Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 25. Memastikan.

Share

Bab 25. Memastikan.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-10-25 17:07:49

“Saya tau, kita harus membahasnya, karena kita juga tidak pasti kapan bisa punya waktu luang dan bertemu. Maaf jika selama ini Alzam masih belum bisa memberi kepastian.”

“Sebenarnya sih ghak apa-apa, Pak. Asal anak kita salin mendekat. Setidaknya biar mereka salin mengenal terlebih dahulu.”

Thoriq menarik nafas lega. Baru saja dia merasakan hal yang perih saat mengenang Madan dengan melihat kebahagiaan Elmi, bagaimana bisa jika sekarang kembali dia dihadapkan dengan masalah pernikahan Alzam?

"Kita ngobrol sambil mencicipi hidangan, sekalian kita biar mendekat dengan Alzam yang di sana," ajak Salma. Kedua orang tua Alzam segera menatap sudut, dimana di sana dia memang melihat pemuda tinggi tampan berbaju batik lengan panjang dengan sorot mata coklat lembutnya tengah berbincang dengan sesekali menyunggingkan senyumnya, termasuk dengan mengajak mereka tersenyum tadi. Dia amat tampan dengan bentuk tubuhnya yang proporsional itu, cocok sekali dengan Agna, pikir Sandra.

Sementara di sudut,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 26. Menggoyahkan.

    "Beri saya waktu, Tante. Sepertinya dengan kejadian yang menimpa dengan mas saya belum lama ini, membuat saya kembali tak dapat mengambil keputusan pasti. Ini saja kalau bukan karena Elmi sudah ditentukan tanggalnya dan kata pihak lelaki akan ghak gampang untuk mencari hari lain lagi di tahun ini, kita ghak akan teruskan." Alzam berusaha mencari alasan untuk mengulur waktu. "Tapi kamu ghak harus berkorban untuk peristiwa ini, Alzam, jika kamu ingin meluruskan hubungan kalian." Thoriq emmberi nasehat. Nasehat yang justru membebani Alzam."Kamu sudah duapuluh tujuh tahun, Alzam. Sudah pantas menikah, nunggu apa lagi?" ucap Salma yang malah memojokkan Alzam."Mi, ..Ummi ghak tau gimana hidup seorang prajurit. Terlebih Agna masihlah muda. Apa dia siap dengan kehidupan yang kelak kami jalani. Belum lagi kalau aku harus dipindahtugaskan ke daerah terpencil. Sedangkan Agna masih senang-senangnya sekarang ini di partai. Barusan saja saya juga dari daerah konflik dan itu ada kemungkinan kami

    Last Updated : 2024-10-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 27. Dia adalah,..

    "Alzam, rupanya kamu sedang di sini. aku mencarimu dari siang tadi," sapa seorang pemuda yang tba-tiba saja menerobos duduk diantara Alzam dengan Agna di depan gedung.Sejenak Alzam dan Agna salin tatap. Apa yang mereka bicarakan, di tengah jalan tak lagi bisa dibahas, padahal Agna sudah merasa senang Alzam mau mendekatinya dan mengajaknya ngobrol tentang mereka. Bagi Agna, setelah sekian lamanya Alzam hanya mendiamkannya, hari inilah saatnya mereka bicara, meluruskan maksud mereka, walau kata-kata Alzam baru saja yang dia dengar, terkesan amat membuat Agna kecewa. Dia telah pernah bersama wanita lain? pertanyaan itu seolah ingin diungkap Agna maksudnya. Apakah dia jika bertugas di daerah merasa kesepiaan dan butuh hiburan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dengan tidur bersama wanita? Sejenak Agna menatap Alzam yang kini masih berpelukan dengan Arhand. Rasanya dia tak percaya jika pemuda tampan yang membuatnya kerap menghayalkannya bisa berjalan dengannya itu melakukan hal yang di

    Last Updated : 2024-10-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 28. Cemburu.

    "Mas,.." Mbok Sarem yang sedari tadi diam khawatir, "saya permisi duluh, lupa mau manasi makanan ini untuk makan kita nanti. Ibu yang tadi memberikannya." Dengan pura-pura, nylonong di depan mereka dengan menunduk. Alzam dan Lani sampai salin pandang gara-gara Alzam yang mau keceplosan ngomong. Untunglah Mbok Sarem tanggap. "Saya pegawai yang mengelola usaha Mas Alzam, Omah," ujarnya dengan tenang, namun menyadari posisinya saat ini. Alzam menelan ludah, tak enak hati melihat Lani berada dalam posisi itu di depan keluarganya."Kamu tinggal di sini?" tanya Omah dengan pandangan penuh selidik, menatap Lani seolah mencari tahu lebih dalam."Iya, Omah. Rumah saya cukup jauh," jawab Lani sopan, berusaha menjaga agar semuanya terlihat normal."Senang bertemu denganmu," sahut Arhand, yang sedari tadi menatap Lani dengan kagum. Ia mengulurkan tangan, dan Lani menyambutnya dengan senyum ramah. Namun, tangan Arhand tak kunjung ia lepaskan, sampai membuat Alzam tak nyaman. Ia segera menarik t

    Last Updated : 2024-10-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 29. Ketauan.

    "Tante, ayo sarapan, ini aku buat penyetan mujaer." Bau terasi menguar harum dari dapur, membuat Manda penasaran dan mencarinya. Sampai di dapur dia sudah disambut dengan senyum Lani dan menawarinya makan pagi."Wah, baunya seperti enak sekali, siapa yang masak?" tanya Manda dengan menajamkan penciumannya."Lani Mbak Manda," ucap Mbok Sarem."Dia paling enak kalau bikin penyetan, jadi saya suruh dia bikinkan, biar Mbak Manda di sini pernah rasain masakan dia.""Ternyata selain kamu cantik dan pintar, kamu pandai masak juga. Beruntung sekali yang akan mendapatkan kamu kelak.""Tante bisa saja," ujar Lani malu dengan masih mengupas timun, sementara Manda duduk dengan memperhatikannya. Wanita muda di depannya itu telah mencuri hatinya sejak kemarin dengan segala kelembutannya juga sopan santunnya, terlebih dengan telaten ngobrol dan memapah ibunya. Kekagumannya makin bertambah saat Arhan menceritakan kepandaiannya dalam mengolah usaha juga bergaulnya dengan masyarakat yang kebetulan men

    Last Updated : 2024-10-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 30. Mempertanyakan karakter.

    Alam menatap Arhand dengan ragu untuk meneruskan kata-katanya."Dengar Arhand, kamu tak mengerti sutu hal. Kuharap kamu bisa menjaga rahasia ini agar tak bocor ke keluarga kita." Alzam belum berani berterus terang soal pernikahan mereka."Maksudmu apa? Apa aku sekarang tak lagi mengenalimu? Bagaimanapun di keluarga kita, kita menjaga hal yang tak baik, Alzam. Apalagi yang berhubungan dengan pergaulan lain jenis. Apa kamu telah mengabaikannya dengan menyimpan wanita itu di rumahmu? Aku sayangkan, padahal, kemarin aku begitu mengagumi gadis itu yang pandai dalam mengolah usahamu dan pikirannya yang cemerlang tentang dunia usaha. Ternyata dia hanya gadis murahan yang menjajakan dirinya untuk orang kaya sepertimu."Plak!Tamparan keras ditujukan Alzam untuk Arhan yang mulutnya tak mau berhenti. Arhan sampai memegangi mulutnya yang terasa asin. Sepertinya ada darah di bibirnya akibat tamparan Alzam yang keras."Berhenti mengatakan Lani seperti itu. Dia wanita terhormat. Bukan seperti tuduh

    Last Updated : 2024-10-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 31. Salah sangka.

    “Dia,…” Arhand menatap Lani yang tengah menatapnya. Rasa tak percaya terpancar dari wajah cantik dan polos itu, mata Lani menyimpan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bayangan kejadian semalam menghantui pikiran Arhand, mengganjal di tenggorokannya, membuatnya ragu untuk melanjutkan ucapannya.“Dia kenapa?” Manda berbisik, mencondongkan tubuh ke arah Arhand. “Mama lihat sendiri, dia itu wanita idaman banget!”“Ya, terserah Mama deh,” Arhand menjawab dengan nada datar, tatapannya masih tak lepas dari Lani, yang sekarang terlihat semakin bimbang.“Kok begitu?” gumam Manda.Di luar kamar Alzam, Mbok Sarem mengetuk pintu dengan lembut. “Mas, ayo makan. Sudah ditunggu Oma dan yang lain,” katanya sambil menggeser pintu sedikit, melihat Alzam berdiri di baliknya dengan wajah muram, berseragam lengkap Angkatan Darat.Alzam menarik napas panjang, menatap bayangannya sendiri yang memantul dari cermin kecil di samping pintu. “Saya bingung, Mbok,” ucapnya perlahan. “Baru saja saya menampar Ar

    Last Updated : 2024-10-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 32. Sosok yang mengejutkan saat menunggu.

    Satu jam berlalu sudah. Alzam masih duduk gelisah, memandangi pintu kafe dengan harapan, tapi orang yang ditunggunya belum juga datang. Dalam hati, dia berusaha menyabarkan diri, tapi sedikit demi sedikit kesabarannya terkikis. Tiba-tiba, suara langkah ringan menyentak perhatiannya. Dia menoleh, dan menemukan Lani, wanita yang diam-diam memenuhi ruang hatinya, sedang berdiri di sana dengan senyum tipis."Kenapa makan di sini, Mas? Biasanya kan nggak pernah," tanya Lani, alisnya sedikit terangkat, menyiratkan rasa heran. Alzam tahu, kafe ini bukanlah tempat mereka biasanya bertemu. Dia sudah terlalu sadar akan tatapan-tatapan yang kadang hadir di sekitarnya—terutama dari rekan-rekan dinasnya yang suka mampir ke kafe dekat kampus ini.Dia merapikan napasnya. "Aku janjian sama Arhan di sini," jawabnya pendek. Namun, sebenarnya, jawaban itu terasa kosong, seolah menyembunyikan sesuatu yang ingin lebih banyak diungkapkan. Tatapan matanya ingin sekali memeluk Lani, sekadar mencari ketenanga

    Last Updated : 2024-10-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 33. Dia tunangannya.

    "Maksudnya?" tanya Agna, alisnya terangkat penuh tanda tanya pada Arhan yang baru saja melontarkan pernyataan mengejutkan.Arhan menyeringai, setengah menyelidik. "Kamu suka make-up, kan?"Agna mengangguk, mengelus permukaan halus pipinya seolah memeriksa sisa bedak yang melekat. "Iya, rasanya nggak pede aja kalau tanpa make-up.""Wah, sayang sekali. Soalnya, Alzam itu lebih suka gadis yang tampil polos, wajah alami khas Indonesia. Bukan yang bermake-up tebal," ucap Arhan, matanya menerawang sejenak. Bayangan Lani melintas di benaknya - wajah bersih tanpa polesan, bibir mungil yang ranum alami. Arhan terdiam sesaat, memikirkan daya tarik yang memikatnya sejak pandangan pertama. Wanita apa adanya, tanpa topeng.Agna tertawa kecil, nada suaranya sedikit skeptis. "Baru tahu. Kupikir setiap pria pasti suka cewek yang rapi, harum, dan bermake-up."Arhan mengangkat bahu, mencoba menutupi senyumnya. "Memang begitulah dia, aneh kalau kata orang. Tapi itulah Alzam," katanya, merasa getir. Tak

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status