Share

HILANGNYA KESUCIAN

HILANGNYA KESUCIAN KIARA

“Kasihan sekali dia.” Alex tersenyum smirk.

Dari posisinya berdiri, Alex bisa melihat Kiara yang berguling-guling tidak jelas karena efek minuman yang menguasainya. Pria itu menggeleng pelan saat mendengar umpatan Kiara pada Rama.

“Hey, Nona? Apa kau sadar berada dimana? Kau berada di sarang harimau.” Tanpa senyum sedikitpun Alex menatap Kiara, wajahnya yang sedikit memerah membuat gadis itu terlihat lebih cantik.

Shit! Alex mengumpat pelan.

“Rama!” Kiara tiba-tiba saja menarik kerah kemeja yang dipakai oleh Alex. “Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa benar yang Bella katakan?”

Untuk pertama kalinya Alex  diperlakukan kasar oleh seorang wanita. Bahkan Alex pernah memaki wanita yang tidak sengaja memegang tangannya. Menurutnya, wanita itu mendekat karena melihat kekayaannya.

“Aku, menjaga semuanya hanya untukmu. Tapi kamu bodoh!”

Cuihh! Kiara meludai Alex.

Rahang Alex mengeras menahan amarah, namun ia masih menggunakan kesadarannya. Wanita yang ada di hadapannya adalah wanita mabuk, sangat percuma jika ia melampiaskan kemarahannya. Alex hanya mengusap wajahnya dan mendengus keras.

“Kamu mau menjamahku, Rama? Lakukan! Kita buktikan siapa yang lebih baik antara aku dan Bella. Sentuh aku, sekarang!” Kiara sedikit berteriak.

“Kamu menginginkan ini bukan?” Kiara menarik tangan kekar Alex untuk menyentuh bibir, turun ke bagian leher dan berakhir di dada.

“Kenapa kamu ragu? Apa aku terlihat jelek sekarang?” Kiara terkekeh sambil memegangi rambutnya, kemudian tertawa.

Alex menggeram kesal melihat tingkah Kiara, lama-lama ia tergoda oleh kemolekan tubuh gadis yang sekarang sedang patah hati tersebut.

“Kau yang menginginkan ini!” bisik Alex.

Perlahan, Alex mencium bibir Kiara dengan kasar. Gadis malang itu memukul dada Alex karena ia merasa sesak napas, saat ciuman itu terlepas Kiara batuk beberapa kali.

Tubuhnya yang sudah terasa panas membuat Alex kembali menyerang Kiara, bahkan dengan cepat tangan kekar Alex membuka kemeja yang membungkus tubuh indah Kiara dan melemparkan ke sembarang arah.

Alex mulai kehilangan akal sehatnya saat melihat keindahan di depan matanya. Kiara, gadis yang selalu menjaga kehormatannya, malam ini justru menyerahkan diri pada pria asing bernama Alexander Marcow.

Jerit kesakitan memenuhi indra pendengaran Alex, namun sayangnya pria itu sama sekali tidak peduli. Ia menuntaskan semua hasratnya pada Kiara tanpa menggunakan pengaman.

‘Dia masih suci,’ Alex berbicara dalam hati.

Namun kemudian ia tersenyum puas, sudah lama sekali ia tidak merasakan sensasi ini. Ya! Alex benar-benar merasa puas karena mendapatkan seorang gadis suci seperti Kiara.

Kiara menangis menahan sakit dan perlahan kesadarannya semakin menurun, sampai semua terasa gelap dan ia tidak bisa mendengar apa-apa.

Saat pagi tiba, Kiara terbangun karena perutnya bergejolak hebat. Ia berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalanya yang berat dan berputar-putar.

Kiara berusaha membuka mata, semua yang ada di ruangan itu terasa asing. Namun karena rasa mual yang semakin naik ke kerongkongannya membuatnya Kiara bangkit dan menuju sebuah pintu, menduga-duga jika itu adalah kamar mandi.

Dalam kamar mandi tersebut Kiara memuntahkan semuanya hingga perutnya terasa lebih baik. Ia menatap pantulan dirinya dalam cermin, ada beberapa tanda merah di leher yang begitu kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya merasa yakin jika telah terjadi sesuatu tadi malam.

Sekujur tubuhnya terasa sakit, hal yang membuatnya semakin yakin adalah area kewanitaannya yang juga perih.

"Tenang Kiara!" Gadis cantik itu mengusap wajahnya perlahan.

Ia mengamati sekeliling, di sana sudah tersedia bathrobe serta alat-alat mandi.

"Aku dimana? Kenapa semua sudah lengkap?” ucapnya memperhatikan sekeliling.

"Aku harus berhati-hati. Ya! Bisa saja mereka berniat menjebakku."

Dengan cepat Kiara membersihkan tubuhnya, ia mengabaikan rasa sakit ditubuhnya. Sekarang yang ada dalam pikiran Kiara bagaimana caranya untuk bisa keluar dari tempat tersebut.

Ketika keluar dari kamar mandi tersebut, Kiara memperhatikan dengan baik detail kamar tersebut. Tatapannya beralih pada ranjang yang sekarang tidak berpenghuni, hanya terdapat sebuah pakaian branded dan sesuai dengan ukurannya.

"Kenapa semua serba pas denganku? Aku yakin ini pasti ulah Rama." Kilatan amarah jelas terlihat di mata Kiara. Tanpa peduli apapun lagi, Kiara dengan cepat berpakaian dan keluar dari kamar tersebut.

Kiara keluar dari kamar tersebut, ia terkejut dan bingung. Tempat ini sangat asing untuknya. Sampai seorang pria mendekat dan memberitahu Kiara jika tuannya sedang menunggu di sebuah tempat.

"Siapa tuanmu? Apakah kamu tahu kenapa aku bisa ada di sini?" Kiara hanya ingin memastikan jika ia tidak dalam bahaya. Belum sempat pelayan itu bicara terdengar langkah kaki.

"Pergilah!" Mendengar suara bariton tersebut sang pelayan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kiara menatap Alex degan waspada. "Siapa kamu?"

"Duduklah! Setelah makan baru kita bicara." Alex duduk di kursi tengah, dan mulai makan siang tanpa bicara sepatah katapun, membuat Kiara merasa canggung.

"Kenapa aku bisa ada disini? Apa kamu orang suruhan Rama dan Bella?" cecar Kiara. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Alexander Marcow. Panggil aku Alex!" katanya dengan tegas.

"Oke, Alex! Tolong jawab aku, apa kamu bekerja sama dengan Rama dan Bella?" Kali ini Kiara berkata dengan tegas.

"Tidak! Tapi kalian menyedihkan!"

Kiara membuang muka, mengingat itu membuat rasa sakit dalam hatinya semakin besar. Jika pria yang sekarang ada di hadapannya tidak bekerja sama dengan manusia-manusia itu maka Kiara bisa merasa tenang meskipun telah kehilangan mahkotanya.

"Kalau begitu terima kasih karena telah menolongku tadi malam. Tapi Alex, aku tahu jika semalam terjadi sesuatu denganku. Kamu mengerti bukan?" Tidak ada tanggapan apapun dari pria itu. Ia hanya menatap Kiara dengan tajam.

"Lupakan semuanya! Aku pun akan melakukan hal sama. Anggap saja kita tidak pernah bertemu, bahkan melakukan hal yang—" perkataan Kiara menggantung saat Alex membuka mulutnya.

"Ya! Anak buahku akan mengantarkan kamu pergi."

"Tidak perlu! Aku akan kembali ke hotel dan setelah itu kembali ke luar negeri." Entah bagaimana Kiara justru berkata jujur pada Alex.

Alex hanya menggerakkan tangan dan kepalanya, mempersilahkan Kiara untuk pergi.

"Ijinkan anak buahku mengantarkan mu, anggap saja itu ucapan terima kasihku untuk tadi malam." Alex menatap Kiara dingin, entah kenapa ia merasa jika Kiara sangatlah berbeda.

Kiara ingin menolak, namun kepalanya justru mengangguk. Hari ini ia mengambil sebuah keputusan yang sangat besar setelah melepas mahkota yang selama ini ia jaga. Mendapatkan musibah sebesar ini Kiara masih bersyukur, paling tidak ia tahu kebusukan calon tunangannya sebelum semuanya terlambat.

Duduk di dalam mobil mewah milik Alex tidak membuat Kiara tenang. Hatinya diliputi kegelisahan yang besar mengenai pertunangannya. Bagaimana cara ia harus bicara pada sang ayah agar membatalkan pertunangannya dengan Rama, sedangkan ibu tirinya selalu saja menentang setiap hal yang Kiara utarakan sebelum mendengarkan penjelasannya.

"Tolong antarkan saya ke alamat ini, saya akan pulang dulu ke rumah ayah saya. Bisakah kamu menunggu sebentar? Setelah itu saya akan kembali ke hotel.”

‘Antar dia kemanapun, awasi sekeliling!’ sebuah instruksi terdengar di telinganya.

“Baik, Nona.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status