HILANGNYA KESUCIAN KIARA
“Kasihan sekali dia.” Alex tersenyum smirk.
Dari posisinya berdiri, Alex bisa melihat Kiara yang berguling-guling tidak jelas karena efek minuman yang menguasainya. Pria itu menggeleng pelan saat mendengar umpatan Kiara pada Rama.
“Hey, Nona? Apa kau sadar berada dimana? Kau berada di sarang harimau.” Tanpa senyum sedikitpun Alex menatap Kiara, wajahnya yang sedikit memerah membuat gadis itu terlihat lebih cantik.
Shit! Alex mengumpat pelan.
“Rama!” Kiara tiba-tiba saja menarik kerah kemeja yang dipakai oleh Alex. “Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa benar yang Bella katakan?”
Untuk pertama kalinya Alex diperlakukan kasar oleh seorang wanita. Bahkan Alex pernah memaki wanita yang tidak sengaja memegang tangannya. Menurutnya, wanita itu mendekat karena melihat kekayaannya.
“Aku, menjaga semuanya hanya untukmu. Tapi kamu bodoh!”
Cuihh! Kiara meludai Alex.
Rahang Alex mengeras menahan amarah, namun ia masih menggunakan kesadarannya. Wanita yang ada di hadapannya adalah wanita mabuk, sangat percuma jika ia melampiaskan kemarahannya. Alex hanya mengusap wajahnya dan mendengus keras.
“Kamu mau menjamahku, Rama? Lakukan! Kita buktikan siapa yang lebih baik antara aku dan Bella. Sentuh aku, sekarang!” Kiara sedikit berteriak.
“Kamu menginginkan ini bukan?” Kiara menarik tangan kekar Alex untuk menyentuh bibir, turun ke bagian leher dan berakhir di dada.
“Kenapa kamu ragu? Apa aku terlihat jelek sekarang?” Kiara terkekeh sambil memegangi rambutnya, kemudian tertawa.
Alex menggeram kesal melihat tingkah Kiara, lama-lama ia tergoda oleh kemolekan tubuh gadis yang sekarang sedang patah hati tersebut.
“Kau yang menginginkan ini!” bisik Alex.
Perlahan, Alex mencium bibir Kiara dengan kasar. Gadis malang itu memukul dada Alex karena ia merasa sesak napas, saat ciuman itu terlepas Kiara batuk beberapa kali.
Tubuhnya yang sudah terasa panas membuat Alex kembali menyerang Kiara, bahkan dengan cepat tangan kekar Alex membuka kemeja yang membungkus tubuh indah Kiara dan melemparkan ke sembarang arah.
Alex mulai kehilangan akal sehatnya saat melihat keindahan di depan matanya. Kiara, gadis yang selalu menjaga kehormatannya, malam ini justru menyerahkan diri pada pria asing bernama Alexander Marcow.
Jerit kesakitan memenuhi indra pendengaran Alex, namun sayangnya pria itu sama sekali tidak peduli. Ia menuntaskan semua hasratnya pada Kiara tanpa menggunakan pengaman.
‘Dia masih suci,’ Alex berbicara dalam hati.
Namun kemudian ia tersenyum puas, sudah lama sekali ia tidak merasakan sensasi ini. Ya! Alex benar-benar merasa puas karena mendapatkan seorang gadis suci seperti Kiara.
Kiara menangis menahan sakit dan perlahan kesadarannya semakin menurun, sampai semua terasa gelap dan ia tidak bisa mendengar apa-apa.
Saat pagi tiba, Kiara terbangun karena perutnya bergejolak hebat. Ia berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalanya yang berat dan berputar-putar.
Kiara berusaha membuka mata, semua yang ada di ruangan itu terasa asing. Namun karena rasa mual yang semakin naik ke kerongkongannya membuatnya Kiara bangkit dan menuju sebuah pintu, menduga-duga jika itu adalah kamar mandi.
Dalam kamar mandi tersebut Kiara memuntahkan semuanya hingga perutnya terasa lebih baik. Ia menatap pantulan dirinya dalam cermin, ada beberapa tanda merah di leher yang begitu kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya merasa yakin jika telah terjadi sesuatu tadi malam.
Sekujur tubuhnya terasa sakit, hal yang membuatnya semakin yakin adalah area kewanitaannya yang juga perih.
"Tenang Kiara!" Gadis cantik itu mengusap wajahnya perlahan.
Ia mengamati sekeliling, di sana sudah tersedia bathrobe serta alat-alat mandi."Aku dimana? Kenapa semua sudah lengkap?” ucapnya memperhatikan sekeliling.
"Aku harus berhati-hati. Ya! Bisa saja mereka berniat menjebakku."
Dengan cepat Kiara membersihkan tubuhnya, ia mengabaikan rasa sakit ditubuhnya. Sekarang yang ada dalam pikiran Kiara bagaimana caranya untuk bisa keluar dari tempat tersebut.
Ketika keluar dari kamar mandi tersebut, Kiara memperhatikan dengan baik detail kamar tersebut. Tatapannya beralih pada ranjang yang sekarang tidak berpenghuni, hanya terdapat sebuah pakaian branded dan sesuai dengan ukurannya.
"Kenapa semua serba pas denganku? Aku yakin ini pasti ulah Rama." Kilatan amarah jelas terlihat di mata Kiara. Tanpa peduli apapun lagi, Kiara dengan cepat berpakaian dan keluar dari kamar tersebut.
Kiara keluar dari kamar tersebut, ia terkejut dan bingung. Tempat ini sangat asing untuknya. Sampai seorang pria mendekat dan memberitahu Kiara jika tuannya sedang menunggu di sebuah tempat.
"Siapa tuanmu? Apakah kamu tahu kenapa aku bisa ada di sini?" Kiara hanya ingin memastikan jika ia tidak dalam bahaya. Belum sempat pelayan itu bicara terdengar langkah kaki.
"Pergilah!" Mendengar suara bariton tersebut sang pelayan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kiara menatap Alex degan waspada. "Siapa kamu?"
"Duduklah! Setelah makan baru kita bicara." Alex duduk di kursi tengah, dan mulai makan siang tanpa bicara sepatah katapun, membuat Kiara merasa canggung.
"Kenapa aku bisa ada disini? Apa kamu orang suruhan Rama dan Bella?" cecar Kiara. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Alexander Marcow. Panggil aku Alex!" katanya dengan tegas.
"Oke, Alex! Tolong jawab aku, apa kamu bekerja sama dengan Rama dan Bella?" Kali ini Kiara berkata dengan tegas.
"Tidak! Tapi kalian menyedihkan!"
Kiara membuang muka, mengingat itu membuat rasa sakit dalam hatinya semakin besar. Jika pria yang sekarang ada di hadapannya tidak bekerja sama dengan manusia-manusia itu maka Kiara bisa merasa tenang meskipun telah kehilangan mahkotanya.
"Kalau begitu terima kasih karena telah menolongku tadi malam. Tapi Alex, aku tahu jika semalam terjadi sesuatu denganku. Kamu mengerti bukan?" Tidak ada tanggapan apapun dari pria itu. Ia hanya menatap Kiara dengan tajam.
"Lupakan semuanya! Aku pun akan melakukan hal sama. Anggap saja kita tidak pernah bertemu, bahkan melakukan hal yang—" perkataan Kiara menggantung saat Alex membuka mulutnya.
"Ya! Anak buahku akan mengantarkan kamu pergi."
"Tidak perlu! Aku akan kembali ke hotel dan setelah itu kembali ke luar negeri." Entah bagaimana Kiara justru berkata jujur pada Alex.
Alex hanya menggerakkan tangan dan kepalanya, mempersilahkan Kiara untuk pergi.
"Ijinkan anak buahku mengantarkan mu, anggap saja itu ucapan terima kasihku untuk tadi malam." Alex menatap Kiara dingin, entah kenapa ia merasa jika Kiara sangatlah berbeda.
Kiara ingin menolak, namun kepalanya justru mengangguk. Hari ini ia mengambil sebuah keputusan yang sangat besar setelah melepas mahkota yang selama ini ia jaga. Mendapatkan musibah sebesar ini Kiara masih bersyukur, paling tidak ia tahu kebusukan calon tunangannya sebelum semuanya terlambat.
Duduk di dalam mobil mewah milik Alex tidak membuat Kiara tenang. Hatinya diliputi kegelisahan yang besar mengenai pertunangannya. Bagaimana cara ia harus bicara pada sang ayah agar membatalkan pertunangannya dengan Rama, sedangkan ibu tirinya selalu saja menentang setiap hal yang Kiara utarakan sebelum mendengarkan penjelasannya.
"Tolong antarkan saya ke alamat ini, saya akan pulang dulu ke rumah ayah saya. Bisakah kamu menunggu sebentar? Setelah itu saya akan kembali ke hotel.”
‘Antar dia kemanapun, awasi sekeliling!’ sebuah instruksi terdengar di telinganya.
“Baik, Nona.”
MEMILIH PERGIKiara menatap pagar rumah tersebut, hatinya merasa gamang untuk masuk ke dalam sana. Namun bayangan Bella bersama Rama membuat ia membuang semua rasa ragunya ke dasar jurang."Selamat datang, Nona. Semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga." Kedatangan Kiara di sambut oleh kepala pelayan di rumah tersebut."Terima kasih." Kiara merapikan penampilannya dan menarik napas dalam, entah kenapa ia merasa gugup."Rama, untuk apa kamu ada di sini?" suara Kiara meninggi saat melihat pria itu."Ayah, bisakah kita bicara hanya berdua saja?" Kiara sedikit salah tingkah saat sang ayah menatapnya tajam. Kepala Kiara sedikit tertunduk, apalagi debaran jantungnya yang semakin cepat.Bima bangkit dari duduknya dan mendekati Kiara, saat itulah hati seorang putri merasa bahagia. Ayahnya datang mendekat dan memberikan perlindungan. Namun sayang, harapan itu tidak pernah terjadi. Tanpa bertanya atau mendengarkan putrinya, Bima justru melayangkan sebuah tamparan keras hingga sudut bibir
Satu bulan kemudian ...Pagi ini Kiara terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kepalanya terasa begitu berat karena ia pulang larut malam setelah ada pekerjaan tambahan di kafe tempat ia bekerja. Sejak semua fasilitasnya dicabut, Kiara langsung diberhentikan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Semua atas perintah dari Bima.“Sepertinya aku kelelahan, pekerjaan semalam sangat banyak.” Kiara berusaha untuk duduk, diam sejenak sampai rasa pusing di kepalanya sedikit berkurang.Ia menarik laci dan mengambil sebuah botol obat dan meminumnya satu butir. Sejak ia kembali ke London, semua berubah. Ia tidak lagi ditinggal di apartemen milik sang ayah dan menyewa sebuah kamar untuk dirinya. Bekerja keras demi kelangsungan hidupnya dan ia bisa bertahan sejauh ini.“Ayo Kiara! Bukan waktunya untuk bermalas-malasan, kamu harus bisa hidup nyaman di sini. Aku harus bisa membuktikan pada papah dan manusia toxic itu.” Kiara bangkit dan membersihkan diri, hari ini ia akan bekerja di sebuah toko
Setelah mengetahui jika dirinya hamil, Kiara berusaha untuk tetap bertahan dengan rasa tidak nyaman akibat mual yang terus terjadi. Sehingga pertahanan tubuhnya kalah, saat berjaga di toko bunga ia jatuh pingsan.Kiara dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan di bantu oleh wanita tua pemilik toko. Saat wanita tua itu keluar dari ruang perawatan, ia terkejut karena tiba-tiba saja seorang pria berwajah asing datang menghampirinya.“Permisi, Nyonya, apa saya boleh bertanya?” Alex menatap dengan lekat.“Ya, silahkan. Apa yang ingin anda tanyakan?” Rose, menatap Alex tak penuh selidik.“Saya Alexander Marcow. Saya kemari untuk menjemput Kiara, dia mengandung dara daging saya.” Alex tidak suka bertele-tele, ia ingin secepatnya membawa Kiara pergi.“Apa buktinya? Selama ini dia hanya seorang diri dan berjuang keras untuk hidupnya.” Rose tidak mau kalah. Ia tahu bagaimana Kiara berjuang, bekerja tanpa lelah untuk bisa bertahan.“Biarkan saya masuk, dia akan mengenali saya.” Kelemahan A
PERGI KE MEXICOKiara duduk dengan tenang dalam jet pribadi Alex, di sampingnya duduk seorang suster yang siap memeriksa keadaannya selama penerbangan menuju Mexico.“Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?” tanya suster tersebut pada Kiara.“Tidak! Aku hanya ingin tidur, kepalaku sedikit pusing.” Kiara memejamkan matanya perlahan dan mencoba untuk beristirahat, namun sayang usahanya hanya sia-sia saja.“Siapa namamu?” Kiara kembali membuka mata.“Saya, Anna.”“Apa kamu sudah lama bekerja bersama Alex?” Kiara ingin mengorek sedikit informasi mengenai pria yang akan dia nikahi. Ini adalah pertemuan keduanya dengan Alex, tentu saja Kiara merasa jika pria itu bukanlah orang biasa.“Ya, saya bekerja di bawah tangan Tuan Jeremy, dokter pribadi Tuan Alex. Saya selalu pergi bersama mereka jika kondisi mengharuskan saya ikut.” Anna berbicara dengan begitu sopan dan lembut pada Kiara.“Anna, panggil saja namaku, itu lebih membuatku nyaman.” Entah kenapa Kiara merasa tidak suka diperlakukan seperti
Kiara terbangun dari tidurnya karena ternggorokannya terasa kering, belum lagi desakan ingin buang air kecil. Saat membuka mata dia heran melihat cahaya di kamar tersebut tamaran.“Kenapa lampu utamanya di matikan? Seingatku, sebelum tidur lampunya masih menyala. Mungkin Anna yang mematikannya.” Tanpa ada perasaan curiga Kiara turun dan menyalakan kembali lampu kamar tersebut dan bergegas ke kamar mandi, barulah ia membasahi tenggorokannya dengan air yang sudah tersedia di atas meja.Kiara kembali duduk bersandar di atas ranjang dan memperhatikan sekeliling. Semua yang ada di rumah tersebut adalah barang-barang mewah, ada juga beberapa hasil kerajinan tangan yang begitu indah.Dia melirik jam dinding yang ternyata baru menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sempat tidak menyangka jika ia sudah tertidur cukup lama, bahkan kali ini Kiara merasakan kembali tidur nyenyaknya setelah sekian lama.Perutnya tiba-tiba saja berbunyi, membuat Kiara langsung
“Bicaralah, Kiara!” ulang Alex dengan suara lebih keras.Kiara terkejut, namun ia masih berani menatap pria yang memiliki mata tajam itu. Begitu banyak hal yang ingin diucapkan oleh Kiara, hanya saja ia sadar jika semua belum waktunya.“Aku ingin memiliki ponsel. Aku juga ingin berkomunikasi dengan ayah dan teman-temanku.” Kiara memperhatikan perubahan wajah Alex, ia sedikit takut permintaannya itu akan mendapat penolakan.“Baik! Aku akan menyiapkannya, tapi aku akan membatasi komunikasimu dengan orang luar. Ingat, Kiara! Tidak semua orang yang kamu anggap teman benar-benar teman!”Mendengar ucapan Alex, tiba-tiba saja Kiara teringat pada Leo Andreas, pria yang menggadaikan persahabatannya hanya untuk sebuah jabatan.“Aku juga ingin membalas mereka, Alex!” sorot mata Kiara berubah, jelas sekali ada kemarahan yang tersimpan rapi dan muncul ke permukaan secara perlahan.“Jika kamu masih men
Beberapa hari kemudian, Alex menepati janjinya untuk menikahi Kiara. Pria itu benar-benar mengabulkan setiap keinginan Kiara, bahkan tanpa diminta.“Alex, apa boleh aku tetap berada di kamarku?” tanya Kiara saat mereka baru saja kembali ke kediaman pria itu.“Kenapa?” Alex masih sama seperti biasanya, irit bicara dan menatap Kiara dengan tajam.“A-aku hanya belum terbiasa.” Kiara berusaha untuk terlihat tenang, meskipun detak jantungnya benar-benar menggila. Ada hal yang sangat ia takuti jika harus satu kamar bersama Alex, meskipun pria itu telah sah menjadi suaminya.“Lakukan apapun yang itu membuatmu nyaman.” Alex berlalu begitu saja menuju kamarnya, sore hari ia akan pergi untuk beberapa urusan dan mungkin tidak kembali.Buru-buru Kiara masuk ke kamarnya, ia menghela napas dalam sambil mengusap perutnya yang masih sangat rata. “Tumbuhlah dengan baik! Sekarang kita aman dan tidak akan pernah k
“Kapan kamu kembali?” tanya Kiara dengan gugup, ia malu sekali karena Alex harus melihat muka bantalnya yang mungkin saja berantakan.“Beberapa menit lalu.” Alex berpindah tempat ke sofa, ia memejamkan mata sambil menyandarkan punggungnya. “Aku mengantuk, jangan ganggu aku!”“I-iya.” Kiara merasa kasihan melihat Alex, pria itu sepertinya sangat kelelahan setelah tidak pulang semalam. “Alex, pindahkan ke tempat tidur. Badanmu akan sakit jika tidur seperti itu.”Namun pria itu tidak menjawab, ia hanya membuka mata dan langsung berpindah tempat ke samping Kiara. Karena terlalu lelah Alex sampai tertidur dalam waktu cepat.“Aku memang belum mengenalmu, tapi setelah tinggal bersama beberapa hari ini aku tahu kalau kamu adalah orang baik. Meskipun awal pertemuan kita sangat memalukan, tapi kamu tidak memandang rendah diriku.” Lirih Kiara saat melihat napas Alex yang tenang.Diam-diam, pria itu belum sepenuhnya tertidur. Telinganya masih menangkap dengan jelas semua yang Kiara katakan. Namun
“Aku akan pergi.” Alex mengatakan itu saat mereka sedang duduk berdua pagi ini.“Pergi? Kemana?” Kiara menghentikkan gerakan tangannya yang sedang memegang garpu. “Berapa lama kamu pergi?”Alex mengatakan kemana ia pergi. “Mungkin tiga hari, jika pekerjaan di sana tidak berjalan lancar kemungkinan aku akan lebih lama.”Kiara terdiam, ia merasa tidak rela jika Alex pergi. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya itu, meskipun tidak selama 24 jam bersama. Hanya saja ia merasa kosong saat berjauhan. Ini mungkin cinta, namun Kiara selalu menyangkalnya karena bayangan pernghianatan Rama masih menjadi momok yang mengerikan untuknya.“Apa tidak bisa Jeremy saja yang pergi?” Kiara berusaha mencari jalan lain agar Alex tetap disisinya.“Sayangnya tidak bisa. Selama aku pergi, Bima akan menjagamu di sini, kalian bisa pergi ke beberapa tempat tentunya di temani Ken. Nikmati waktu kebersamaanmu dengannya, karena saat aku kembali Bima akan pulang.”Tidak ada protes lagi, yang dikatakan oleh Al
“Kiara.” Suara yang sangat dirindukan Kiara terdengar nyata ditelinganya.Kiara belum berbalik, ia masih menatap Alex yang tetap dengan ekspresi santai. Ketika Alex melihat ke sumber suara, barulah ibu hamil itu mengikuti arah pandangannya.“A-ayah.” Kiara sedikit gugup. Ia kembali menatap suaminya penuh tanya. Melihat binar kebahagiaan di mata istrinya, Alex langsung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya.Dengan perasaan haru, Kiara berjalan pelan mendekati Bima yang sekarang terlihat baik dan sehat. Bahkan pria yang sudah dinyatakan mengalami stroke itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya.“Aku merindukan ayah selama ini.” Kiara memeluk Bima, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi saat cinta pertamanya hadir di depan mata.“Ayah juga sangat merindukanmu, Nak. Maafkan ayah karena telah melakukan kesalahan besar padamu.”Kepala Kiara menggeleng kuat. “Lupakan hari itu!”“Kapan ayah datang kemari? Apa ini alasan kenapa ponsel ayah mati?” Kiara mengusap air matanya dan
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara
Beberapa hari kemudian Tiffany kembali datang untuk memeriksa kondisi Kiara sesuai dengan pemintaan Alex.“Bagaimana kondisiku?” tanya Kiara tidak sabar.“Dari hasil pemeriksaan, semua sangat bagus. Tapi sayangnya karena ini kehamilan ganda, saya tidak menyarankan anda untuk melakukan penerbangan terlalu lama. Itu berhabaya untuk kehamilan anda.” Tiffany melihat dengan jelas kekecewaan di wajah ibu hamil tersebut, namun demi kebaikannya ia harus jujur.“Apa kepergian ini sangat penting? Maksud saya bagaimana jika ditunda hingga melahirkan, paling tidak semua akan merasa aman.”“Lalu aku harus menunggu hingga anakku satu tahun untuk bisa pulang ke negaraku, Dokter?” kali ini Kiara sedikit kesal. Apa yang diinginkannya sama sekali tidak sesuai harapan.“Tenanglah.” Alex melirik istrinya yang sudah terlanjur kecewa, meksipun Kiara sadar jika semua demi kebaikannya sendiri.“Bagaimana dengan jet pribadi?” tanya Alex serius.“Lebih baik menunggu si kembar lahir, Tuan Alex. Sebelum satu tah
Alex meninggalkan acara makan malam tersebut tanpa berpamitan pada siapapun. Lama-lama berada di sana ia bisa saja hilang kendali dan membuat keributan.Ia mengumpat keras selama perjalanan, jika seperti ini keselamatan Kiara menjadi taruhannya. Kali ini ia lebih memilih untuk menemui Jeremy lebih dulu, ada satu cara jitu untuk bisa menjauhkan Barbara dari kehidupannya.Saat memasuki jalanan utama, Alex bisa melihat dari kaca spion mobilnya jika ada satu mobil yang mengikutinya. Meskipun menjaga jarak, tetap saja bisa terlihat jelas oleh mata elangnya.“Jadi dia menyiapkan orang untuk mengintaiku. Baiklah!” Alex mempercepat laju mobilnya, mengambil lajur kiri dan melesat.Mobil hitam itu mulai kelabakan karena tidak bisa menemukan Alex. Mereka mengurangi laju mobilnya ketika memasuki sebuah kawasan yang sepi.“Kemana dia?”“Aku tidak tahu, tadi dia tiba-tiba cepat sekali. Tapi dia memang mengambil lajur kiri.” Satu temannya yang duduk di depan kemudia fokus memperhatikan, sampai tiba-
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas