Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 22. Belum bisa mengajakmu.

Share

Bab 22. Belum bisa mengajakmu.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-10-23 14:23:30
"Hm, begini," ucap Alzam ragu. "Sayang, kalau besuk aku bersama Mbok Sarem pergi, kamu jangan tersinggung, ya."

"Memangnya kenapa, Mas kok gharus tersinggung?"

"Adikku menikah. Aku belum bisa mengenalkanmu ke keluargaku. Kamu yang sabar ya. Dan sekali lagi, kamu jangan tersinggung. Semua ini kita lakukan dengan pelan."

"Aku selama ini tidak pernah berharap, Mas. Tapi kamu yang telah memberiku kesempatan ini. Aku akan selalu percaya, tiap apa yang kaulakukan adalah demi kebaikan kita."

"Terimakasih. Kita hanya menunggu waktu."

Pagi sekali, akhirnya Alzam bersama Mbok Sarem pergi ke kota, ke rumah orang tua Alzam yang dari pagi mulai nikahnya dan malamnya akan diadakan resepsi di gedung.

"Jaga diri baik-baik, Lani!"

"Tenang, Mas. aku kan bersama Mbak Tia di sini. Tia adalah asisten Lani yang kini juga membantunya di gudang. Dia anak baru lulus SMA, anak desa Alzam yang baru beberapa hari hari diajak Lani bekerja membantunya.

Usaha Alzam yang sejak dipegang Lani makin berkembang memang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 23. Pernikahan Elmi.

    Sejenak senyum Alzam hilang ditelan gadis yang kini tengah berdiri menatapnya dengan tersenyum. Tubuhnya tinggi semampai nampak anggun dengan rok dan hijab modisnya."Apa kabar Agna? Senang kamu bisa menyempatkan datang," sambut Salma dengan merangkul Agna dan kedua orang itu pun cipika cipiku seperti biasanya jika ketemu. "Maaf, Ummi, agak telat. ini juga aku longgar-longgarin. Udah pas hari Sabtu juga ada aja acara yang digelar partai," ucapnya lalu menatap Alzam dengan penuh percaya diri.“Ghak apa, Ummi ngerti sebagi tenaga legislatif muda kamu memang banyak acara. Ini kamu sempatin ajakan ummi, ummi sudah senang.”"Kamu juga baru nyampek?" tanyanya ke Alzam."Heem," sahut Alzam malas. Lalu duduk di sebelah kedua nenek kakeknya.“Ayo ummi antar kamu ke kamar Alzam,, biar kamu dirias di sana,”"Ummi, kenapa ghak di kamar tamu saja kayak yang lain?" tanya Alzam protes. dia memang bingung kalau nanti apa-apa di kamarnya dan ada Agna.“Memangnya kenapa? Toh dia calon kamu. Kalian juga

    Last Updated : 2024-10-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 24. Duka diantara gembira.

    "Ummi, .." Alzam merangkul umminya. Berusaha menguatkannya. Wanita itu pun menangis sesenggukan.“Kenapa masmu begitu cepat pergi hinggah dia tak dapat menyaksikan semua ini?” ucapnya kemudian.“Ummi jangan lagi memikirkannya. Dia sudah tenang di sana," hibur Alzam.“Dia bahkan tak dapat merasakan bagaimana indahnya menjadi pengantin. Semua ini gara-gara gadis desa itu. ”“Ummi, kenapa Ummi menyalahkan gadis itu terus? Mas hanya tak belum menemukan jodohnya.”“Aku tidak akan mengampuninya jika ketemu dengannya.”“Jangan berkata begitu, Mi. Kita bahkan tidak tau ada apa dengan mereka. Mas tak pernah bercerita apapun tentang gadis itu. Dia hanya menyimpan foto-fotonya dan mengatakan ”Maaf!" Lebih dari itu kita tidak pernah tau ada apa sebenarnya."“Bisa jadi gadis itu yang membuat masmu tidak mau menikah dengan siapapun dan hanya memikirkannya. Entah apa yang telah diperbuat gadis itu sampai masmu begitu menyimpannya sampai akhir hidupnya. Hinggah kecelakaan itu terjadi, dan masmu,.."“

    Last Updated : 2024-10-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 25. Memastikan.

    “Saya tau, kita harus membahasnya, karena kita juga tidak pasti kapan bisa punya waktu luang dan bertemu. Maaf jika selama ini Alzam masih belum bisa memberi kepastian.”“Sebenarnya sih ghak apa-apa, Pak. Asal anak kita salin mendekat. Setidaknya biar mereka salin mengenal terlebih dahulu.”Thoriq menarik nafas lega. Baru saja dia merasakan hal yang perih saat mengenang Madan dengan melihat kebahagiaan Elmi, bagaimana bisa jika sekarang kembali dia dihadapkan dengan masalah pernikahan Alzam?"Kita ngobrol sambil mencicipi hidangan, sekalian kita biar mendekat dengan Alzam yang di sana," ajak Salma. Kedua orang tua Alzam segera menatap sudut, dimana di sana dia memang melihat pemuda tinggi tampan berbaju batik lengan panjang dengan sorot mata coklat lembutnya tengah berbincang dengan sesekali menyunggingkan senyumnya, termasuk dengan mengajak mereka tersenyum tadi. Dia amat tampan dengan bentuk tubuhnya yang proporsional itu, cocok sekali dengan Agna, pikir Sandra.Sementara di sudut,

    Last Updated : 2024-10-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 26. Menggoyahkan.

    "Beri saya waktu, Tante. Sepertinya dengan kejadian yang menimpa dengan mas saya belum lama ini, membuat saya kembali tak dapat mengambil keputusan pasti. Ini saja kalau bukan karena Elmi sudah ditentukan tanggalnya dan kata pihak lelaki akan ghak gampang untuk mencari hari lain lagi di tahun ini, kita ghak akan teruskan." Alzam berusaha mencari alasan untuk mengulur waktu. "Tapi kamu ghak harus berkorban untuk peristiwa ini, Alzam, jika kamu ingin meluruskan hubungan kalian." Thoriq emmberi nasehat. Nasehat yang justru membebani Alzam."Kamu sudah duapuluh tujuh tahun, Alzam. Sudah pantas menikah, nunggu apa lagi?" ucap Salma yang malah memojokkan Alzam."Mi, ..Ummi ghak tau gimana hidup seorang prajurit. Terlebih Agna masihlah muda. Apa dia siap dengan kehidupan yang kelak kami jalani. Belum lagi kalau aku harus dipindahtugaskan ke daerah terpencil. Sedangkan Agna masih senang-senangnya sekarang ini di partai. Barusan saja saya juga dari daerah konflik dan itu ada kemungkinan kami

    Last Updated : 2024-10-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 27. Dia adalah,..

    "Alzam, rupanya kamu sedang di sini. aku mencarimu dari siang tadi," sapa seorang pemuda yang tba-tiba saja menerobos duduk diantara Alzam dengan Agna di depan gedung.Sejenak Alzam dan Agna salin tatap. Apa yang mereka bicarakan, di tengah jalan tak lagi bisa dibahas, padahal Agna sudah merasa senang Alzam mau mendekatinya dan mengajaknya ngobrol tentang mereka. Bagi Agna, setelah sekian lamanya Alzam hanya mendiamkannya, hari inilah saatnya mereka bicara, meluruskan maksud mereka, walau kata-kata Alzam baru saja yang dia dengar, terkesan amat membuat Agna kecewa. Dia telah pernah bersama wanita lain? pertanyaan itu seolah ingin diungkap Agna maksudnya. Apakah dia jika bertugas di daerah merasa kesepiaan dan butuh hiburan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dengan tidur bersama wanita? Sejenak Agna menatap Alzam yang kini masih berpelukan dengan Arhand. Rasanya dia tak percaya jika pemuda tampan yang membuatnya kerap menghayalkannya bisa berjalan dengannya itu melakukan hal yang di

    Last Updated : 2024-10-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 28. Cemburu.

    "Mas,.." Mbok Sarem yang sedari tadi diam khawatir, "saya permisi duluh, lupa mau manasi makanan ini untuk makan kita nanti. Ibu yang tadi memberikannya." Dengan pura-pura, nylonong di depan mereka dengan menunduk. Alzam dan Lani sampai salin pandang gara-gara Alzam yang mau keceplosan ngomong. Untunglah Mbok Sarem tanggap. "Saya pegawai yang mengelola usaha Mas Alzam, Omah," ujarnya dengan tenang, namun menyadari posisinya saat ini. Alzam menelan ludah, tak enak hati melihat Lani berada dalam posisi itu di depan keluarganya."Kamu tinggal di sini?" tanya Omah dengan pandangan penuh selidik, menatap Lani seolah mencari tahu lebih dalam."Iya, Omah. Rumah saya cukup jauh," jawab Lani sopan, berusaha menjaga agar semuanya terlihat normal."Senang bertemu denganmu," sahut Arhand, yang sedari tadi menatap Lani dengan kagum. Ia mengulurkan tangan, dan Lani menyambutnya dengan senyum ramah. Namun, tangan Arhand tak kunjung ia lepaskan, sampai membuat Alzam tak nyaman. Ia segera menarik t

    Last Updated : 2024-10-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 29. Ketauan.

    "Tante, ayo sarapan, ini aku buat penyetan mujaer." Bau terasi menguar harum dari dapur, membuat Manda penasaran dan mencarinya. Sampai di dapur dia sudah disambut dengan senyum Lani dan menawarinya makan pagi."Wah, baunya seperti enak sekali, siapa yang masak?" tanya Manda dengan menajamkan penciumannya."Lani Mbak Manda," ucap Mbok Sarem."Dia paling enak kalau bikin penyetan, jadi saya suruh dia bikinkan, biar Mbak Manda di sini pernah rasain masakan dia.""Ternyata selain kamu cantik dan pintar, kamu pandai masak juga. Beruntung sekali yang akan mendapatkan kamu kelak.""Tante bisa saja," ujar Lani malu dengan masih mengupas timun, sementara Manda duduk dengan memperhatikannya. Wanita muda di depannya itu telah mencuri hatinya sejak kemarin dengan segala kelembutannya juga sopan santunnya, terlebih dengan telaten ngobrol dan memapah ibunya. Kekagumannya makin bertambah saat Arhan menceritakan kepandaiannya dalam mengolah usaha juga bergaulnya dengan masyarakat yang kebetulan men

    Last Updated : 2024-10-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 30. Mempertanyakan karakter.

    Alam menatap Arhand dengan ragu untuk meneruskan kata-katanya."Dengar Arhand, kamu tak mengerti sutu hal. Kuharap kamu bisa menjaga rahasia ini agar tak bocor ke keluarga kita." Alzam belum berani berterus terang soal pernikahan mereka."Maksudmu apa? Apa aku sekarang tak lagi mengenalimu? Bagaimanapun di keluarga kita, kita menjaga hal yang tak baik, Alzam. Apalagi yang berhubungan dengan pergaulan lain jenis. Apa kamu telah mengabaikannya dengan menyimpan wanita itu di rumahmu? Aku sayangkan, padahal, kemarin aku begitu mengagumi gadis itu yang pandai dalam mengolah usahamu dan pikirannya yang cemerlang tentang dunia usaha. Ternyata dia hanya gadis murahan yang menjajakan dirinya untuk orang kaya sepertimu."Plak!Tamparan keras ditujukan Alzam untuk Arhan yang mulutnya tak mau berhenti. Arhan sampai memegangi mulutnya yang terasa asin. Sepertinya ada darah di bibirnya akibat tamparan Alzam yang keras."Berhenti mengatakan Lani seperti itu. Dia wanita terhormat. Bukan seperti tuduh

    Last Updated : 2024-10-27

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 373. Aneh

    .Mentari belum tinggi ketika Alzam, Rey, dan Dandi memutuskan untuk berjalan santai ke belakang rumah Alzam, tempat sungai kecil mengalir tenang di antara rumpun bambu dan pohon pisang setelah mereka melewati jaan pavin setapak yang di sekelilingnya ditumbuhi jeruk nipis. Nampak agak tak jauh dari sana ada pohon tembesi. Alzam ingat betul, di situah dia menemukan Lani sedang tersangkut."Zam, kenapa melamun?" tanya Rey.Alzam hanya menyunggingkan senyumnya sambil melihat pohon tembesi yang masih berdiri megah. Dia bersyukur bisa bertemu dengan wanita yang teramat dicintainya itu. Hari begitu cerah. Sungai juga mengalir dengan teanng. Sebuah spot yang sudah lama mereka incar untuk sekadar melepaskan penat dan bernostalgia dengan kenangan masa persahabatan yang dulu kerap mereka habiskan di sini. Rey membawa pancing yang duluh kerap mereka pakai saat awal-awal Alzam membangun rumah ini. Dandi menjinjing kaleng kecil berisi umpan cacing, sementara Alzam cukup membawa semangat dan tawa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 373. Mengundurkan diri

    Gedung legislatif itu masih tampak padat dengan aktivitas meski senja sudah menyelimuti. Agna duduk di mejanya, mencoba mengatur pikirannya setelah beberapa jam penuh dengan rapat dan persiapan program yang melelahkan. Namun, ketenangan yang ia dambakan tak kunjung datang. Ia tahu, ada sesuatu yang akan mengubah hidupnya dalam waktu dekat, dan itu bukanlah hal yang mudah.Pintu ruangannya diketuk dengan pelan. Agna tahu itu pasti Bu Winda, ketua fraksi yang selama ini menjadi mentor sekaligus sahabat di tempat kerja. Ketukan itu tidak terdengar terburu-buru, tetapi penuh ketegasan."Agna, boleh bicara sebentar?" suara Bu Winda terdengar dari balik pintu."Masuk, Bu," jawab Agna, mencoba menampilkan senyum meski hatinya terasa berat.Bu Winda masuk, mengenakan blazer biru tua yang rapi dan rok panjang yang senada. Ia berdiri di depan meja Agna dengan tangan bersedekap, matanya menilai dengan cermat sosok Agna yang kini duduk di kursi dengan tubuh sedikit lebih besar. Ada perubahan fisi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 372. Jangan-jangan,..

    Mira terbangun dengan perasaan hangat yang aneh. Ada sesuatu yang menempel erat di punggungnya, sesuatu yang membuat tubuhnya tak bisa leluasa bergerak. Perlahan ia membuka mata. Cahaya malam belum menyibak sempurna, tapi cukup untuk menunjukkan ada sosok yang memeluknya erat dari belakang.Tubuh Mira menegang. Tanpa menoleh, dengan sekali dorong, tubuh disampingnya yang tak siap segera terjatuh."Aduh! Mira, kamu kebangetan ya,.. aku memelukmu, kamu malah melemparkan aku sampai aku terjatuh."Detik berikutnya, Mira menoleh sedikit dan mendapati wajah itu. Wajah yang begitu dirindukannya, yang sempat hanya bisa ia bayangkan lewat layar ponsel dan doa di sepertiga malam. Tapi kini... wajah itu nyata."Rey?!"Sontak Mira terlongo. Ternyata yang dia kibaskan dengan kedua tangannya kuat-kuta adalah tubuh Rey. Rey, yang rupanya masih setengah sadar, jatuh dengan bunyi ‘bug’ kecil ke lantai."Sakit, tau!" erang Rey, mengaduh sambil memegangi sisi perutnya."Astaghfirullah! Maaf! Aku... aku

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 371. Bangun, Mir!

    Sirene polisi dari sektor terdekat meraung menembus keheningan malam, membelah suara jangkrik dan desau angin yang sebelumnya begitu tenang. Beberapa warga mulai berkumpul di depan rumah Lani, heran dan khawatir. Beberapa dari mereka membawa senter, sebagian lain mengucek-ngucek mata karena baru saja terbangun. Seorang ibu-ibu bahkan masih memakai daster dan kerudung yang belum rapi."Pak Damar? Masa iya dia masuk rumah orang?" bisik salah satu warga dengan nada tak percaya. Dia adalah karyawan pabrik Lani yang pernah mengenal Damar."Katanya dia baik... dia sudah seperti teman bagi Mbak Lani," jawab yang lain."Tapi dia duluh sempat tunangan dengan Mbak Mira. Ngak tau, tiba-tiba putus. Mungkin karena Mbak Mira kecantol orang berpangkat itu hinggah mutusin Pak Damar.""Itu nggak mungkin, Mbak Mira begitu saja memutuskan pertunangannya kalau nggak ada sesuatu.""Sudahlah, kita semua nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Mas Alzam menjodohkan mereka. Pak Rey kan teman akrab Mas

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab370. Mir,...

    "Mas Alzam sudah pulang," Mbok Sarem pamit ke kamarnya, "Mbok tidur duluan ya, Nduk. Dari tadi Excel rewel terus, Mbok belum sempat memejamkan mata."Lani tersenyum, matanya sedikit lelah. "Iya Bu, makasih ya. Istirahat yang cukup. Ibu juga sih, dari tadi dibilangin suruh bobok duluan masih bantuin Lani."Mbok Sarem terkekeh.Alzam menggeser sedikit posisi tubuhnya, meraih bahu Lani, memijatnya dan mengecupnya ringan. "Kamu cantik banget malam ini. Baju tidur bunga-bunga kecil itu... kayaknya baru, ya?"Lani tersenyum malu. Bajunya memang baru, ia sengaja membeli motif lembut dengan bahan halus karena tahu malam-malam seperti ini akan banyak dihabiskan di rumah dengan bayi mungil mereka."Ini biar gampang pas nyusuin. Excel kalau lapar suka tiba-tiba bangun terus nggak sabar," katanya sambil menunduk.Alzam meraih tangan istrinya dan menggenggam hangat. "Kamu hebat banget, Sayang. Ibu yang luar biasa. Istri yang luar biasa juga. Aku bangga banget punya kamu."Lani tertawa kecil, tapi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 369. Bobok, Sayang!

    Excel sudah hampir semalaman rewel. Tangisannya menjadi, terbangun-tidur lagi, lalu terisak kembali. Lani duduk di tepi ranjang sambil memeluk anaknya yang terus saja gelisah. Satu tangan menopang kepala Excel, satu lagi mengelus punggung mungil itu perlahan. Bau asi dan peluh tercampur lembut dalam udara kamar."Ssst... Excel, iya, Nak, tenang ya... Ini Bunda..." bisiknya lirih sambil membenarkan selimut tipis yang setengah lepas. Mbok Sarem yang sejak awal ikut tidur di rumah Lani, bangun setengah mengantuk sambil merenggangkan bahu. Sudah beberapa kali ia ikut begadang semalaman sejak Excel rewel."Bu, tidurlah, biar saya saja yang jaga Excel," ucap Lani melihat tak tega pada perempuan yang sudah dianggapnya ibu itu."Aku ndak apa-apa. Kasihan kamu, Nduk. Bayi kalau sudah begini emang ngagetin. Gantian ya, aku yang gendong," kata Mbok Sarem sambil menyambar selendang dan meraih Excel dengan sigap.Lani mengangguk, menyerahkan bayinya dengan hati-hati. Ia duduk sebentar di kursi ro

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 368. Kesempatan

    Damar sudah berhari-hari menahan keinginannya. Rindu itu semakin menyesakkan, semakin tak tertahankan. Setiap malam ia melawan dorongan hatinya untuk kembali ke tempat Mira, memandangi wajahnya meski hanya dari kejauhan. Namun Vero, yang kini hamil besar, tak pernah lelah memata-matai gerak-geriknya. Kecurigaannya membuat Damar kian sulit mencari celah. Terakhir kali ia mencoba keluar malam-malam, Vero memergokinya dan memaksanya bersumpah tak akan macam-macam.Namun malam ini Damar tak sanggup lagi. Sore tadi ia bilang pada Vero bahwa ia hendak mencari ide baru untuk sovenir toko. Alasan itu cukup logis karena dia memang kerap memburu barang-barang unik untuk dijual di tokonya. Saat Vero mulai tertidur karena kelelahan, Damar segera bersiap. Namun putrinya yang tertidur, menggeliak."Papi, mau ke mana?" tanya Diandra."E, putri cantikku. Papi nggak mau ke mana-mana. Tidur lagi ya Sayang.""Tapi Dian pingin ditemani Papi."Damar mendesah. Untuk Diandra dia tak dapat menolak. Maka dia p

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 367. Mungkinkah?

    Hari itu, langit Mundingwangi cerah seperti senyum Mira yang kembali merekah. Beberapa hari terakhir begitu sunyi dari ancaman, dari teror dari Damar yang sempat membuatnya trauma. Kini, rumah Lani yang dia tumpangi bersama Mbok Sarem terasa tenang. Bahkan Lani dan Mira merasa cukup nyaman tanpa lagi ditemani para satpam yang dulu bergantian menjaga sekitar rumah. Mira juga mulai berani tidur sendiri lagi.Mira berdiri di depan cermin besar di kamar. Ia menatap wajahnya lama-lama, lalu tersenyum sendiri. Tangan kanannya memainkan ujung kerudung yang membingkai wajahnya, sementara tangan kiri mengusap pipi pelan. Wajahnya terlihat lebih segar. Ada rona harapan yang tumbuh kembali, terutama setelah Alzam berjanji akan membawa Rey pulang.“Kalau Rey datang… aku harus cantik,” bisiknya pelan, seperti berjanji pada bayangan dirinya sendiri di cermin. "Dia akan terkejut dengan hijab ini."Mbok Sarem yang baru keluar dari dapur sambil membawa segelas teh, terkekeh melihat Mira.“Udah cantik,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 366. Pesan Rey

    "Mas, telpon kamu bunyi itu," ucap Lani.Alzam segera mengambil ponsel itu, dan melihat sebuah nomor tak dikenal."Nomor nggak dikenal," gumam Alzam sebelum akhirnya menekan tombol jawab. "Halo?"Suara di seberang sana terdengar lirih tapi jelas. Suara yang membuat napas Alzam tercekat. "Alzam... ini aku, Rey."Alzam langsung berdiri tegak. "Rey? Kamu di mana?""Aku... nggak bisa lama. Aku cuma—aku hidup, Zam. Tolong jaga Mira. Tadi aku telpon dia nggak bisa."Suara Rey terdengar tergesa. Ada deru nafas berat. Seperti sedang berlari atau menyembunyikan diri."Kamu di mana sekarang? Lokasimu? Siapa yang bersamamu?" tanya Alzam cepat."Aku nggak bisa bilang. Mereka..."Tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dari seberang. Seperti suara pintu dibuka paksa, lalu Rey menutup telepon dengan cepat."Rey! Rey!!"Alzam menatap layar yang sudah gelap. Panggilan terputus."Mas, itu tadi Rey?" Lani berdiri di belakangnya, wajahnya tegang.Alzam mengangguk pelan. "Dia masih hidup.""Syukurlah. Kita pasti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status