Setelah mengetahui jika dirinya hamil, Kiara berusaha untuk tetap bertahan dengan rasa tidak nyaman akibat mual yang terus terjadi. Sehingga pertahanan tubuhnya kalah, saat berjaga di toko bunga ia jatuh pingsan.
Kiara dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan di bantu oleh wanita tua pemilik toko. Saat wanita tua itu keluar dari ruang perawatan, ia terkejut karena tiba-tiba saja seorang pria berwajah asing datang menghampirinya.
“Permisi, Nyonya, apa saya boleh bertanya?” Alex menatap dengan lekat.
“Ya, silahkan. Apa yang ingin anda tanyakan?” Rose, menatap Alex tak penuh selidik.
“Saya Alexander Marcow. Saya kemari untuk menjemput Kiara, dia mengandung dara daging saya.” Alex tidak suka bertele-tele, ia ingin secepatnya membawa Kiara pergi.
“Apa buktinya? Selama ini dia hanya seorang diri dan berjuang keras untuk hidupnya.” Rose tidak mau kalah. Ia tahu bagaimana Kiara berjuang, bekerja tanpa lelah untuk bisa bertahan.
“Biarkan saya masuk, dia akan mengenali saya.” Kelemahan Alex adalah bukti, ia sama sekali tidak memiliki apapun untuk membuktikan jika Kiara mengenalnya.
Rose tidak percaya begitu saja, namun melihat Alex yang terus menatap ruangan itu dengan tatapan sendu, akhirnya Rose mengajaknya masuk.
“Kiara.” Panggil Rose.
“Ya, Rose? Ada apa? Kenapa kamu kembali, bukankah kamu akan menutup toko.” Rose menghampiri Kiara, sedangkan Alex masih berdiri di ambang pintu.
“Ada yang ingin bertemu denganmu.” Wanita itu melirik ke arah pintu, dalam hati ia berdoa semoga Alex bukanlah orang jahat.
“Denganku?” ulang Kiara. “Tapi siapa Rose?”
Kembali Kiara melirik ke arah pintu, dalam hati ia bertanya-tanya, apa mungkin Bima yang datang untuk menjemputnya? Namun yang ia lihat justru bayangan seseorang bertubuh tinggi, sampai akhirnya sosok Alex muncul.
“Aku!” suara barithon itu cukup mengejutkan Kiara.
Untuk sesaat Kiara terdiam, ia menatap pria bertubuh tinggi dengan jambang tipis di wajahnya, sama persis seperti hari itu. Ya! Alex tetap sama dengan gayanya yang cool dan rapi. Bahkan Kiara terpana dengan penampilan pria itu.
“Apa kamu mengenalnya, Kiara?” tanya Rose, wanita itu menatap Kiara dengan lekat, mencoba melihat rasa takut atau kekhawatiran, namun ia sama sekali tidak merasakannya.
“Iya, aku mengenalnya. Rose, bisa tolong tinggalkan kami berdua. Aku ingin bicara dengannya.” Kiara melirik Alex dengan begitu tenang. Ia bingung harus bersikap seperti apa, di saat ia berharap untuk mati Alex justru hadir seperti malaikat yang akan mengakhiri mimpi buruknya.
Setelah Rose pergi, Kiara menatap Alex penuh tanya. Bagaimana tidak, pria itu tiba-tiba saja datang di hadapannya dengan begitu sempurna, saat ia merasa jika hidupnya sama sekali tidak berarti.
"Dari mana kamu tahu aku ada di sini? Lalu apa tujuanmu mencariku, Alex?" pertanyaan itu keluar begitu saja, setidaknya Kiara tahu apa keinginan pria yang sekarang berdiri di hadapannya itu.
Tidak ada senyum di wajah pria itu saat menatap Kiara dengan penampilan yang sangat sederhana. Bahkan Alex yakin jika bobot tubuh Kiara berkurang banyak, sejak terakhir mereka bertemu. Alex maju beberapa langkah.
"Kau hamil dan itu anakku!" seru Alex tak terbantahkan.
Kiara terkejut, matanya terbelalak dengan sempurna mendengar perkataan Alex, tidak ada orang lain yang tahu mengenai kehamilannya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Kiara kembali membuat ekspresinya terlihat normal.
"Kenapa kamu berpikir jika ini adalah anakmu?" Kiara memperbaiki posisi duduknya agar terlihat kuat. “Kita tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu kembali setelah hari itu, bisa saja aku sudah menikah.”
“Kau lebih tahu jawabannya, Kiara.” Alex masih menatap Kiara yang sekarang memalingkan wajahnya.
“Ini bukan anakmu!” Kiara belum bisa mengakuinya, ia ingin sejauh mana Alex yakin jika janin itu adalah darah dagingnya.
"Karena kamu hanya pernah tidur bersamaku dan itu adalah yang pertama untukmu!" Tegas Alex.
Kiara kembali memalingkan muka, ia tidak mungkin lagi untuk mengelak karena semua yang dikatakan oleh Alex semua benar. Sekarang tidak ada lagi alasan untuk Kiara berbohong.
“Apa selama ini kamu memata-mataiku?” tanya Kiara pelan. Namun Alex sama sekali tidak menjawabnya.
"Ikutlah denganku! Kita menikah dan balas semua rasa sakit hatimu!" Alex menggenggam tangan Kiara yang sekarang terpasang infus.
"Aku mampu berdiri dengan kakiku sendiri!" Di sisi lain, Kiara sangat bahagia atas kehadiran Alex, namun di sisi lain ia khawatir jika kembali salah mengambil keputusan.
"Kau yakin?" Tanya Alex. "Tapi aku akan tetap membawamu, dengan atau tanpa seizinmu!" ucapnya dengan penuh penekanan.
“Ikut bersamaku dengan sukarela, atau aku akan memaksamu!” perkataan itu lebih cocok sebagai ancaman daripada perintah menurut Kiara.
Entah harus bahagia atau sedih, Kiara masih bingung dengan dirinya sendiri, hormon kehamilan benar-benar membuatnya dilema. Di satu sisi ia ingin mempertahankan egonya, namun di sisi lainnya ia membutuhkan sosok ayah untuk anaknya.
Kiara masih membisu, ia masih butuh waktu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan. Selain itu, Kiara sama sekali tidak mengenal siapa Alex. Bagaimana jika pria itu adalah seorang penjahat atau mafia kejam. Apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Berikan aku waktu."
"24 jam!” ucap Alex. “Besok, di jam yang sama aku akan kembali!" Alex merogoh saku jas dan mengeluarkan kartu nama beserta sebuah ponsel. Tanpa bicara sepatah katapun ia pergi begitu saja.
***
Sesuai dengan perkataannya, Alex kembali di jam yang sama dengan penampilan yang lebih santai. Namun hal itu membuatnya terlihat semakin sempurna sebagai seorang pria.
“Apa jawabanmu?” Alex langsung mengajukan pertanyaan yang membuat ia tidak bisa tidur semalaman. Bukan karena cinta, melainkan darah daging yang sekarang tumbuh dalam rahim milik Kiara.
“Aku akan pergi bersamamu. Tapi—“ Kiara terdiam sesaat, ia merindukan ayahnya. “Aku ingin bertemu dengan ayahku dulu sebelum kita menikah.”
“Untuk bertemu dengan ayahmu kita harus pergi ke Indonesia dan menunggu waktu yang tepat. Bima tidak bisa kita temui.” Alex sangat yakin jika Kiara sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya.
Anak buah Alex mengatakan jika Kiara mendapat kabar mengenai ayahnya yang jatuh sakit dari seorang teman lamanya. Namun sayang, Rama menyumpal mulut teman Kiara agar tidak lagi memberikan kabar pada wanita itu.
“Ayahku jatuh sakit. Tapi dia baik-baik saja sekarang.”
Mendengar itu Alex hanya memberikan senyum mengejek pada Kiara yang begitu polos dan percaya pada orang lain dengan begitu mudah.
“Leo Andreas! Kau pikir dia baik?” Alex menunggu reaksi Kiara. “Dia lawan, bukan kawan, Kiara!”
“Bagaimana mungkin?” Kiara menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak percaya.
“Itu mungkin saja, karena Rama yang sekarang duduk di singgahsana milik ayahmu. Dia jadi penguasa setelah menikah dengan Bella.” Alex tahu semuanya.
Kiara menatap Alex dan berusaha untuk mencari kebohongan dari setiap perkataannya. Sampai berbagai pertanyaan mulai bercokol dalam kepalanya yang mulai terasa berdenyut nyeri.
“Jangan coba-coba untuk menipuku, Tuan Alex. Jangan pernah!” Ada kemarahan dalam nada bicara Kiara kali ini. Bahkan Alex bisa melihat jika tangan Kiara mengepal kuat hingga infus itu sedikit mengeluarkan darah.
Alex tertawa. “Keuntungan apa yang aku dapatkan dengan menipumu?”
“Buka matamu! Selama ini mereka hanya menjadikanmu dan Bimia sebagai boneka mainan.”
Alex mengurai kepalan tangan Kiara dengan pelan. Ia sadar jika sekarang Kiara mulai terpancing, satu demi satu ingatannya mengenai Soraya dan Rama berkelebat. Semua yang terjadi benar-benar menyakiti hatinya, mereka yang terlihat baik ternyata menusuknya, bahkan dari depan dan secara terang-terangan.
“Tolong selamatkan ayahku dari mereka! Sebagai balasannya aku siap menikah denganmu.” Tidak ada keraguan sedikitpun dalam sorot mata Kiara.
“Good girl! Kita akan pergi hari ini juga!”
“Lalu ayahku?” Kiara tidak ingin jatuh dilubang yang sama, ia harus bisa memastikan jika sang ayah akan selamat.
“Anak buahku akan mengurus semuanya!”
Kiara akhirnya mengangguk, meskipun hatinya masih belum tenang karena belum ada bukti nyata yang menunjukkan jika Alex bisa menyelamatkan Bima dari manusia-manusia seperti Soraya.
“Tolong tunggu Rose kembali, aku ingin berpamitan dulu padanya. Dia adalah orang baik dan aku tidak mau menjadi manusia tidak tahu balas budi dengan pergi begitu saja.”
Alex hanya mengangguk pelan dan menghubungi anak buahnya untuk mulai bergerak. Kiara sudah setuju untuk pergi bersamanya dan anak buahnya akan langsung mengurus Bima dan membuat pria itu lenyap tanpa jejak.
“Jangan meninggalkan jejak sedikitpun!
PERGI KE MEXICOKiara duduk dengan tenang dalam jet pribadi Alex, di sampingnya duduk seorang suster yang siap memeriksa keadaannya selama penerbangan menuju Mexico.“Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?” tanya suster tersebut pada Kiara.“Tidak! Aku hanya ingin tidur, kepalaku sedikit pusing.” Kiara memejamkan matanya perlahan dan mencoba untuk beristirahat, namun sayang usahanya hanya sia-sia saja.“Siapa namamu?” Kiara kembali membuka mata.“Saya, Anna.”“Apa kamu sudah lama bekerja bersama Alex?” Kiara ingin mengorek sedikit informasi mengenai pria yang akan dia nikahi. Ini adalah pertemuan keduanya dengan Alex, tentu saja Kiara merasa jika pria itu bukanlah orang biasa.“Ya, saya bekerja di bawah tangan Tuan Jeremy, dokter pribadi Tuan Alex. Saya selalu pergi bersama mereka jika kondisi mengharuskan saya ikut.” Anna berbicara dengan begitu sopan dan lembut pada Kiara.“Anna, panggil saja namaku, itu lebih membuatku nyaman.” Entah kenapa Kiara merasa tidak suka diperlakukan seperti
Kiara terbangun dari tidurnya karena ternggorokannya terasa kering, belum lagi desakan ingin buang air kecil. Saat membuka mata dia heran melihat cahaya di kamar tersebut tamaran.“Kenapa lampu utamanya di matikan? Seingatku, sebelum tidur lampunya masih menyala. Mungkin Anna yang mematikannya.” Tanpa ada perasaan curiga Kiara turun dan menyalakan kembali lampu kamar tersebut dan bergegas ke kamar mandi, barulah ia membasahi tenggorokannya dengan air yang sudah tersedia di atas meja.Kiara kembali duduk bersandar di atas ranjang dan memperhatikan sekeliling. Semua yang ada di rumah tersebut adalah barang-barang mewah, ada juga beberapa hasil kerajinan tangan yang begitu indah.Dia melirik jam dinding yang ternyata baru menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sempat tidak menyangka jika ia sudah tertidur cukup lama, bahkan kali ini Kiara merasakan kembali tidur nyenyaknya setelah sekian lama.Perutnya tiba-tiba saja berbunyi, membuat Kiara langsung
“Bicaralah, Kiara!” ulang Alex dengan suara lebih keras.Kiara terkejut, namun ia masih berani menatap pria yang memiliki mata tajam itu. Begitu banyak hal yang ingin diucapkan oleh Kiara, hanya saja ia sadar jika semua belum waktunya.“Aku ingin memiliki ponsel. Aku juga ingin berkomunikasi dengan ayah dan teman-temanku.” Kiara memperhatikan perubahan wajah Alex, ia sedikit takut permintaannya itu akan mendapat penolakan.“Baik! Aku akan menyiapkannya, tapi aku akan membatasi komunikasimu dengan orang luar. Ingat, Kiara! Tidak semua orang yang kamu anggap teman benar-benar teman!”Mendengar ucapan Alex, tiba-tiba saja Kiara teringat pada Leo Andreas, pria yang menggadaikan persahabatannya hanya untuk sebuah jabatan.“Aku juga ingin membalas mereka, Alex!” sorot mata Kiara berubah, jelas sekali ada kemarahan yang tersimpan rapi dan muncul ke permukaan secara perlahan.“Jika kamu masih men
Beberapa hari kemudian, Alex menepati janjinya untuk menikahi Kiara. Pria itu benar-benar mengabulkan setiap keinginan Kiara, bahkan tanpa diminta.“Alex, apa boleh aku tetap berada di kamarku?” tanya Kiara saat mereka baru saja kembali ke kediaman pria itu.“Kenapa?” Alex masih sama seperti biasanya, irit bicara dan menatap Kiara dengan tajam.“A-aku hanya belum terbiasa.” Kiara berusaha untuk terlihat tenang, meskipun detak jantungnya benar-benar menggila. Ada hal yang sangat ia takuti jika harus satu kamar bersama Alex, meskipun pria itu telah sah menjadi suaminya.“Lakukan apapun yang itu membuatmu nyaman.” Alex berlalu begitu saja menuju kamarnya, sore hari ia akan pergi untuk beberapa urusan dan mungkin tidak kembali.Buru-buru Kiara masuk ke kamarnya, ia menghela napas dalam sambil mengusap perutnya yang masih sangat rata. “Tumbuhlah dengan baik! Sekarang kita aman dan tidak akan pernah k
“Kapan kamu kembali?” tanya Kiara dengan gugup, ia malu sekali karena Alex harus melihat muka bantalnya yang mungkin saja berantakan.“Beberapa menit lalu.” Alex berpindah tempat ke sofa, ia memejamkan mata sambil menyandarkan punggungnya. “Aku mengantuk, jangan ganggu aku!”“I-iya.” Kiara merasa kasihan melihat Alex, pria itu sepertinya sangat kelelahan setelah tidak pulang semalam. “Alex, pindahkan ke tempat tidur. Badanmu akan sakit jika tidur seperti itu.”Namun pria itu tidak menjawab, ia hanya membuka mata dan langsung berpindah tempat ke samping Kiara. Karena terlalu lelah Alex sampai tertidur dalam waktu cepat.“Aku memang belum mengenalmu, tapi setelah tinggal bersama beberapa hari ini aku tahu kalau kamu adalah orang baik. Meskipun awal pertemuan kita sangat memalukan, tapi kamu tidak memandang rendah diriku.” Lirih Kiara saat melihat napas Alex yang tenang.Diam-diam, pria itu belum sepenuhnya tertidur. Telinganya masih menangkap dengan jelas semua yang Kiara katakan. Namun
Kiara keluar dari ruangan Alex dan langsung kembali ke kamarnya. Ia gelisah, seakan ragu dan takut untuk memberikan apa yang Alex minta.“Apa aku harus melakukan itu?” gumam Kiara pelan. “Ta-tapi bagaimana seperti bisa aku melakukan itu?”Ia dan Alex memang pernah menghabiska malam bersama, tapi saat itu Kiara dalam keadaan tidak sadar dan ia melupakan banyak hal. Kecuali tanda merah dan rasa sakit sekujur tubuhnya.Kiara tiba-tiba saja memegang perutnya, ia tersenyum licik dan tiba-tiba saja memanggil Anna. Ia bertanya banyak hal, termasuk masalah hubungan suami istri, namun Anna tiba-tiba saja tersenyum kecil.“Kenapa kamu malah tersenyum, Anna? Aku serius.”“Kehamilan setiap orang berbeda, Nona. Ada yang bisa melakukan hal itu dan tidak, tergantung bagaimana tingkat kesehatannya masing-masing.”Mendengar itu Kiara terdiam untuk beberapa saat, ia sangat ingin aksi balas dendamnya di mulai, tapi ia juga ragu dan takut untuk bersama Alex.“Apa Tuan meminta haknya, Nona? Maaf jika say
Malam itu waktu berjalan begitu lambat, seakan ingin membuat keduanya bertahan dalam letupan rasa yang lebih membara.“Kenapa kamu tidak melupakan rasa sakit hatimu?” tanya Alex dengn mata yang tak lepas dari sosok cantik di hadapannya.“Aku tidak rela mereka menikmati semua milikku! Milik ayahku dan juga milik ibuku!” Emosi Kiara terlihat dengan jelas.Melihat kemarahan di wajah cantik itu darah Alex semakin berdesir hebat. Matanya berkilat oleh gairah yang telah lama tertahan hanya karena satu alasan yang tak pasti.“Kiara.” Panggil Alex dengan suara serak, mata besarnya perlahan berubah sayu saat terus memindai Kiara yang sekarang berbaring di sampingnya, terlihat cantik, mengingatkan Alex pada kejadian malam itu.Tangan besar Alex menyentuh pipi Kiara dan berdiam di sana, membuat sekujur tubuh ramping itu membeku di tempatnya. Masih belum bisa menguasai diri, Kiara membalas tatapan suaminya itu sambil menelan ludah.‘Kenapa dengan tubuhku?’ batin Kiara.“A-alex—“ suara Kiara terce
Malam merayap lebih lambat untuk Kiara yang sedang menunggu kabar mengenai dua benalu dalam hidupnya. Dua manusia yang dengan tega membuat hidupnya hancur.TINGSebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, Alex mengirimkan beberapa video secara bersamaan, membuat Kiara menghela napas dalam. Ia sempat ragu untuk membuka pesan video tersebut, namun teringat bisikan Alex yang membuat ia memberanikan diri melihat rekaman tersebut.Video pertama di putar, ia bisa melihat dua orang yang dibencinya berjalan santai di Bandara. Wajah Kiara berubah datar melihat Bella yang begitu mesra.“Rama, kita mampir dulu ke restoran terbaik disini, ya?” ucap Bella manja.“Ya! Apa pun yang kamu inginkan sayang.” Rama membelai pipi Bella lembut.Kiara hanya berdecak pelan melihat penggalan video tiidak berguna itu. Ia mempercepat videonya, karena bukan hal romantis itu yang ia inginkan.Mereka sudah berada di sebuah restoran, namun tiba-tiba saja kehadiran mereka sama sekali tidak mendapat sambutan baik dan resto
“Aku akan pergi.” Alex mengatakan itu saat mereka sedang duduk berdua pagi ini.“Pergi? Kemana?” Kiara menghentikkan gerakan tangannya yang sedang memegang garpu. “Berapa lama kamu pergi?”Alex mengatakan kemana ia pergi. “Mungkin tiga hari, jika pekerjaan di sana tidak berjalan lancar kemungkinan aku akan lebih lama.”Kiara terdiam, ia merasa tidak rela jika Alex pergi. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya itu, meskipun tidak selama 24 jam bersama. Hanya saja ia merasa kosong saat berjauhan. Ini mungkin cinta, namun Kiara selalu menyangkalnya karena bayangan pernghianatan Rama masih menjadi momok yang mengerikan untuknya.“Apa tidak bisa Jeremy saja yang pergi?” Kiara berusaha mencari jalan lain agar Alex tetap disisinya.“Sayangnya tidak bisa. Selama aku pergi, Bima akan menjagamu di sini, kalian bisa pergi ke beberapa tempat tentunya di temani Ken. Nikmati waktu kebersamaanmu dengannya, karena saat aku kembali Bima akan pulang.”Tidak ada protes lagi, yang dikatakan oleh Al
“Kiara.” Suara yang sangat dirindukan Kiara terdengar nyata ditelinganya.Kiara belum berbalik, ia masih menatap Alex yang tetap dengan ekspresi santai. Ketika Alex melihat ke sumber suara, barulah ibu hamil itu mengikuti arah pandangannya.“A-ayah.” Kiara sedikit gugup. Ia kembali menatap suaminya penuh tanya. Melihat binar kebahagiaan di mata istrinya, Alex langsung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya.Dengan perasaan haru, Kiara berjalan pelan mendekati Bima yang sekarang terlihat baik dan sehat. Bahkan pria yang sudah dinyatakan mengalami stroke itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya.“Aku merindukan ayah selama ini.” Kiara memeluk Bima, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi saat cinta pertamanya hadir di depan mata.“Ayah juga sangat merindukanmu, Nak. Maafkan ayah karena telah melakukan kesalahan besar padamu.”Kepala Kiara menggeleng kuat. “Lupakan hari itu!”“Kapan ayah datang kemari? Apa ini alasan kenapa ponsel ayah mati?” Kiara mengusap air matanya dan
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara
Beberapa hari kemudian Tiffany kembali datang untuk memeriksa kondisi Kiara sesuai dengan pemintaan Alex.“Bagaimana kondisiku?” tanya Kiara tidak sabar.“Dari hasil pemeriksaan, semua sangat bagus. Tapi sayangnya karena ini kehamilan ganda, saya tidak menyarankan anda untuk melakukan penerbangan terlalu lama. Itu berhabaya untuk kehamilan anda.” Tiffany melihat dengan jelas kekecewaan di wajah ibu hamil tersebut, namun demi kebaikannya ia harus jujur.“Apa kepergian ini sangat penting? Maksud saya bagaimana jika ditunda hingga melahirkan, paling tidak semua akan merasa aman.”“Lalu aku harus menunggu hingga anakku satu tahun untuk bisa pulang ke negaraku, Dokter?” kali ini Kiara sedikit kesal. Apa yang diinginkannya sama sekali tidak sesuai harapan.“Tenanglah.” Alex melirik istrinya yang sudah terlanjur kecewa, meksipun Kiara sadar jika semua demi kebaikannya sendiri.“Bagaimana dengan jet pribadi?” tanya Alex serius.“Lebih baik menunggu si kembar lahir, Tuan Alex. Sebelum satu tah
Alex meninggalkan acara makan malam tersebut tanpa berpamitan pada siapapun. Lama-lama berada di sana ia bisa saja hilang kendali dan membuat keributan.Ia mengumpat keras selama perjalanan, jika seperti ini keselamatan Kiara menjadi taruhannya. Kali ini ia lebih memilih untuk menemui Jeremy lebih dulu, ada satu cara jitu untuk bisa menjauhkan Barbara dari kehidupannya.Saat memasuki jalanan utama, Alex bisa melihat dari kaca spion mobilnya jika ada satu mobil yang mengikutinya. Meskipun menjaga jarak, tetap saja bisa terlihat jelas oleh mata elangnya.“Jadi dia menyiapkan orang untuk mengintaiku. Baiklah!” Alex mempercepat laju mobilnya, mengambil lajur kiri dan melesat.Mobil hitam itu mulai kelabakan karena tidak bisa menemukan Alex. Mereka mengurangi laju mobilnya ketika memasuki sebuah kawasan yang sepi.“Kemana dia?”“Aku tidak tahu, tadi dia tiba-tiba cepat sekali. Tapi dia memang mengambil lajur kiri.” Satu temannya yang duduk di depan kemudia fokus memperhatikan, sampai tiba-
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas