Share

Terpaksa

Author: Sasacuap
last update Last Updated: 2023-12-06 20:23:14

"Lepas!!" tampik Senja

"Kamu lupa, apa yang kamu katakan saat di rumah Senja, atau kamu pura - pura lupa?" tanya Rey pelan.

Senja memandang tajam ke arah Rey. Mata yang dulu berpedar cinta, kita sudah terpecik kebencian.

"Berprilakulah, seperti biasanya. Jika tidak mau terjadi suatu hal yang akan membuat kau, menyesalinya seumur hidupmu," tambah Rey lagi.

Senja terdiam. Dia hampir saja melupakan janjinya. Sejak malam itu, bersentuhan dengan Rey saja membuat Senja enggan.

"Ayo kita masuk," kembali Rey menggandeng tangan Senja. "Tersenyumlah yang manis. Jangan pasang wajah murungmu itu," tegur Rey.

Senja menerima paksa genggaman Rey, walau jiwanya selalu saja berteriak menolak, dan ingin menjauh saja. Rasanya seluruh tubuh beserta urat sarafnya, sudah membuat alarm tersendiri.

 Senyum palsu tercetak sempurna di wajahnya. Senyum yang selalu membuat banyak orang iri, melihat keharmonisan rumah tangga dirinya dan juga Rey.

"Bagus, menurutlah seperti itu. Jadilah tetap Senja yang dulu. Senja yang mencintaiku, dan juga menuruti semua apa yang aku katakan. Bukan sifatmu, membantahku bukan?"

Senja hanya mematung. Enggan menyahut pertanyaan Rey.

Saat Rey yang juga tidak membutuhkan jawaban Senja, masuk kedalam ruangannya. Setelah meninggalkan beberapa kalimat untuk Senja.

Senja melempar kasar bokongnya ke kursi bulat beroda. Hingga kursi itu bergerak mundur membentur dinding.

Senja membenturkan berulang kali kepala bagian belakangnya ke dinding pelan.

Cinta? Masih adakah rasa cinta itu? Rasanya cinta yang dulu meluap, kini berangsur menguap, dibakar api kebencian.

Tidak ada lagi rasa semangat Senja hari ini. Membuka map yang menumpuk di meja kerjanya saja, dia sudah sangat malas. Sampai Senja mengabaikan pekerjaannya pagi ini, pekerjaan yang menumpuk dua kali lipat dari hari biasanya.

"Bu Senja, bisa saya mendapatkan map kemarin hari ini?"

Seorang karyawan datang menegur Senja yang sedang melamun.

Otak Senja seperti kosong, dia tampak berpikir lama sebelum menjawab pertanyaan. "Baiklah, tunggu sebentar. Nanti saya kesana membawanya." jawab Senja akhirnya.

"Baiklah.."

Senja menghela napasnya panjang. Kemalasannya, tidak bisa sebentar menunda pekerjaanya, atau membuat pekerjaannya dapat selesai sendirinya.

Jujur, kaki Senja terasa terpaku, sekedar untuk bergerak masuk kedalam ruangan Rey. Tapi tetap saja Senja menarik paksa langkah kakinya masuk kedalam.

"Balajarlah menghargai waktu Senja. Jangan karena kemalasanmu, perusahaanku hancur," tegur Rey, tanpa melihat ke arah Senja.

Sejak tadi Rey sudah menunggu kedatangan Senja keruangannya. Senin adalah hari yang menyibukkan, membuat Rey masih fokus mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

"Maaf," jawab singkat Senja.

Senja segera meletakkan beberapa map yang telah dia cek, untuk ditanda tangani Rey. Barharap segera cepat keluar dari ruangan Rey. Tapi suara Rey yang kembali terdengar, membuat Senja tidak jadi mengambil langkah berbaliknya.

"Nanti sore, kamu akan kedatangan seorang istimewa, investor langka yang datang dari Dubai. Dia akan invest diperusahaan kita. Asal aku bisa mencarikan wanita yang bisa menemaninya berpesta nanti malam," papar Rey.

"Kenapa harus aku? Bisakan, mencari wanita lain Mas?" usul Senja.

Belum pernah sekalipun dia berhadapan dengan lelaki negara asing. Ada rasa was - was didalam hati Senja tentunya.

"Apakah masih harus bertanya? itu sudah menjadi pekerjaanmu bukan? Dan aku tidak menerima bantahan apapun." jawab Rey.

Pekerjaan? Mendengar kata itu, hati Senja terasa disiram air mendidih. Berarti selama ini, Rey mengaggapnya seperti wanita pekerja malam?

"Aku ini istrimu Mas! Bukan wanita malam yang selalu menjual tubuhnya ke lelaki hidung belang! Pekerjaanku melayanimu Mas, melayanimu!" ngebatin Senja.

"Tapi Mas, aku dengar orang dubai itu memiliki penyimpangan dalam berhubungan," jelas Senja.

Senja bukan orang yang tidak update dunia luar. Banyak siliweran gosip. Bagaimana orang Dubai yang sudah kelebihan uang, mencari cara untuk menghabiskan uang mereka yang tidak akan pernah habis itu.

Rey tertawa terbahak. Sekarang dia menatap ke arah Senja. Tatapan yang bukan menyiratkan cinta, tapi lebih ke hinaan.

"Kamu takut? Apa salahnya jika mereka meminta kamu memakan kotoran mereka? Bayarannya 30.000 dollar, belum lagi investasi yang akan kita dapatkan," terang Rey, sela tawanya.

"Kamu gila Mas. Itu hal yang menjijikkan. Memakan kotoran adalah hal yang tidak masuk akal. Binatang saja tidak mau memakannya," balas Senja.

Senja berusaha mengendalikan emosinya, walau sangat ingin melawan dan berteriak.

Brak!!!

Satu gebrakan Rey lakukan diatas meja kerjanya. Hingga beberapa barang berjatuhan ke lantai.

"Kamu yang gila Senja. Banyak wanita disana mau melakukannya. Tidak salahnya mencoba. Harusnya kamu sadar, dirimu lebih hina dan menjijikkan dari kotoran mereka," decih Rey.

"Tapi, aku masih menikmati kotoran itu bukan? Bahkan dulu hampir setiap malam kita malakukannya," hina Rey lagi.

Senja mengedipkan kedua matanya, hingga meluncur air mata yang membasah pipinya.

Ucapan Rey, lebih sadis dari hinaan yang tadi malam Senja terima.

Kotoran? Jadi selama ini Rey hanya menganggap dirinya kotoran?

Dalam diam, Senja mulai berpikir keras, sudah berapa lama Rey tidak menyentuhnya. Dua tahun, Senja baru sadar, dia terlalu sabar menanti. Selama itu Rey tidak menyentuhnya secara intim.

Apa karena dia terlalu lelah melayani laki - laki lain? Hingga terlalu pasrah saat tidak ada hubungan yang harusnya dilakukan antar suami dan istri?

"Kenapa diam? Aku benarkan?" tebak Rey.

"Sentuh aku Mas... Sentuh aku..." gumam Senja dengan suara bergetar.

Rey terkesiap, dia tidak berpikir Senja akan berkata hal seperti itu.

"Sentuh aku Mas. Bukankah, sudah dua tahun, kau tidak menyentuh kotoran ini? Sentuh aku Mas!" sentak Senja.

"Bukankah dulu kau suka menyentuhnya? Bahkan memujanya? Kenapa dua tahun ini, menghindar? Apa sudah terlalu bau, sampai ingin muntah?" Sindir Senja.

"Bukankah, hakku meminta nafkah batinku Mas? Aku cukup bersabar menunggu dua tahun, dengan berbagai alasan yang kamu buat Mas," telak Senja.

Rey masih terdiam, tapi bola matanya sudah menyala marah.

"Kau mau meminta hak mu? Baiklah, lakukan tugasmu malam ini. Setelah itu, aku akan berikan hakmu. Sekarang, keluar dari ruanganku!" bentak Rey berang.

Senja mulai ketakutan, dia sangat takut jika Rey kembali mengeluarkan ancamannya. Sebelum Rey bertambah marah, Senja segera keluar dari ruangan Rey.

Di meja kerjanya, Senja terduduk lemas. Dia segera menghapus jejak air matanya. Pikirannya kembali melalang buana.

"Ya Tuhan, kenapa tidak Kau cabut saja nyawaku?"

Jika seperti ini, Senja ingin sekali cepat mati. Tapi mengingat Bumi, Urung Senja berpikir kematian. Apalagi sekarang Senja tahu, bagaimana Rey dengan Bumi.

Sekarang Senja tahu, siapa yang harus dia salahkan. Masa lalunya lah yang harus dia salahkan. Jika kejadian dulu tidak terjadi, mungkin semua tidak akan seperti ini.

"Dasar lelaki biadab! Jika bukan karenanya, hidupku tidak akan seperti ini. Jika sampai aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya!" pekik Senja.

Related chapters

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Tidak Bisa

    Senja bergelut dengan perasaan cemas, disaat ban mobil kembali bergulir menuju hotel. Raut wajahnya berbalut kekhawatiran, sangat kontras dengan Rey yang bersenandung bahagia."Kau bahagiakan Senja? Mas sangat bahagia sekali. Ini bukan nominal kecil. Kita bisa membuka cabang perusahaan dan juga menambah investasi saham, jika mereka menyukai pelayananmu nanti," celoteh Rey tanpa menoleh ke Senja. Bahkan sesekali Rey terpekik kegirangan, membayangkan limpahan mata uang dollar. Senja memilih untuk menulikan pendengarannya. Pikirannya sedang sibuk melalang buana. Bayangan kotoran manusia menjijikkan masuk ke dalam mulut, sampai terdorong paksa masuk sampai ke tenggorokan, membuat Senja saat itu merasa seisi perutnya bergejolak. Dia sampai menahan mulutnya dengan telapak tangan, agar tidak muntah saat itu juga. Tapi rasa mual itu terus saja ingin menyembur keluar, hingga memerih di kerongkongan. Berulang kali mual itu kembali datang. Mata Senja sampai berair menahan luapan gejolak itu. Ba

    Last Updated : 2023-12-28
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Babak Belur

    Byur!!!Siraman air membasahi seluruh tubuh Senja, membawa Senja kembali ke alam sadarnya."Bukankah aku sudah mati?" batin Senja.Napas Senja terengah. Senja seperti merasakan dirinya berada dalam kematian untuk kedua kalinya. Lamunan tadi, seperti sosok nyata yang kembali hadir. Apalagi disaat siraman air memasuki rongga hidungnya, hingga membuat Senja kesakitan untuk bernapas, menambah yakin rasa sakit diujung kematian, sebelum raganya kembali menyadarkan Senja ke alam nyata."Siapa suruh kamu tetap disini, hah?! Ayo masuk!" Rey menarik kasar pergelangan tangan Senja. Satu tarikan paksa, membuat Senja sampai tersungkur jatuh ke lantai beralas aspal kasar, tanpa bisa menyeimbangkan badannya. Rey menatap datar sebentar. Tanpa ada rasa iba, kembali Rey menarik paksa tangan Senja.Senja yang belum siap untuk berdiri, sampai merasakan tubuhnya terseret, menjejakkan goresan luka di kaki Senja, akibat kerikil tajam yang ingin ikut serta menyiksanya.Menahan rasa perih, Senja berusaha be

    Last Updated : 2023-12-29
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harta, Tahta, dan ...

    "Leo..!" Leo terjungkal kaget dari kursi kebesarannya. Suara Langit yang seperti bola bekel memantul ke banyak arah, membuat Leo harus makin memperluas kesabarannya. Padahal keduanya dalam satu ruangan yang sama. Tapi kenapa seakan jarak mereka berdua berjauhan."Ya Tuan, ada apa?" tanya Leo. Tangan kirinya mengelus bokong tipis yang sempat berciuman dengan lantai."Kenapa kamu?" tanya Langit tanpa rasa bersalah."Tidak apa Tuan. Tadi saya hanya sedang mengenang, bagaimana nikmatnya bokong saya berciuman dengan lantai yang dingin," sindir Leo."Oh..." jawab singkat Langit.Sontak Leo hanya bisa melongo saja. Tidak ada kata maaf keluar dari Tuannya itu. "Oh pasal satu, pasal dua, kapankah kalian di revisi?" batin Leo mengeluh.Langit berdeham. "Bagaimana, ada kabar tentang Aurora? Dunia begitu kecil Leo. Bagaimana bisa kau tidak menemukannya. Dan ini, bagaimana bisa kau terlewat memeriksanya saat audit kemarin. Lalu ini lagi, kamu mau jabatanmu saya turunkan jadi office boy?" kesal La

    Last Updated : 2023-12-29
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Kembali Berulah

    Hari ini terlihat sangat cerah. Senja sudah mematut dirinya didepan cermin."Sudah siap?" tanya Rey. Matanya membidik jarum jam di dinding yang terus saja berputar.Senja menganggukkan kepala, setelah memastikan tidak ada yang kurang dalam dirinya. Hari ini dia sudah kembali untuk bekerja.Senja dan Rey melangkah bersama, melewati ruang makan. Disana, Senja melihat Bumi sudah duduk manis menunggu kedatangan mereka.Senja yang sudah sembuh sepenuhnya, berlari kecil untuk merapatkan tubuhnya, dan memberikan kecupan di pipi Bumi. "Pagi sayang," sapa Senja."Pagi Ma, Pagi Pa," sapa Bumi balik.Senja hendak sarapan bersama Bumi. Bergegas akan menderet kursi duduknya, tapi suara Rey menegur pendengarannya. "Kita tidak sempat untuk sarapan bersama hari ini, Senja. Ada rapat di kantor pagi ini. Kita harus segera sampai disana lebih awal."Sontak Senja mengurungkan niatnya. ada rasa bersalah menghantam Senja. Tangannya yang tadi sempat erat menggenggam kursi, kini mulai mengendur, bersamaan de

    Last Updated : 2023-12-30
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Sepasang Mata

    Sepanjang rapat dilakukan, Senja duduk dengan tidak nyaman. Bagaimana dia mau nyaman? Sepasang bola mata, seperti memiliki pisau untuk merobek tiap jengkal penutup bagian tubuhnya. Pria hidung belang itu, terang-terangan memandang Senja dengan rakusnya.Senja sangat ingin menghilangkan diri saat itu juga, tapi kakinya terasa sudah dipasung, tidak membiarkan Senja kabur untuk kedua kalinya.Jarum jam yang bergerak lambat untuk Senja, kini telah mencapai waktu akhirnya."Mana surat-suratnya. Berikan segera padaku. Aku sudah tidak tahan ingin membawa sekertaris cantikmu itu," seru Pria tambun dengan tidak sabarannya.Sempat-sempatnya pria yang memiliki kulit berwarna hitam itu, mengerlingkan matanya dan memberikan kecupan jauh untuk Senja.Rey tertawa renyah. "Sabarlah, kau masih ingat perjanjian dan aturan yang kita buat bukan?" peringat Rey.Pria yang memiliki bibir tebal itu, mendengus kesal. "Sebab itu cepatlah. Kepalaku sudah pusing. Menahan sesuatu dibawah sana yang sudah menegang.

    Last Updated : 2023-12-30
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Kembali Sakit

    Pagi mulai datang menyapa setiap orang yang akan memulai kembali rutinitas setiap paginya. Berbeda sengan Senja, dia masih betah berada diatas kasurnya. Tidak ada niat untuknya berpisah dengan kasurnya hari ini. Bukan karena Senja malas, bukan juga karena Senja sudah tidak bekerja.Senja merasa suhu tubuhnya meningkat, matanya sangat berat untuk terbuka, dan tenggorokannya terasa kering. Apakah dia sakit? Sepertinya pergumulan Senja tadi malam bersama pria buntal itu, membuat Senja kehilangan daya tahan tubuhnya."Dingin.." gumam Senja lirih. Walau suhu tubuh panas, tapi Senja merasakan kedinginan. Bahkan, seluruh tubuhnya menggigil, sehingga Senja menaikkan selimut untuk menutupi seluruh tubuh untuk menyapu rasa dingin itu.Rey yang telah selesai mandi, tampak kesal dengan Senja yang belum juga bangun dari tidurnya. Secara kasar Rey membuang selimut yang menutupi tubuh Senja, sampai terlihat Senja yang sedang meringkuk kedinginan."Bangunlah Senja. Kau pikir, waktu akan berhenti me

    Last Updated : 2023-12-30
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Langit Memerah

    Senja tidak sadar, jika Langit lah yang menampung tubuhnya saat terhuyung jatuh."Panggil kan dokter, cepat!" teriak Langit khawatir.Langit sejak tadi sudah mawas diri. instingnya terlalu kuat. Langit sudah curiga sejak kedatangan Senja yang berjalan lunglai.Rey yang panik, segera menghubungi dokter pribadinya untuk datang ke kantornya. Hanya dokter tersebut yang diberi akses Rey untuk memeriksa Senja. Rey yang tidak mau Langit mengira dirinya tidak peduli dengan Senja, berinisiatif meminta Senja agar dia yang menggendongnya. Tapi permintaan Rey di tolak mentah-mentah oleh Langit."Tunjukkan saja dimana ruangan tempat aku bisa membawanya," tegas Langit.Rey tidak bisa memaksa kan kehendaknya. Dia sangat tahu siapa Langit, terpaksa Rey mengajak Langit untuk membawa Senja ke ruangannya saja.Sepanjang jalan sampai mereka sudah berada didalam ruangan. Rey tidak melepas pandangannya pada Langit. Bagaimana Langit memperlakukan Senja, dan meletakkan Senja secara hati-hati di sofa panjang

    Last Updated : 2023-12-31
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Langit Senja

    Senja termenung di meja kerjanya. Dua hari ini, memang Rey tidak mengusik dirinya dengan menyodorkan ke pria hidung belang. Tapi Senja terus saja dipaksa untuk memenuhi permintaannya. Setiap hari Rey terus meneror Senja, kapan dia akan melaksanakan keinginan Rey itu.Senja dilema dengan apa yang harus dia lakukan. Permintaan Rey, sudah pasti tidak bisa ditolak. Tapi semua tidak semudah itu, Senja ragu bisa berhasil melaksanakan tugasnya."Apa yang harus aku lakukan?" resah Senja. "Langit..." cicitnya lagi.Senja sama sekali tidak mengenal pria itu. Baru kemarin Senja melihatnya, itu juga samar tergambar di ingatannya. "Kenapa Rey sampai seambisi ini?" keluh Senja.Melihat kemarahan Rey. Senja sudah pastikan, jika seorang Langit bisa membuat Rey tidak berkutik. Apalagi dengan dirinya."Bagaimana Senja?" Baru saja Senja memikirkan suaminya, Rey sudah ada didepannya secara tiba-tiba."Aku tidak berani. Dia sepertinya berbeda, tidak sama dengan rekan bisnismu yang lain," ungkap Senja.Re

    Last Updated : 2023-12-31

Latest chapter

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Aku Baik-baik Saja

    Senja menghirup udara segar di daerah perkampungan. Biasa yang terpandang matanya adalah bangunan yang tinggi menjulang. Kini sepanjang mata yang memandang hanya hamparan hijau dari kebun dan juga sawah. Sungguj sangat menyegarkan matanya."Ma, mana permainannya. Kata mama disini ada permainan? Lihat ini," keluh Bumi. Dia menyodorkan gawainya yang sinyalnya sering hilang dan timbul, hingga dia tidak bisa bermain game yang ada di gawainya. "Bumi mau balik ke rumah ma," sungut Bumi. Terbiasa di kota, membuatnya sangat asing dengan daerah yang dia datangi, belum lagi orang-orang disekitarnya terlihat aneh baginya. Bagaimana tidak aneh, mereka semua memandang ke arah Bumi dengan mata yang tidak berkedip."Ma, Laura cantikkan? Kata nenek, dulu gadis cantik disinu, rambutnya di kepang dua," ucap Laura. Sangat berbeda dengan abangnya. Dia sangat semangat berada di kampung. Apalagi banyak tumbuhan bunga cantik disekitar rumah yang sangat jarang terlihat di kota."Sabar. Baru juga semalam. Kem

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mendekati Akhir

    "Ma, kita mau kemana?" tanya Bumi. Dia membantu mamanya meletakkan pakaiannya ke dalam koper."Kita akan berlibur. Kalian kan sedang liburan sekolah. Jadi kita akan ke kampung neneknya Laura. Sejak kamu lahir, belum pernah mama ajak ke daerah perkampungan," jelas Senja.Pagi ini, setelah suaminya berangkat kerja. Senja mengajak Bumi untuk berkemas. Dia tidak berniat meminta izin pada Langit. Karena sudah lama juga mereka berdua menjadi orang asing, seperti tidak saling mengenal. Bukan itu saja, bahkan suaminya memilih tidur di kamar yang lain, tidak seranjang bersamanya."Apa disana banyak permainan?" tanya Langit. Dia hanya tahu liburan selalu berhubungan dengan permainan."Ya, banyak. Disana banyak permainan yang tidak akan kamu temukan di kota," jelas Senja.Bola mata Bumi berbinar cerah. Dia jadi penasaran permainan seperti apa yang ada disana.Setelah memastikan barang yang akan dibawa sudah terkemas dengan baik. Senja mendatangi kamar Laura Dimana ada Ririn dan juga Laura di dal

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Haruskah mundur?

    "Dari mana kamu Senja?" tanya Ririn. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi tidak menemukan Senja berada di atas ranjangnya. Dia sempat panik, tapi seketika hilang disaat melihat Senja sudah mulai masuk ke dalam kamar kembali."Hanya menghirup angin malam sebentar bu. Bosan rasanya di aras ranjang. Kebanyakan tidur, membuat Senja tidak bisa tidur kembali. Maaf sudah membuat ibu khawatir," jelas Senja. Dia berusaha tersenyum selebar mungkin, untuk menutupi hatinya yang sedang porak poranda.Balasan senyum diberikan Ririn. Walau wajah Senja tersenyum, dia bisa melihat mata Senja yang sendu. Seberapa banyak anaknya itu menutupi kesedihannya sendiri. Ingin Ririn medengar semua beban yang membuat sedih anak dari majikannya dulu itu."Besok sepertinya kita sudah bisa kembali bu. Senja sekalian mau ambil cuti. Rasanya ingin kembali merasakan suasana hijau, pasti tenang ya bu," celetuk Senja lagi. Dia sudah berjalan dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Merasa Senja mengajaknya

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harapan Kosong

    Lenguhan keluar dari bibir Senja. Pandangan Senja langsung bergerak liar untuk meraba area sekitarnya saat ini. Dia masih ingat, jika tadi dia masih berada di tamab rumah sakit, dia juga masih sadar, saat dirinya akan kehilangan kesadarannya."Kamu sudah sadar nak? Kenapa sampai bisa pingsan? Untung saja janinmu baik-baik saja," seru Ririn. Saat melihat Senja mulai membuka mata, dan seperti kencari sesuatu yang berada di dalam kamar inap yang mereka tempati.Tatapan Senja menyiratkan kekecewaannya. Tidak ada lagi rona warna bahagia terpantuk disana, hanya tinggal warna hitam dan putih saja. Di ruangan yang besar, ada satu tempat tidur untuknya. Tapi tidak ada suaminya disana. Dimana Langit? Apakah dia sesibuk itu dengan Aurora sekarang ini? Hingga tidak tahu keberadaan dan keadaan dia sekarang? Hati Senja merasa tusukan-tusukan duri tajam yang terus menusuk tanpa ampun."Kenapa? Cerita sama ibu, jangan pendam masalahmu sendiri. Apa kamu mencari suamimu? Apa perlu ibu memanggilnya, agar

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mencoba Tegar

    Sudah beberapa hari berjalan, Senja dan Langit melakukan perang dingin. Langit dengan ego besarnya, selalu pergi bekerja terlebih dahulu, membiarkan Senja berangkat bersama supir mereka."Ma, papa kenapa?" tanya Bumi.Ternyata anak-anaknya juga sampai merasakan perbedaan yang terjadi diantara mereka."Papa sedang sangat sibuk. Jadi terburu-buru dan duluan pergi. Kalau mama kan sdang hamil," alasan Senja.Bumi menatap curiga pada mamanya. Tentu tatapan Langit langsung membuat mamanya salah tingkah, dan tidak berani membalas tatapan matanya."Laura, gimana sekolahnya. Teman barumu, masih mau terus dekat-dekat abang?" tanya Senja. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan."Masih ma. Katanya dia mau ketemu dan berkenalan dengan calon mertuanya. Siapa sih ma, calon mertua itu? Sampai abang makin marah da mengusir kami," tanya Laura penasaran.Senja tersenyum tipis. Dia jadi penasaran dengan teman Laura. Kenapa bisa berpikir sedewasa itu. "Calon mertua itu, sebutan untuk mama, dan papa untuk pasa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Permintaan Bodoh

    "Kamu dari mana?" tanya Langit. Saat Senja kembali ke kantor. Langit sudah berada di ruangan mereka.Sebelum menjawab. Senja tersenyum pada suaminya. Menyiratkan jika dia baik-baik saja. "Mas pasti tahu, aku dari mana," jawab Senja.Helaan napas panjang keluar dari bibir Langit. Dia tahu, dia sempat menguntit istrinya tadi, dan dia juga terkejut dengan kondisi Aurora. Ada rasa bersalah dan ingin melindungi wanita yang dulu pernah mengisi hatinya."Jangan kesana lagi. Dia hanya masa lalu mas. Mas tidak mau kamu terluka," sahut Langit.Senyum Senja semakin melengkung. Kalimat Langit sudah memberitahukan jika suaminya tahu, jika di rumah sakit itu ada masa lalunya yang sedang terbaring lemah."Jangan marahi Maira. Dia hanya meminta tolong padaku. Aku sudah berjanji akan membantu biaya rumah sakit dan juga operasi temannya," jelas Senja. Lidahnya tidak bisa menyebut nama Aurora di depan suaminya."Terserahmu," jawab singkat Langit. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya, daripada mengajak Se

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Semakin...

    Pagi ini Senja datang ke kantor dengan menunjukkan kemesraan yang tidak biasanya. Dia menggelayut manja di lengan Langit. Seakan ingin menunjukkan ke semuanya, jika Langit hanyalah miliknya. Tidak ada seorang pun yang bisa berbagi dengannya.Tidak urung tingkah yang di lakukan Senja juga menjadi perhatian Maira. Kedongkolan semakin menghantam dadanya dengan palu godam. Padahal dia sudah mengatakan semuanya. Tapi dia merasa, Senja menjadi wanita yang tidak tahu diri."Kamu masuk duluan ya. Ada yang mas diskusikan sebentar dengan Maira," ucap Langit.Senja memgangguk setuju. Dia tidak perlu cemburu, karena dia tahu jika Maira tidak ada maksud lain, selain menginginkan Langit kembali pada Aurora.Suasana antara Langit dan Maira, sejenak hening. Hingga Senja sepenuhnya masuk ke dalam ruangan, baru lah Langit membuka suaranya. "Apa yang kamu lakukan kemarin dengan istri saya? Jangan pikir saya tidak tahu apapun. Saya ingatkan padamu, untuk pertama dan terakhir kali. Jangan pernah membawa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Membenarkan dan Menyalahkan..

    Senja sangat ingin menutup wajah amarahnya. Tapi tetap saja, emosinya yang tergambar, tidak bisa menutup rasa amarahnya.Dia meminta supir yang bersamanya untuk mengantarkannya menepi ke sebuah taman. Dia harus bisa mendinginkan kepalanya sebelum kembali ke rumah.Matanya masih melihat ke gawai yang menampilkan nama suaminya. "Maafkan aku mas," seru Senja. Dia mematikan gawainya sejenak. Tidak ingin panggilan dari Langit mengganggu kesendiriannya."Kenapa takdir pernikahanku selalu saja harus ada wanita lain disana?" monolog Senja sendiri.Dia masih mengingat jelas semua apa yang dikatakan Maira tadi.[Dia sakit. Dia lebih membutuhkan tuan, daripada anda bu Senja. Sejak awal tuan juga milik Aurora. Bukan milik anda. Harusnya anda mundur, disaat tahu seseorang yang dicintai tuan kembali. Apa anda tega memisahkan keduanya? Disaat salah satu sedang tidak berdaya dengan sakitnya?]Senja menangis terisak. Dia bisa saja membenarkan aoa yang dikatakan Maira. Tapi dia juga bisa menyalahkan Mai

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Tidak merasa bersalah

    Senja sempat bergidik ngeri melihat aura yang keluar dari Maira. Sejak pulang bersama suaminya beberapa waktu yang lalu, tatapannya menyiratkan kebencian dan ketidaksukaan pada Senja. Senja sendiri tidak mengerti dengan sikap acuh Maira. Apa ini juga ada hubungannya dengan sikap Langit yang lalu juga? Apa yang terjadi pada keduanya?Terbesit pikiran buruk di otak Senja. Tapi segera dia tepis. Tidak mungkin suaminya berani berkhianat dan bermain belakang dengan sekertarisnya itu.Sebagai wanita yang sudah menikah dua kali. Senja tidak mau kejadian yang lalu terulang kembali. Dia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat."Maira, nanti bisa temani saya keluar sebentar? Saya mau berbelanja, tapi tidak ada yang menemani," ucap Senja saat dia kembali melewati meja sekertarisnya itu.Wajah Maira di pandangan Senja berubah datar. Tapi Senja yakin dia tidak akan berani menolak keinginan Senja."Baik bu. Saya akan temani ibu nanti," sahut Maira. Dia merasa Senja hanyalah wanita tidak tahu malu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status