Home / CEO / ISTRI SENILAI SAHAM / Penikmat Senja

Share

ISTRI SENILAI SAHAM
ISTRI SENILAI SAHAM
Author: Sasacuap

Penikmat Senja

Author: Sasacuap
last update Last Updated: 2023-12-06 15:13:56

"Bagaimana? Apakah bisnis kita masih bisa berlanjut? Tawaran saya sangat menarik bukan?"

Tampak sebuah punggung kursi kebesaran, sedang bergoyang - goyang menghadap ke arah dinding kaca ruangan, disana duduk seorang pria yang sedang bersandar dengan sangat pongahnya, sambil sesekali cerutu yang terselip di sela jari, dia hisap dengan bibir hitamnya, hingga menyembulkan asap disekitar ruangan.

Pria yang usianya masih belum memasuki umur 40 tahun itu tertawa sangat renyah, saat mendengar pertanyaan dari lawan bicara melalui sambungan gawainya.

"Saya sangat yakin. Anda akan sangat puas dengan pelayanannya. Bagaimana? Bukankah anda sudah sangat tertarik, saat bertemu dengannya pertama kali?" tanya pria itu lagi.

Senyumnya sangat merekah, saat usahanya merayu sebuah perjanjian kerja sama dengan sogokan menggiur jiwa kelelakian pada rekannya, berhasil tanpa banyak kendala.

"Baiklah, nanti malam akan saya antarkan dia ke hotel yang anda sebutkan tadi. Tapi ingat, hanya satu jam." jawab Pria itu, sebelum sambungan panggilan keduanya terputus.

Kursi kebesaran itu kini berputar menghadap ke meja kerjanya, tergambar wajah asli pria dewasa itu. Wajah tampan, berkulit sawo langsat, dengan hidung bangirnya. Siapapun wanita, masih bisa dia buat untuk bertekuk lutut padanya. Wajahnya teduh, seolah dia lah pria yang paling pantas melindungi seorang wanita, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya sudah menghitam legam dan keras melebihi batu.

Matanya kini melirik ke arah telepon berwarna hitam yang berada di atas meja kerjanya.

"Senja, ke ruangan Mas sekarang," perintahnya. Hanya dengan sekali penekanan satu tombol angka.

Senja yang bekerja di luar ruangan pria itu, tampak mulai gusar setelah menerima panggilan pria yang ternyata berstatus suaminya.

"Ada apa ini? Dari nada bicaranya, pasti dia sedang merencanakan sesuatu lagi. Ya Tuhan, sampai kapan aku terjebak dengan permainan ini? Aku lelah, aku capek. Bisakah aku memilih untuk mati saja?" gumam Senja lemah.

Menarik napas dalam, Senja berdiri dan mulai mengambil langkah masuk kedalam ruangan dimana pria itu berada.

"Lama sekali kamu. Kamu tahu kan, Mas tidak suka menunggu?" kesal pria tersebut.

"Maaf Mas Rey, tadi aku sedang membenarkan make up ku," ucap Senja mencari alasan.

Pria yang bernama lengkap Rey Gumilang, tersenyum kecut. "Berdandanlah nanti yang cantik. Malam ini ada pria yang ingin menikmati pelayananmu," tutur Rey dengan entengnya.

"Tapi Mas..."

"Apa kamu mau membantah, hah?!" bentak Rey dengan mata yang menyalang.

Senja meneguk ludahnya kasar, kepalanya menggeleng dengan cepat.

"Bagus. Ikuti semua perintahku. Kamu tahu kan, ini semua juga demi keluarga kita demi anak kita juga, Bumi. Mas hanya mau mengatakan itu saja, kembalilah ke meja kerjamu. Nanti Mas yang antar dan menunggu kamu sampai selesai seperti biasa." jelas Rey dengan nada bicara yang kembali lembut.

Senja hanya bisa mengangguk lemah. Kaki jenjangnya kini tidak memiliki semangat untuk kembali ke meja kerjanya. Ingin sekali dia berlari dan keluar dari jerat yang dibuat suaminya. Tapi Senja merasakan kakinya seperti sudah di kerengkeng, hingga tidak bisa pergi kemanapun.

Sesampainya di meja kerja, Senja langsung menenggelamkan kepalanya ditumpukan tangannya. Dia menangis terseduh - seduh.

Pernikahan apa seperti ini? Bukan pernikahan seperti ini yang dia inginkan. Tapi kenapa jadi seperti ini? Kemana mas Rey yang dia kenal sebelum mereka menikah dahulu?

"Aku bukan barang yang bisa kau sewakan dimanapun kau mau Mas, bukan Mas..." isaknya.

Dalam keadaan seperti ini, Senja merasakan jijik dengan dirinya sendiri. Dia sudah seperti barang pajangan yang berhak di sentuh dan dinikmati banyak lelaki berhidung belang.

"Kenapa kau tega denganku Mas? Kenapa? Kenapa semua kesalahan, kau limpahkan padaku Mas, kenapa?" batin Senja berteriak keras.

Kegelisahan hati Senja, membuat waktu terasa berlari. Tidak ada yang bisa menghentikan waktu, termasuk dirinya sendiri.

"Sudah siap?" tanya Rey.

Senja mengangguk pasrah. Mereka berdua berjalan bersama dengan jemari yang saling bertaut. Banyak pasang mata yang mengiri dengan keharmonisan Senja dan Rey. Seperti kata pepatah, perkarangan tetangga akan lebih terlihat hijau dari kejauhan.

"Kamu harus melayani dia dengan baik. Jangan membuatnya kecewa. Ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup perusahaan kita, mengerti?" Peringat Rey, saat mereka sudah perjalanan didalam mobil.

Senja hanya diam tanpa menyahut, pandangan dia buang ke arah jendela, melihat hiruk pikuk gemerlap malam dari sana.

"Kamu mendengar Mas kan, Senja?" tekan Rey, memastikan Senja mendengar apa yang dia katakan.

"Ya," jawab singkat Senja.

Tidak ada lagi kata yang bisa keluar dari bibir ranumnya, disaat tenggorokannya terasa tercekat. Belum lagi dadanya yang menyesak, membuat genangan air mata di pelupuk matanya.

Senja hanya bisa membuang napasnya berat, saat mobil berhenti di sebuah hotel berbintang lima. Tidak terhitung sudah berapa kali dia kesana, dan tidak dia hitung pula, berapa pria rakus belaian, sudah menikmati tubuhnya di sana.

Rey segera mengajak Senja turun, bersamaan dengan gawainya yang berdering.

"Iya, sabar. Kami sudah sampai. Kami akan langsung kesana," jawab Rey.

Panggilan telepon pun terputus. Rey menarik tangan Senja agar berjalan dengan cepat mengikuti langkah lebarnya.

Tidak terasa langkah keduanya sudah sampai ke sebuah kamar dengan nomor yang sama dengan pesan yang diterima Rey saat sore tadi.

"Ingatkan, apa kata Mas? Lakukan sebaik mungkin. Seperti kamu melayani Mas. Ini alat pengaman, jangan lupa meminta dia memakainya," imbuh Rey, sambil menyodorkan kotak persegi berwarna hitam.

"Mas tunggu kamu di restoran bawah. Jika telah selesai, datangi Mas disana," ujar Rey lagi.

Rey pergi meninggalkan Senja seorang diri didepan pintu kamar tersebut.

"Kau bisa senja, pasti bisa. Sudah biasa bukan?" racaunya, bersamaan dengan seulas senyum getir.

Tangan langsingnya dengan lemah mengetuk pintu kamar tersebut. Tidak butuh waktu lama pintu ruangan terbuka, dan memperlihatkan sosok pria yang harus dia layani malam ini.

Senyum nakal tergambar jelas, dari wajah pria yang sudah menarik tangan Senja untuk segera masuk kedalam kamar.

Sepasang mata itu bergerak liar menatap ke arah Senja, seperti binatang buas yang sedang kelaparan, dan siap merobek mangsanya.

"Malam ini, kau milikku Senja...." ucap pria itu.

Kakinya bergerak mendekat, mengikis jarak antara mereka berdua

"Malang sekali nasibmu. Harga dirimu hanya sebatas kerja sama perusahaan. Tapi tidak buruk, kau cantik, kulitmu mulus, tubuhmu juga sangat seksi," desis pria itu, jemarinya sudah berani menyentuh pipi Senja. “Kau sudah membuat aku bergairah, dipertemuan pertama kita sayang...” lanjutnya lagi.

Tidak ada perlawanan diberikan Senja, dia hanya diam, matanya terpejam. Bukan karena menikmati sentuhan pria itu. Tapi merasakan bagaimana sakitnya, saat harga dirinya di jatuhkan dalam titik hinaan terendah.

"Sekarang, mari kita bersenang - senang sayang."

Tangan kekar itu dengan cepat merobek dress mini yang bertengger di tubuh Senja. Membanting tubuh Senja di atas kasur empuk, sampai Senja tersentak kaget.

"Nikmatilah, permainanku sayang..." lanjut ucapnya. Sambil mengulas senyum devilnya.

Mata Senja membeliak, saat mendengar gesekan tali pinggang terlepas kasar.

Jantung Senja berdetak dengan cepatnya. Dia merasakan perasaan yang tidak enak. Hawa pria itu, sangat berbeda. Bukan baru kali ini, dia berhadapan dengan pria seperti itu. Pria yang dihadapannya sekarang sudah seperti..

"Tidak...!!!"

Related chapters

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Hanya Sebatas Kerja

    Senja menangis terseduh-seduh, beberapa bagian tubuhnya terasa melebam, belum lagi rasa ngilu dan anyir darah dari pinggir bibirnya, membuat Senja harus berulang kali meringis di sela isak tangis.Dirinya sekarang sudah seperti seonggok barang habis dipakai, dibiarkan tergeletak tanpa ada yang memungutnya. "Ya Tuhan. Kenapa aku harus mengalami seperti ini? Kenapa?! Sakit, sakit sekali rasanya. Sakit!" teriaknya meraung. Senja mencoba bangkit dari kasur. Kedua kakinya terasa bergetar, hampir saja dia tergelicik. Belum lagi bagian intim yang terasa berdenyut nyeri. Semua akibat kekasaran pria bejat tersebut. "Dasar, psikopat!" gerutu Senja. Hati Senja mencolos, melihat dress yang dia kenakan tadi tidak berbentuk. Sungguh, perlakuan persis binatang yang tidak memiliki perasaan. Senja kini mulai kebingungan, dia tidak membawa pakaian ganti. Berlahan, kakinya dipaksa melangkah untuk mengambil tas selempang miliknya. Disana dia bisa menemukan sebuah gawai. Tujuan utama adalah menghubung

    Last Updated : 2023-12-06
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Demi Buminya

    Rasa lelah mengemban berat di pundak Senja. Berjalan gontai dengan tubuh yang sampai membungkuk, disaat berjalan masuk ke dalam rumah.Sunyi.... Itulah kondisi pertama yang Senja rasakan, hanya ada asisten rumah tangga yang membukakan pintu rumahnya saja. "Ternyata dia belum pulang," lirih Senja. Sesaat sampai teras rumah, tidak tampak mobil suaminya terparkir disana. Langkah gontai Senja menghantarkan Senja ke salah satu pintu kamar, tepat disebelah kamarnya. Dengan hati - hati Senja membuka pintu, takut membangunkan siempunya kamar yang pasti sudah bermain di dunia mimpi."Bumi..." cicit Senja. Kakinya melangkah melayang, menuju anaknya. Perlahan, Senja mencium Bumi yang tidak terganggu sedikit pun dengan apa yang dilakukan Senja padanya. "Maafkan, Mama. Mama masih menjadi seorang Ibu yang buruk untukmu," gumam Senja. Hati Senja menyesak, apa yang harus dia jelaskan ke anaknya. Jika dia terus menerus seperti ini? Masih mau kah Bumi memanggilnya mama? Atau akan malu, dan menga

    Last Updated : 2023-12-06
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Untuk Pertama kalinya

    Senja melangkah mundur, dia tidak menyangka kata – kata itu bisa keluar dari Rey, suaminya. Kepala Senja berulang kali menggeleng, masih menepis jika apa yang keluar dari mulut hitam Rey adalah benar. Tapi mata yang sudah terkena percikan membara itu, kini menatap Senja dengan sulutan emosi. "Kenapa?! Dari awal kita menikah, bukankah kamu sudah tidak perawan lagi? Itu sudah menjadi bukti betapa rendah dan murahnya dirimu bukan?" desis Rey yang telah bangkit, dan bergerak maju mengikuti langkah Senja yang terus melangkah mundur. Linangan air mata mulai membanjir di pipi Senja. Sekarang dirinya yakin, jika Rey sedang membuka bangkai yang telah lama Senja kubur rapat. Senja yang sejak tadi melangkah mundur, kini menahan langkahnya. Tidak ada lagi langkah mundur bisa dia lakukan, setelah tubuhnya membentur nakas di ujung kamar.Napas Senja mulai menderu, bersamaan dengan bulir deras yang jatuh dari pelupuk matanya tanpa henti. Badai perasaan sedang berkecamuk dan memporak porandakan jiw

    Last Updated : 2023-12-06
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Terpaksa

    "Lepas!!" tampik Senja "Kamu lupa, apa yang kamu katakan saat di rumah Senja, atau kamu pura - pura lupa?" tanya Rey pelan. Senja memandang tajam ke arah Rey. Mata yang dulu berpedar cinta, kita sudah terpecik kebencian. "Berprilakulah, seperti biasanya. Jika tidak mau terjadi suatu hal yang akan membuat kau, menyesalinya seumur hidupmu," tambah Rey lagi. Senja terdiam. Dia hampir saja melupakan janjinya. Sejak malam itu, bersentuhan dengan Rey saja membuat Senja enggan. "Ayo kita masuk," kembali Rey menggandeng tangan Senja. "Tersenyumlah yang manis. Jangan pasang wajah murungmu itu," tegur Rey. Senja menerima paksa genggaman Rey, walau jiwanya selalu saja berteriak menolak, dan ingin menjauh saja. Rasanya seluruh tubuh beserta urat sarafnya, sudah membuat alarm tersendiri.  Senyum palsu tercetak sempurna di wajahnya. Senyum yang selalu membuat banyak orang iri, melihat keharmonisan rumah tangga dirinya dan juga Rey. "Bagus, menurutlah seperti itu. Jadilah tetap Senja yang dul

    Last Updated : 2023-12-06
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Tidak Bisa

    Senja bergelut dengan perasaan cemas, disaat ban mobil kembali bergulir menuju hotel. Raut wajahnya berbalut kekhawatiran, sangat kontras dengan Rey yang bersenandung bahagia."Kau bahagiakan Senja? Mas sangat bahagia sekali. Ini bukan nominal kecil. Kita bisa membuka cabang perusahaan dan juga menambah investasi saham, jika mereka menyukai pelayananmu nanti," celoteh Rey tanpa menoleh ke Senja. Bahkan sesekali Rey terpekik kegirangan, membayangkan limpahan mata uang dollar. Senja memilih untuk menulikan pendengarannya. Pikirannya sedang sibuk melalang buana. Bayangan kotoran manusia menjijikkan masuk ke dalam mulut, sampai terdorong paksa masuk sampai ke tenggorokan, membuat Senja saat itu merasa seisi perutnya bergejolak. Dia sampai menahan mulutnya dengan telapak tangan, agar tidak muntah saat itu juga. Tapi rasa mual itu terus saja ingin menyembur keluar, hingga memerih di kerongkongan. Berulang kali mual itu kembali datang. Mata Senja sampai berair menahan luapan gejolak itu. Ba

    Last Updated : 2023-12-28
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Babak Belur

    Byur!!!Siraman air membasahi seluruh tubuh Senja, membawa Senja kembali ke alam sadarnya."Bukankah aku sudah mati?" batin Senja.Napas Senja terengah. Senja seperti merasakan dirinya berada dalam kematian untuk kedua kalinya. Lamunan tadi, seperti sosok nyata yang kembali hadir. Apalagi disaat siraman air memasuki rongga hidungnya, hingga membuat Senja kesakitan untuk bernapas, menambah yakin rasa sakit diujung kematian, sebelum raganya kembali menyadarkan Senja ke alam nyata."Siapa suruh kamu tetap disini, hah?! Ayo masuk!" Rey menarik kasar pergelangan tangan Senja. Satu tarikan paksa, membuat Senja sampai tersungkur jatuh ke lantai beralas aspal kasar, tanpa bisa menyeimbangkan badannya. Rey menatap datar sebentar. Tanpa ada rasa iba, kembali Rey menarik paksa tangan Senja.Senja yang belum siap untuk berdiri, sampai merasakan tubuhnya terseret, menjejakkan goresan luka di kaki Senja, akibat kerikil tajam yang ingin ikut serta menyiksanya.Menahan rasa perih, Senja berusaha be

    Last Updated : 2023-12-29
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harta, Tahta, dan ...

    "Leo..!" Leo terjungkal kaget dari kursi kebesarannya. Suara Langit yang seperti bola bekel memantul ke banyak arah, membuat Leo harus makin memperluas kesabarannya. Padahal keduanya dalam satu ruangan yang sama. Tapi kenapa seakan jarak mereka berdua berjauhan."Ya Tuan, ada apa?" tanya Leo. Tangan kirinya mengelus bokong tipis yang sempat berciuman dengan lantai."Kenapa kamu?" tanya Langit tanpa rasa bersalah."Tidak apa Tuan. Tadi saya hanya sedang mengenang, bagaimana nikmatnya bokong saya berciuman dengan lantai yang dingin," sindir Leo."Oh..." jawab singkat Langit.Sontak Leo hanya bisa melongo saja. Tidak ada kata maaf keluar dari Tuannya itu. "Oh pasal satu, pasal dua, kapankah kalian di revisi?" batin Leo mengeluh.Langit berdeham. "Bagaimana, ada kabar tentang Aurora? Dunia begitu kecil Leo. Bagaimana bisa kau tidak menemukannya. Dan ini, bagaimana bisa kau terlewat memeriksanya saat audit kemarin. Lalu ini lagi, kamu mau jabatanmu saya turunkan jadi office boy?" kesal La

    Last Updated : 2023-12-29
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Kembali Berulah

    Hari ini terlihat sangat cerah. Senja sudah mematut dirinya didepan cermin."Sudah siap?" tanya Rey. Matanya membidik jarum jam di dinding yang terus saja berputar.Senja menganggukkan kepala, setelah memastikan tidak ada yang kurang dalam dirinya. Hari ini dia sudah kembali untuk bekerja.Senja dan Rey melangkah bersama, melewati ruang makan. Disana, Senja melihat Bumi sudah duduk manis menunggu kedatangan mereka.Senja yang sudah sembuh sepenuhnya, berlari kecil untuk merapatkan tubuhnya, dan memberikan kecupan di pipi Bumi. "Pagi sayang," sapa Senja."Pagi Ma, Pagi Pa," sapa Bumi balik.Senja hendak sarapan bersama Bumi. Bergegas akan menderet kursi duduknya, tapi suara Rey menegur pendengarannya. "Kita tidak sempat untuk sarapan bersama hari ini, Senja. Ada rapat di kantor pagi ini. Kita harus segera sampai disana lebih awal."Sontak Senja mengurungkan niatnya. ada rasa bersalah menghantam Senja. Tangannya yang tadi sempat erat menggenggam kursi, kini mulai mengendur, bersamaan de

    Last Updated : 2023-12-30

Latest chapter

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Aku Baik-baik Saja

    Senja menghirup udara segar di daerah perkampungan. Biasa yang terpandang matanya adalah bangunan yang tinggi menjulang. Kini sepanjang mata yang memandang hanya hamparan hijau dari kebun dan juga sawah. Sungguj sangat menyegarkan matanya."Ma, mana permainannya. Kata mama disini ada permainan? Lihat ini," keluh Bumi. Dia menyodorkan gawainya yang sinyalnya sering hilang dan timbul, hingga dia tidak bisa bermain game yang ada di gawainya. "Bumi mau balik ke rumah ma," sungut Bumi. Terbiasa di kota, membuatnya sangat asing dengan daerah yang dia datangi, belum lagi orang-orang disekitarnya terlihat aneh baginya. Bagaimana tidak aneh, mereka semua memandang ke arah Bumi dengan mata yang tidak berkedip."Ma, Laura cantikkan? Kata nenek, dulu gadis cantik disinu, rambutnya di kepang dua," ucap Laura. Sangat berbeda dengan abangnya. Dia sangat semangat berada di kampung. Apalagi banyak tumbuhan bunga cantik disekitar rumah yang sangat jarang terlihat di kota."Sabar. Baru juga semalam. Kem

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mendekati Akhir

    "Ma, kita mau kemana?" tanya Bumi. Dia membantu mamanya meletakkan pakaiannya ke dalam koper."Kita akan berlibur. Kalian kan sedang liburan sekolah. Jadi kita akan ke kampung neneknya Laura. Sejak kamu lahir, belum pernah mama ajak ke daerah perkampungan," jelas Senja.Pagi ini, setelah suaminya berangkat kerja. Senja mengajak Bumi untuk berkemas. Dia tidak berniat meminta izin pada Langit. Karena sudah lama juga mereka berdua menjadi orang asing, seperti tidak saling mengenal. Bukan itu saja, bahkan suaminya memilih tidur di kamar yang lain, tidak seranjang bersamanya."Apa disana banyak permainan?" tanya Langit. Dia hanya tahu liburan selalu berhubungan dengan permainan."Ya, banyak. Disana banyak permainan yang tidak akan kamu temukan di kota," jelas Senja.Bola mata Bumi berbinar cerah. Dia jadi penasaran permainan seperti apa yang ada disana.Setelah memastikan barang yang akan dibawa sudah terkemas dengan baik. Senja mendatangi kamar Laura Dimana ada Ririn dan juga Laura di dal

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Haruskah mundur?

    "Dari mana kamu Senja?" tanya Ririn. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi tidak menemukan Senja berada di atas ranjangnya. Dia sempat panik, tapi seketika hilang disaat melihat Senja sudah mulai masuk ke dalam kamar kembali."Hanya menghirup angin malam sebentar bu. Bosan rasanya di aras ranjang. Kebanyakan tidur, membuat Senja tidak bisa tidur kembali. Maaf sudah membuat ibu khawatir," jelas Senja. Dia berusaha tersenyum selebar mungkin, untuk menutupi hatinya yang sedang porak poranda.Balasan senyum diberikan Ririn. Walau wajah Senja tersenyum, dia bisa melihat mata Senja yang sendu. Seberapa banyak anaknya itu menutupi kesedihannya sendiri. Ingin Ririn medengar semua beban yang membuat sedih anak dari majikannya dulu itu."Besok sepertinya kita sudah bisa kembali bu. Senja sekalian mau ambil cuti. Rasanya ingin kembali merasakan suasana hijau, pasti tenang ya bu," celetuk Senja lagi. Dia sudah berjalan dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Merasa Senja mengajaknya

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harapan Kosong

    Lenguhan keluar dari bibir Senja. Pandangan Senja langsung bergerak liar untuk meraba area sekitarnya saat ini. Dia masih ingat, jika tadi dia masih berada di tamab rumah sakit, dia juga masih sadar, saat dirinya akan kehilangan kesadarannya."Kamu sudah sadar nak? Kenapa sampai bisa pingsan? Untung saja janinmu baik-baik saja," seru Ririn. Saat melihat Senja mulai membuka mata, dan seperti kencari sesuatu yang berada di dalam kamar inap yang mereka tempati.Tatapan Senja menyiratkan kekecewaannya. Tidak ada lagi rona warna bahagia terpantuk disana, hanya tinggal warna hitam dan putih saja. Di ruangan yang besar, ada satu tempat tidur untuknya. Tapi tidak ada suaminya disana. Dimana Langit? Apakah dia sesibuk itu dengan Aurora sekarang ini? Hingga tidak tahu keberadaan dan keadaan dia sekarang? Hati Senja merasa tusukan-tusukan duri tajam yang terus menusuk tanpa ampun."Kenapa? Cerita sama ibu, jangan pendam masalahmu sendiri. Apa kamu mencari suamimu? Apa perlu ibu memanggilnya, agar

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mencoba Tegar

    Sudah beberapa hari berjalan, Senja dan Langit melakukan perang dingin. Langit dengan ego besarnya, selalu pergi bekerja terlebih dahulu, membiarkan Senja berangkat bersama supir mereka."Ma, papa kenapa?" tanya Bumi.Ternyata anak-anaknya juga sampai merasakan perbedaan yang terjadi diantara mereka."Papa sedang sangat sibuk. Jadi terburu-buru dan duluan pergi. Kalau mama kan sdang hamil," alasan Senja.Bumi menatap curiga pada mamanya. Tentu tatapan Langit langsung membuat mamanya salah tingkah, dan tidak berani membalas tatapan matanya."Laura, gimana sekolahnya. Teman barumu, masih mau terus dekat-dekat abang?" tanya Senja. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan."Masih ma. Katanya dia mau ketemu dan berkenalan dengan calon mertuanya. Siapa sih ma, calon mertua itu? Sampai abang makin marah da mengusir kami," tanya Laura penasaran.Senja tersenyum tipis. Dia jadi penasaran dengan teman Laura. Kenapa bisa berpikir sedewasa itu. "Calon mertua itu, sebutan untuk mama, dan papa untuk pasa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Permintaan Bodoh

    "Kamu dari mana?" tanya Langit. Saat Senja kembali ke kantor. Langit sudah berada di ruangan mereka.Sebelum menjawab. Senja tersenyum pada suaminya. Menyiratkan jika dia baik-baik saja. "Mas pasti tahu, aku dari mana," jawab Senja.Helaan napas panjang keluar dari bibir Langit. Dia tahu, dia sempat menguntit istrinya tadi, dan dia juga terkejut dengan kondisi Aurora. Ada rasa bersalah dan ingin melindungi wanita yang dulu pernah mengisi hatinya."Jangan kesana lagi. Dia hanya masa lalu mas. Mas tidak mau kamu terluka," sahut Langit.Senyum Senja semakin melengkung. Kalimat Langit sudah memberitahukan jika suaminya tahu, jika di rumah sakit itu ada masa lalunya yang sedang terbaring lemah."Jangan marahi Maira. Dia hanya meminta tolong padaku. Aku sudah berjanji akan membantu biaya rumah sakit dan juga operasi temannya," jelas Senja. Lidahnya tidak bisa menyebut nama Aurora di depan suaminya."Terserahmu," jawab singkat Langit. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya, daripada mengajak Se

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Semakin...

    Pagi ini Senja datang ke kantor dengan menunjukkan kemesraan yang tidak biasanya. Dia menggelayut manja di lengan Langit. Seakan ingin menunjukkan ke semuanya, jika Langit hanyalah miliknya. Tidak ada seorang pun yang bisa berbagi dengannya.Tidak urung tingkah yang di lakukan Senja juga menjadi perhatian Maira. Kedongkolan semakin menghantam dadanya dengan palu godam. Padahal dia sudah mengatakan semuanya. Tapi dia merasa, Senja menjadi wanita yang tidak tahu diri."Kamu masuk duluan ya. Ada yang mas diskusikan sebentar dengan Maira," ucap Langit.Senja memgangguk setuju. Dia tidak perlu cemburu, karena dia tahu jika Maira tidak ada maksud lain, selain menginginkan Langit kembali pada Aurora.Suasana antara Langit dan Maira, sejenak hening. Hingga Senja sepenuhnya masuk ke dalam ruangan, baru lah Langit membuka suaranya. "Apa yang kamu lakukan kemarin dengan istri saya? Jangan pikir saya tidak tahu apapun. Saya ingatkan padamu, untuk pertama dan terakhir kali. Jangan pernah membawa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Membenarkan dan Menyalahkan..

    Senja sangat ingin menutup wajah amarahnya. Tapi tetap saja, emosinya yang tergambar, tidak bisa menutup rasa amarahnya.Dia meminta supir yang bersamanya untuk mengantarkannya menepi ke sebuah taman. Dia harus bisa mendinginkan kepalanya sebelum kembali ke rumah.Matanya masih melihat ke gawai yang menampilkan nama suaminya. "Maafkan aku mas," seru Senja. Dia mematikan gawainya sejenak. Tidak ingin panggilan dari Langit mengganggu kesendiriannya."Kenapa takdir pernikahanku selalu saja harus ada wanita lain disana?" monolog Senja sendiri.Dia masih mengingat jelas semua apa yang dikatakan Maira tadi.[Dia sakit. Dia lebih membutuhkan tuan, daripada anda bu Senja. Sejak awal tuan juga milik Aurora. Bukan milik anda. Harusnya anda mundur, disaat tahu seseorang yang dicintai tuan kembali. Apa anda tega memisahkan keduanya? Disaat salah satu sedang tidak berdaya dengan sakitnya?]Senja menangis terisak. Dia bisa saja membenarkan aoa yang dikatakan Maira. Tapi dia juga bisa menyalahkan Mai

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Tidak merasa bersalah

    Senja sempat bergidik ngeri melihat aura yang keluar dari Maira. Sejak pulang bersama suaminya beberapa waktu yang lalu, tatapannya menyiratkan kebencian dan ketidaksukaan pada Senja. Senja sendiri tidak mengerti dengan sikap acuh Maira. Apa ini juga ada hubungannya dengan sikap Langit yang lalu juga? Apa yang terjadi pada keduanya?Terbesit pikiran buruk di otak Senja. Tapi segera dia tepis. Tidak mungkin suaminya berani berkhianat dan bermain belakang dengan sekertarisnya itu.Sebagai wanita yang sudah menikah dua kali. Senja tidak mau kejadian yang lalu terulang kembali. Dia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat."Maira, nanti bisa temani saya keluar sebentar? Saya mau berbelanja, tapi tidak ada yang menemani," ucap Senja saat dia kembali melewati meja sekertarisnya itu.Wajah Maira di pandangan Senja berubah datar. Tapi Senja yakin dia tidak akan berani menolak keinginan Senja."Baik bu. Saya akan temani ibu nanti," sahut Maira. Dia merasa Senja hanyalah wanita tidak tahu malu

DMCA.com Protection Status