzam. "Mas lupa, ini sudah tanggal berapa?""Iya, tau. Elma mau nikah beberapa hari lagi.""Mas Alzam sibuk ngurusi hati aja sih,

    Last Updated : 2024-10-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   18. Bolehkan aku,..

    "Abi, Assalamualikum!" sapa Alzam saat mendengar orang yang di sebrang adalah abinya. Lani yang di dekatnya masih memeluk Alzam. Sengaja Alzam me-loos speker agar Lani bisa mendengar pembicaraan mereka.Sejenak Alzam menghela nafas lega. Syukurlah bukan dari kantor yang mengatakan ada tugas mendadak. Dia merasa masih enggan berpisah dengan Lani. Ini adalah kebahagiaan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Dan sedetik pun Alzam tak ingin jauh dari wanita yang bisa membuatnya berdebar saat di dekatnya itu."Bagaimana khabarmu, Nak?" "Baik, Abi. Apa khabar Abi, Ummi juga Elma?""Alhamdulillah baik, Nak." Sejenak terdiam, lalu Alzam mendengar seorang wanita menyahut di telpon."Alzam,..""Iya, Ummi. Ummi sehat?""Ei, kamu mau tau juga bagaimana keadaan Ummi?""Ummi, kenapa bilang begitu?""Habisnya kamu ghak pernah nelpon Ummi. Kapan kamu pulang?""Baru tadi malam, Mi. Makanya Alzam belum bisa telpon. Iin tadi baru mau telpon, sudah keduluan Abi.""Ghak apa, Nak, kalau kamu memang sibuk.

    Last Updated : 2024-10-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 19. Sebenarnya kami telah,..

    "Meminta apa, Mas?" tanya Lani dengan bergegas masuk ke kamarnya. Namun tangannya kemudian ditarik Alzam."Mulai sekarang, kamarmu di kamarku, jadi jangan ke sana lagi." Alzam mengurungkan apa yang ingi dimintanya pada Lani."Tapi barangku, Mas,..""Barang kamu juga sudah Ibu pindahkan, Lani. Ibu harap Mas Alzam benar mewujudkan janjinya untuk memperjuangkan pernikahan kalian," sahut Mbok Sarem."Ibu beresin kamar itu?""Iya. Ini spreinya sudah au Ibu gantikan dengan yang baru.""Ibu,.. kenapa ghak ngomong duluh sama Lani," rengek Lani."Apa kamu ghak suka di kamarku? Sini," Alzam sudah menggendong Lani dan dibawa masuk ke kamarnya.Sarem yang melihat kelakuan keduanya hanya menyunggingkan senyum. Terlebih setelah Alzam menutup pintunya."Mas, ini apaan sih, kok maksa gini. Aku enakan di kamar aku aja, Mas. Kamar kamu kayak rumah. Los banget.""Enakan kayak gini, loos banget, bener katamu. Kita bisa di manapun kalau pingin. Mau dicoba nanti malam?" bisik Alzam yang segera dapat taboka

    Last Updated : 2024-10-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 20. Minta restu.

    "Pak, saya mohon,.." Alzam sampai mengatupkan kedua tangannya."Maaf, Pak. Itu kejadiaannya memang darurat saat Lani sakit dan Mas Alzam merawat Lani.""Maafkan saya, Pak. Terlepas dari semuanya, saya memang mencintai Lani. Dan saya akan menikahinya resmi. Hanya semuanya butuh proses." Alzam sampai bersimpuh di dekat kaki bapaknya Lani yang membuat pria itu bergeser dengan tak enak hati."Kenapa kamu sampai bersimpu? Bangunlah!" Bapak Lani memegang pundak Alzam untuk duduk di sampingnya."Saya mohon maaf melangkahi Bapak.""Asal kamu tidak hanya bermaksud mempermainkan anak saya dengan pernikahan seperti itu, saya akan terima. Bagaimanapun posisi anak saya rentan jika terjadi apa-apa. Saya memang orang bodoh, tapi saya tau itu tak mungkin tidak mendudukkan Lani dalam posisis sulit jika memiliki anak sementara nikahnya hanya siri.""Saya mengerti itu, Pak.""Lalu apa rencana kalian?" "Saya akan usahakan Lani bisa meraih ijazah SMA duluh, baru setelah itu dia sekolah kembali, sambil sa

    Last Updated : 2024-10-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 21. Berhijab?

    Alzam dan Lani yang telah sepakat merahasiakan perkawinan mereka, dengan seketika berusaha menjauh. Alzam pun tak lagi memeluk pinggang Lani. Demikian juga Lani yang tadi tangannya juga melingkar di pinggang Alzam.Mereka pun menengok suara yang baru saja menyapanya."Dandi, buset kamu ngageti orang saja." Tinju Alzam pun melayang ke arah Dandi yang sudah terkekeh di belakang dia. Dengan sigap, tinju ditangkis Dandi."Lagi ngapain?" "Ini, Lani daftar kuliah di sini.""Lani kuliah?" tanya Dandi dengan heran. Di sampingnya seorang gadis tengah tersenyum menyapa."Iya, baru juga daftar." Alzam lalu melihat ke gadis berhijab yang bersama dengan Dandi. "Dia siapa? Ghak dikenalin ya?""Dia Hanum, juga mahasiswi di sini."Hanum lalu menyalami Lani dan mengatupkan kedua tangannya di dada untuk Alzam."Dia siapa?" bisik Alzam."Masih pedekate. Ketemuanya juga di komplek ini saat aku pulang kantor mampir makan, kebetulan dia makan di sana," bisik Dandi pula."Ei, lagi bahas aku ya?" Hanum meras

    Last Updated : 2024-10-23

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 167. Karena Cinta

    Lani duduk di ruang tengah, matanya menatap kosong ke arah jendela. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin, namun ia bahkan tak menyadarinya. Di sebelahnya, Towirah mencoba memulai percakapan."Lani, jangan begini terus. Kamu harus kuat, Nak," ucap Towirah dengan suara lembut.Wagimin mendekat, membawa sebuah baki berisi pisang goreng hangat. "Ayo makan dulu. Pikiran berat nggak akan hilang kalau perut kosong," katanya sambil tersenyum tipis.Namun, Lani tetap diam. Hanya sekelumit air mata yang tergantung di sudut matanya. Mbok Sarem, yang duduk di sebelahnya, memandang Lani dengan prihatin."Apa Mas Alzam nggak pamit baik-baik sama kamu, Lani?" tanya Mbok Sarem pelan, mencoba menguatkan Lani.Lani menoleh, suaranya serak ketika menjawab. "Dia pamit, Mbok. Tapi rasanya seperti dia pergi untuk selamanya.""Dia pamit, Lani. Dan aku rasa dia juga berat saat pergi sampai dia kembali lagi kan? Jadi jangan berfikir negatif duluh. Dia orang yang bertanggungjawab. Tidak akan mungki

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 166. Membuang impian

    Alzam muncul dari belakang Lani. Ia melirik ke arah ibunya, lalu mengangguk. "Ayo, Mi.""Kamu ghak ngomong sama Lani duluh?""Ngomong apa, Mi?""Mereka sebenarnya menjemput Agna bersamamu. Kakak Agna datang dan ingin berkumpul dengan kalian.""Maksudnya ke rumah orangtua Agna?""Iya, begitulah.""Bagaimana ya, Mi, ini kan masih waktunya Alzam bersama dengan Lani. Kalau ke sana,..""Mas, ghak apa-apa. Pergilah," ucap Lani dengan menahan sesak di hatinya.Salma memandangi putranya dan Lani bergantian dengan perasaan campur aduk. Dalam hatinya, ia mengulang-ulang doa yang sama: "Tuhan, lindungi mereka dari segala kesulitan."Saat Alzam melangkah keluar rumah, Salma menoleh sekali lagi ke arah Lani dan Senja yang berdiri di ambang pintu. Bayangan mereka tersenyum, membuat Salma tak mampu menahan air mata yang menggenang. Ia berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa, namun hatinya terus berdoa. Do'a yang tidak sama dengan yang diucapkan Lani yang segera beranjak ke kamarnya dengan menyuruh Se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 165. Menjemput

    "Nyonya! Kejutan kok mampir ke sini," ucap pembantu Agna saat melihat dua orang di depan pintu. Kedua orang itu pun tersenyum sambil melangkah masuk.Salma dan Thoriq yang sedang minum teh sambil nonton TV di ruang tengah,segera bangkit dan menyalami mereka berdua. Lalu mempersilahkan duduk.Baskara, ayah Agna, menyisipkan percakapan dengan nada lebih ringan. "Bagaimana kabar semua di sini? Lama tidak mampir.""Baik, Pak Baskara," jawab Thoriq datar, meski ada sedikit ketegangan di nadanya. "Tapi saya heran, tumben sore begini datang? Ada keperluan khusus?"Sandra terkekeh kecil. "Bukan keperluan, Pak. Cuma mau ajak Agna sebentar. Kakaknya sudah lama ingin ketemu. Dia baru datang kemarin bersama istrinya, makanya kami ke sini sekalian mampir jemput Agna. Mereka ingin berkumpul lagi seperti duluh saat masih di rumah bersama.""Hanya itu?" Salma akhirnya membuka suara, memandang Sandra dengan sorot mata yang penuh tanya.Sandra mengangguk sambil tersenyum. "Hanya itu. Oh, dan sekalian i

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 164. Keputusan yang berat

    Langkah Agna perlahan memasuki rumah besar itu. Wajahnya sedikit muram. Di ruang tamu, Salma sedang duduk bersama suaminya, Thoriq. Suasana terlihat tegang, dengan percakapan yang setengah terhenti saat Agna muncul."Agna," sapa Salma, tersenyum kecil meski matanya menyimpan kelelahan. "Kamu naik apa tadi?""Taxi," jawab Agna singkat sambil melepas sepatunya. Ia merasa suasana rumah ini tidak seperti biasanya. Walau dia juga merasa kegerahan dengan keluarga Alzam yang tinggal di sana. Entah sampai kapan mereka betah di sini, bathinnya. Llau menatap Salma. "Di mana Mas Alzam, Ummi? Apa dia sudah pulang?"Salma sekejab merasa bersalah dengan kelakuan anaknya. "Iya, tadi pulang dengan tergesa, sampai lupa kalau kamu masih di kantor."Thoriq yang sejak tadi hanya duduk dengan raut serius akhirnya menyahut. "Biar untuk pembelajaran bagi Agna, Mi. Bukannya setelah ini dia harus belajar sendiri?"Agna mengerutkan kening, bingung. "Maksud Abi apa?"Sebelum Thoriq menjawab, Elmi, adik ipar Ag

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 163. Kamu bisa tanpanya

    Langkah Wagimin terasa mantap memasuki rumah besar itu, diiringi Towirah dan Senja yang berada di belakangnya. Mereka nampak bercanda, tertawa kecil mencandai Senja. Rumah tampak lengang, hanya suara tangis lirih dari ruang keluarga yang menarik perhatian mereka. Wagimin mempercepat langkahnya, masuk tanpa permisi.Lani tampak duduk di sofa dengan wajah merah dan mata sembap. Ia memeluk Alzam erat, seakan mencoba menenangkan kegundahan lelaki itu. Alzam sendiri hanya diam, wajahnya tertunduk, tampak berat menahan beban."Ada apa ini?" suara Wagimin memecah keheningan. Lani menoleh, napasnya terisak."Mas diberi waktu seminggu..." suara Lani gemetar, "...untuk merenungkan pernikahan kami. Dan meluruskan pernikahan resminya dengan Agna."Towirah memandang Lani dengan tatapan tajam, sementara Senja yang masih bocah hanya berdiri kikuk di belakang Towirah, lalu pergi ke belakang rumah. Wagimin mendekat, wajahnya memerah menahan amarah."Alzam, apa maksudnya ini?" tanyanya lantang. "Dulu,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 162. Aku besamamu!

    Saat tiba di rumah, langkah Alzam terasa berat. Di depan pintu, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam. Pikiran tentang percakapan dengan Letkol Bara masih bergelayut di benaknya. Dia baru teringat kalau dia tak menghampiri Agna. Segera saja Alzam mengirim WA, meminta maaf dan menyuruh Agna untuk naik ojek online yang banyak dia jumpai di depan kantornya. Namun handhpone Agna tidak aktif."Alzam, kamu kenapa?" tanya Ummi Salma begitu pintu terbuka.Alzam berusaha tersenyum. "Tidak apa-apa, Ummi."Salma hanya diam dengan membiarkan putranya itu masuk."Lalu Agna tidak bersamamu?""Maaf, Ummi. Tadi Alzam lupa." Alzam tak ingin mendengar umminya curiga lagi. Dia segera pergi lewat belakang, untuk ke rumah Lani.Rumah nampak lenggang. Hanya ada Mbok Sarem yang bersih-bersih. Thoriq bersama Elma dan suaminya pergi ke gudang sekalian melihat pabrik Lani. Demikian juga dengan Towirah dan Wagimin, juga Senja. Sementara Lani sudah pulang seperti kebiasaanya pulang lebih awal jika Alzam waktu

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 161. Konsekwensi

    Langkah Alzam mantap menapaki jalan menuju kantor Pak Bara. Matahari siang terasa terik, namun ia tak peduli. Pikiran tentang panggilan mendadak dari komandannya, Letkol Bara, membuat dadanya terasa sesak. Panggilan ini terasa tak biasa—seolah ada sesuatu yang penting dan mendesak menantinya.Setibanya di lokasi yang ditempati komandannya, seorang prajurit yang berjaga memberi hormat. Alzam membalasnya dengan anggukan singkat, lalu masuk ke area markas. Suasana di sana penuh kesibukan khas militer: suara langkah kaki berbaris terdengar tegas, beberapa kendaraan taktis terparkir rapi, dan beberapa prajurit berdiskusi serius di sudut halaman.Di gedung utama markas, Alzam menyesuaikan topinya, melangkah masuk ke ruang utama.Di ruang briefing, beberapa prajurit duduk menghadap papan tulis besar, mendiskusikan peta operasi yang terpampang di sana. Suara seruan komandan peleton menggema, memerintahkan evaluasi strategi. Di sisi lain, beberapa staf administrasi sibuk dengan dokumen dan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   160. Bisa memilih

    Rumah itu masih lengang. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul tiga dini hari. Salma terbangun dari tidur nyenyaknya dan berniat melaksanakan tahajud. Langkahnya pelan keluar dari kamar dan menyalakan lampu di musholla. Namun begitu mendengar langkah kaki di ruang tengah, ia beranjak ke sana dan mendapati seseorang yang baru datang."Agna?" suara Salma setengah berbisik, jelas tak menyangka melihat menantunya di sana baru datang dari luar, malam-malam seperti ini. Agna, dengan wajah lelah dan mata yang sedikit sembab, hanya menoleh pelan tanpa bicara."Kamu baru datang?" Salma mendekat, memastikan itu bukan bayangan semata. "Dai mana saja kamu, Agna, kenapa malam sekali baru pulang?"Agna mengusap wajahnya, mencoba menahan kantuk yang sudah menyerangnya. "Dari luar, Mi. Ini kan malam tahun baru. Biasanya kita kumpul-kumpul sampai pergantian malam."Salma memandangnya penuh tanda tanya. "Kenapa ghak ngajak Alzam?"Agna tertawa kecil, getir. "Ummi tau sendiri kan bagaimana Mas Al

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   159. Bagaimana caranya?

    Di sebuah hotel, suara tawa terdengar dari kamar di lantai lima. Agna duduk di tepi tempat tidur, kakinya terayun pelan. Di hadapannya, Arhand berdiri sambil membawa segelas kopi yang masih mengepul."Arhand, kamu lucu banget kalau lagi cerita gitu." Agna tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Aku nggak pernah nyangka orang kayak kamu bisa selucu ini." Arhand memang menceritakan satu pengalamannya saat tahun baru bersama keluarga besar mereka saat mereka masih berkumpul bersama.Arhand tersenyum tipis, tetapi matanya berbinar. Tatapannya penuh kekaguman setiap kali memandang Agna. Ada sesuatu dalam sorot matanya—seperti seseorang yang benar-benar jatuh cinta, tetapi terlalu takut untuk mengatakannya. Ia menatap wajah Agna, memperhatikan setiap detail, seolah tak ingin melewatkan satu pun momen bersamanya."Agna," katanya pelan, suaranya rendah tetapi penuh perasaan. "Aku nggak tahu apa yang aku rasakan ini. Tapi setiap kali aku di dekat kamu, aku merasa seperti... semuanya

DMCA.com Protection Status