Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / 17. Kubuat kamu pantas.

Share

17. Kubuat kamu pantas.

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-16 07:46:38

"Saya akan berusaha memberinya pengertian bahwa kami memang tak mungkin bersama. Dari awal dia sudah tau saya tidak mencintainya, Mbok. Saya hanya korban karena adik saya. Saya akan mengatakan itu," tekat Alzam yang kemudian ditarik tangannya oleh Mbok Sarem.

"Bagaimana bisa, Mas?"

"Aku mencintainya lebih dari apapun, Mbok. Selama ini aku hanya mencari orang yang bisa aku rindukan setiap saat. Dan itu hanya aku temukan pada diri Lani. Apapaun resikonya, aku akan hadapi."

"Mas yakin menghadapi resikonya?"

"Apapun resikonya, Mbok."

Mbok Sarem kemudian hanya menatapnya. Dia tau betul keteguhan Alzam.

Mbok Sarem lalu masuk dengan membongkar rangsel besar yang tadi malam dibawa Alzam. Mengeluarkan semua isinya untuk dibawa ke belakang dan dicuci.

"Kemarin orang tua Mas Alzam kemari."

"Memangnya mereka mau ngapain, Mbok?"

Mbok Sarem hanya melotot dengan menatap Alzam. "Mas lupa, ini sudah tanggal berapa?"

"Iya, tau. Elma mau nikah beberapa hari lagi."

"Mas Alzam sibuk ngurusi hati aja sih,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   18. Bolehkan aku,..

    "Abi, Assalamualikum!" sapa Alzam saat mendengar orang yang di sebrang adalah abinya. Lani yang di dekatnya masih memeluk Alzam. Sengaja Alzam me-loos speker agar Lani bisa mendengar pembicaraan mereka.Sejenak Alzam menghela nafas lega. Syukurlah bukan dari kantor yang mengatakan ada tugas mendadak. Dia merasa masih enggan berpisah dengan Lani. Ini adalah kebahagiaan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Dan sedetik pun Alzam tak ingin jauh dari wanita yang bisa membuatnya berdebar saat di dekatnya itu."Bagaimana khabarmu, Nak?" "Baik, Abi. Apa khabar Abi, Ummi juga Elma?""Alhamdulillah baik, Nak." Sejenak terdiam, lalu Alzam mendengar seorang wanita menyahut di telpon."Alzam,..""Iya, Ummi. Ummi sehat?""Ei, kamu mau tau juga bagaimana keadaan Ummi?""Ummi, kenapa bilang begitu?""Habisnya kamu ghak pernah nelpon Ummi. Kapan kamu pulang?""Baru tadi malam, Mi. Makanya Alzam belum bisa telpon. Iin tadi baru mau telpon, sudah keduluan Abi.""Ghak apa, Nak, kalau kamu memang sibuk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 19. Sebenarnya kami telah,..

    "Meminta apa, Mas?" tanya Lani dengan bergegas masuk ke kamarnya. Namun tangannya kemudian ditarik Alzam."Mulai sekarang, kamarmu di kamarku, jadi jangan ke sana lagi." Alzam mengurungkan apa yang ingi dimintanya pada Lani."Tapi barangku, Mas,..""Barang kamu juga sudah Ibu pindahkan, Lani. Ibu harap Mas Alzam benar mewujudkan janjinya untuk memperjuangkan pernikahan kalian," sahut Mbok Sarem."Ibu beresin kamar itu?""Iya. Ini spreinya sudah au Ibu gantikan dengan yang baru.""Ibu,.. kenapa ghak ngomong duluh sama Lani," rengek Lani."Apa kamu ghak suka di kamarku? Sini," Alzam sudah menggendong Lani dan dibawa masuk ke kamarnya.Sarem yang melihat kelakuan keduanya hanya menyunggingkan senyum. Terlebih setelah Alzam menutup pintunya."Mas, ini apaan sih, kok maksa gini. Aku enakan di kamar aku aja, Mas. Kamar kamu kayak rumah. Los banget.""Enakan kayak gini, loos banget, bener katamu. Kita bisa di manapun kalau pingin. Mau dicoba nanti malam?" bisik Alzam yang segera dapat taboka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 20. Minta restu.

    "Pak, saya mohon,.." Alzam sampai mengatupkan kedua tangannya."Maaf, Pak. Itu kejadiaannya memang darurat saat Lani sakit dan Mas Alzam merawat Lani.""Maafkan saya, Pak. Terlepas dari semuanya, saya memang mencintai Lani. Dan saya akan menikahinya resmi. Hanya semuanya butuh proses." Alzam sampai bersimpuh di dekat kaki bapaknya Lani yang membuat pria itu bergeser dengan tak enak hati."Kenapa kamu sampai bersimpu? Bangunlah!" Bapak Lani memegang pundak Alzam untuk duduk di sampingnya."Saya mohon maaf melangkahi Bapak.""Asal kamu tidak hanya bermaksud mempermainkan anak saya dengan pernikahan seperti itu, saya akan terima. Bagaimanapun posisi anak saya rentan jika terjadi apa-apa. Saya memang orang bodoh, tapi saya tau itu tak mungkin tidak mendudukkan Lani dalam posisis sulit jika memiliki anak sementara nikahnya hanya siri.""Saya mengerti itu, Pak.""Lalu apa rencana kalian?" "Saya akan usahakan Lani bisa meraih ijazah SMA duluh, baru setelah itu dia sekolah kembali, sambil sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 21. Berhijab?

    Alzam dan Lani yang telah sepakat merahasiakan perkawinan mereka, dengan seketika berusaha menjauh. Alzam pun tak lagi memeluk pinggang Lani. Demikian juga Lani yang tadi tangannya juga melingkar di pinggang Alzam.Mereka pun menengok suara yang baru saja menyapanya."Dandi, buset kamu ngageti orang saja." Tinju Alzam pun melayang ke arah Dandi yang sudah terkekeh di belakang dia. Dengan sigap, tinju ditangkis Dandi."Lagi ngapain?" "Ini, Lani daftar kuliah di sini.""Lani kuliah?" tanya Dandi dengan heran. Di sampingnya seorang gadis tengah tersenyum menyapa."Iya, baru juga daftar." Alzam lalu melihat ke gadis berhijab yang bersama dengan Dandi. "Dia siapa? Ghak dikenalin ya?""Dia Hanum, juga mahasiswi di sini."Hanum lalu menyalami Lani dan mengatupkan kedua tangannya di dada untuk Alzam."Dia siapa?" bisik Alzam."Masih pedekate. Ketemuanya juga di komplek ini saat aku pulang kantor mampir makan, kebetulan dia makan di sana," bisik Dandi pula."Ei, lagi bahas aku ya?" Hanum meras

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 22. Belum bisa mengajakmu.

    "Hm, begini," ucap Alzam ragu. "Sayang, kalau besuk aku bersama Mbok Sarem pergi, kamu jangan tersinggung, ya.""Memangnya kenapa, Mas kok gharus tersinggung?""Adikku menikah. Aku belum bisa mengenalkanmu ke keluargaku. Kamu yang sabar ya. Dan sekali lagi, kamu jangan tersinggung. Semua ini kita lakukan dengan pelan.""Aku selama ini tidak pernah berharap, Mas. Tapi kamu yang telah memberiku kesempatan ini. Aku akan selalu percaya, tiap apa yang kaulakukan adalah demi kebaikan kita." "Terimakasih. Kita hanya menunggu waktu."Pagi sekali, akhirnya Alzam bersama Mbok Sarem pergi ke kota, ke rumah orang tua Alzam yang dari pagi mulai nikahnya dan malamnya akan diadakan resepsi di gedung."Jaga diri baik-baik, Lani!""Tenang, Mas. aku kan bersama Mbak Tia di sini. Tia adalah asisten Lani yang kini juga membantunya di gudang. Dia anak baru lulus SMA, anak desa Alzam yang baru beberapa hari hari diajak Lani bekerja membantunya.Usaha Alzam yang sejak dipegang Lani makin berkembang memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 23. Pernikahan Elmi.

    Sejenak senyum Alzam hilang ditelan gadis yang kini tengah berdiri menatapnya dengan tersenyum. Tubuhnya tinggi semampai nampak anggun dengan rok dan hijab modisnya."Apa kabar Agna? Senang kamu bisa menyempatkan datang," sambut Salma dengan merangkul Agna dan kedua orang itu pun cipika cipiku seperti biasanya jika ketemu. "Maaf, Ummi, agak telat. ini juga aku longgar-longgarin. Udah pas hari Sabtu juga ada aja acara yang digelar partai," ucapnya lalu menatap Alzam dengan penuh percaya diri.“Ghak apa, Ummi ngerti sebagi tenaga legislatif muda kamu memang banyak acara. Ini kamu sempatin ajakan ummi, ummi sudah senang.”"Kamu juga baru nyampek?" tanyanya ke Alzam."Heem," sahut Alzam malas. Lalu duduk di sebelah kedua nenek kakeknya.“Ayo ummi antar kamu ke kamar Alzam,, biar kamu dirias di sana,”"Ummi, kenapa ghak di kamar tamu saja kayak yang lain?" tanya Alzam protes. dia memang bingung kalau nanti apa-apa di kamarnya dan ada Agna.“Memangnya kenapa? Toh dia calon kamu. Kalian juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 24. Duka diantara gembira.

    "Ummi, .." Alzam merangkul umminya. Berusaha menguatkannya. Wanita itu pun menangis sesenggukan.“Kenapa masmu begitu cepat pergi hinggah dia tak dapat menyaksikan semua ini?” ucapnya kemudian.“Ummi jangan lagi memikirkannya. Dia sudah tenang di sana," hibur Alzam.“Dia bahkan tak dapat merasakan bagaimana indahnya menjadi pengantin. Semua ini gara-gara gadis desa itu. ”“Ummi, kenapa Ummi menyalahkan gadis itu terus? Mas hanya tak belum menemukan jodohnya.”“Aku tidak akan mengampuninya jika ketemu dengannya.”“Jangan berkata begitu, Mi. Kita bahkan tidak tau ada apa dengan mereka. Mas tak pernah bercerita apapun tentang gadis itu. Dia hanya menyimpan foto-fotonya dan mengatakan ”Maaf!" Lebih dari itu kita tidak pernah tau ada apa sebenarnya."“Bisa jadi gadis itu yang membuat masmu tidak mau menikah dengan siapapun dan hanya memikirkannya. Entah apa yang telah diperbuat gadis itu sampai masmu begitu menyimpannya sampai akhir hidupnya. Hinggah kecelakaan itu terjadi, dan masmu,.."“

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 25. Memastikan.

    “Saya tau, kita harus membahasnya, karena kita juga tidak pasti kapan bisa punya waktu luang dan bertemu. Maaf jika selama ini Alzam masih belum bisa memberi kepastian.”“Sebenarnya sih ghak apa-apa, Pak. Asal anak kita salin mendekat. Setidaknya biar mereka salin mengenal terlebih dahulu.”Thoriq menarik nafas lega. Baru saja dia merasakan hal yang perih saat mengenang Madan dengan melihat kebahagiaan Elmi, bagaimana bisa jika sekarang kembali dia dihadapkan dengan masalah pernikahan Alzam?"Kita ngobrol sambil mencicipi hidangan, sekalian kita biar mendekat dengan Alzam yang di sana," ajak Salma. Kedua orang tua Alzam segera menatap sudut, dimana di sana dia memang melihat pemuda tinggi tampan berbaju batik lengan panjang dengan sorot mata coklat lembutnya tengah berbincang dengan sesekali menyunggingkan senyumnya, termasuk dengan mengajak mereka tersenyum tadi. Dia amat tampan dengan bentuk tubuhnya yang proporsional itu, cocok sekali dengan Agna, pikir Sandra.Sementara di sudut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 291. Ustaz Besar

    .Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."Rey terbelalak. "Nggak salah?"Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?""Iya, Abi bilang beg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 290. Buber

    Mira menarik napas dalam-dalam. Hawa sore terasa berat di dadanya. Sudah setengah bulan sejak terakhir kali melihat Rey, dan selama itu, ia berusaha keras menekan kerinduan yang terus muncul.Dulu, dia selalu bisa menelepon Rey kapan saja, mendengar suaranya, bercanda, atau sekadar berbagi cerita tentang hari yang melelahkan. Tapi setelah pertengkaran mereka terakhir kali, dia lebih banyak memilih diam. Bahkan saat Rey menelpon, dia seolah enggan menjawab, hinggah akhirnya, Rey tak menelpon sama sekali.Bukan karena sudah tidak peduli.Justru karena terlalu peduli.Dan sekarang, Rey tiba-tiba muncul di depan rumah, berdiri dengan ekspresi canggung, seperti seseorang yang sudah lama menunggu tetapi takut ditolak."Kamu..." Mira menatapnya, berusaha menutupi getaran yang terasa di suaranya. "Ngapain ke sini?"Rey tersenyum kecil. "Emang ada nyang glarang aku ke sini? Aku ngajak buka puasa bareng."Mira melipat tangan, mencoba terlihat acuh. "Kenapa harus ngajak aku?""Karena aku kangen,"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 289. Aku suaminya

    Seorang pria berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap, tetapi sorot matanya penuh keraguan.Arya menatapnya tajam. Ada kemarahan, tetapi juga kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Akhirnya kamu datang juga." Suaranya datar, tapi menusuk.Arhand mengangguk pelan. "Aku harus datang."Hening sejenak. Arhand menggenggam erat kedua tangannya, mencoba menahan emosi yang bergejolak."Agna bagaimana?" Suaranya bergetar.Arya tidak langsung menjawab. Ia menatap lelaki itu lekat-lekat, mencoba membaca ketulusan di sana. Akhirnya, ia melangkah mundur, memberi jalan."Masuklah," katanya singkat.Arhand meneguk ludah. Langkahnya berat saat memasuki kamar Agna. Ruangan terasa dingin, bukan karena suhu, melainkan suasana yang mencekam. Hatinya berdegup tak karuan saat melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya.Di atas ranjang, Agna tergolek lemah. Wajahnya pucat, mata sayu, tubuhnya terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.Sandra duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putr

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 288. Pengantin pengganti

    "Assalamualaikum!"Matahari mulai meredup ketika suara ketukan terdengar dari pintu depan. Jamilah meletakkan gelas tehnya, melirik ke arah jam dinding. Sore. Siapa yang datang tanpa pemberitahuan?Dari balik tirai, terlihat dua sosok berdiri ragu. Manda, dengan wajah cemas, sementara suaminya, Armand, tampak berat saat hendak mengetuk lagi.Jamilah buru-buru membukakan pintu. "Manda?"Manda tersenyum kaku. "Maaf, mendadak. Boleh masuk sebentar?"Jamilah memberi isyarat agar mereka duduk. Tatapannya tak lepas dari wajah Manda yang terlihat tegang. "Ada apa?"Armand menarik napas. "Kami datang untuk meminta maaf."Jamilah mengerutkan dahi. "Minta maaf?"Manda menggenggam jemari suaminya, lalu menatap Jamilah lekat-lekat. "Putra kami, Arhand... tidak bisa meneruskan pernikahan ini."Jamilah tercekat. "Apa maksudmu?"Armand menundukkan kepala. "Arhand harus bertanggung jawab. Dia telah menghamili seorang wanita."Hening.Jamilah merasakan darahnya berdesir. Tenggorokannya tercekat. "Apa?"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 287. Menebus dosa

    Agna terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, keringat membasahi pelipisnya. Tangan menggenggam perut, napas tersengal. Sebuah baskom tergeletak di samping ranjang, bekas muntahannya yang baru saja, masih terlihat.Arya berdiri di ujung tempat tidur, tatapannya penuh kebingungan.Seorang suster mendekat, lalu mengambil basom itu dan membawanya ke amar mandi di kamar Agna."Agna, mau minum sedikit?" suara Sandra bergetar, tangannya menyodorkan segelas air putih.Agna hanya menggeleng lemah. "Enggak, Bu... enggak masuk..." bisiknya.Sandra menelan ludah. Matanya berkaca-kaca. "Kamu harus makan, Nak. Ini sudah berkali-kali muntah. Badanmu lemas begini..."Arya meremas jemarinya, mencoba menahan diri. "Agna, setidaknya makan roti sedikit. Minum jus? Biar enggak makin drop," bujuknya.Agna terisak. "Mungkin... ini balasan buat aku, Pi. Tuhan menghukum aku atas dosa-dosa yang sudah aku buat.""Agna, jangan berali-ali mengatakan itu, Nak." Sandra mengusap air matanya."Aku memang ja

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Belajar jadi imam

    Siang itu, udara panas menyengat. Rey baru saja selesai tugas ketika Kapten Brian menghampirinya dengan senyum khasnya."Ayo makan siang," ajaknya.Rey melirik jam tangan. "Lagi puasa."Brian terkekeh. "Oh iya, lupa. Baru hari pertama, ya?"Rey mengangguk."Kalau gitu, nanti kalau puasamu udah jalan beberapa hari, aku ajak makan. Mungkin waktu itu udah nggak kuat, kan?"Rey terdiam.Brian tidak bermaksud meremehkan. Baginya, itu hanya candaan. Tapi di telinga Rey, ada benarnya. Selama ini, puasanya memang sering bolong. Bukan karena fisik tidak kuat—di hutan, ia bisa bertahan berhari-hari hanya makan seadanya. Masalahnya bukan tubuh, tapi hati.Sebelum ini, Rey tidak terlalu memikirkan. Puasa setengah bulan pun sudah cukup baginya. Tapi sejak Mira berkata akan mengikuti imamnya, sesuatu terasa berbeda.Rey menegakkan punggung. "Nggak, tahun ini aku puasa penuh."Brian menatapnya, sedikit heran. "Serius?"Rey mengangguk mantap. "Serius."Brian tersenyum kecil. "Oke, kita lihat nanti."

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Layakkah?

    Rey keluar kamar dengan langkah mantap. Seragam hijau tua itu melekat rapi di tubuhnya, menunjukkan kedisiplinan seorang tentara. Pangkat Mayor di bahunya memberi kesan berwibawa. Sepatu hitam mengkilap, semirnya sempurna, mencerminkan kebiasaan hidup yang tertata.Di meja makan, Marni yang tengah merapikan piring setelah dipakai sahur tadi, menoleh. Matanya berbinar melihat calon menantunyanya dalam balutan seragam resmi."MasyaAllah..." gumamnya, tersenyum bangga. "Kamu tampak gagah, Le."Rey tertawa kecil. "Bu, biasa saja. Jangan berlebihan. Rey jadi malu." Dia memang malu teringat apa yang terjadi semalam.Marni menggeleng. "Nggak bisa biasa. Kamu ini kebanggaan keluarga ini sekarang. "Tukiran yang duduk di ruang depan, sedang membaca Al Qur'an, menoleh pelan. Wajahnya memancarkan kebanggaan yang tak bisa disembunyikan."Tadi malam orang-orang di serambi sudah ribut soal kita yang bakal mantu habis Lebaran," katanya dengan suara berat. "Mereka semua kagum calon mantuku tentara,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status