“Bicaralah, Kiara!” ulang Alex dengan suara lebih keras.
Kiara terkejut, namun ia masih berani menatap pria yang memiliki mata tajam itu. Begitu banyak hal yang ingin diucapkan oleh Kiara, hanya saja ia sadar jika semua belum waktunya.
“Aku ingin memiliki ponsel. Aku juga ingin berkomunikasi dengan ayah dan teman-temanku.” Kiara memperhatikan perubahan wajah Alex, ia sedikit takut permintaannya itu akan mendapat penolakan.
“Baik! Aku akan menyiapkannya, tapi aku akan membatasi komunikasimu dengan orang luar. Ingat, Kiara! Tidak semua orang yang kamu anggap teman benar-benar teman!”
Mendengar ucapan Alex, tiba-tiba saja Kiara teringat pada Leo Andreas, pria yang menggadaikan persahabatannya hanya untuk sebuah jabatan.
“Aku juga ingin membalas mereka, Alex!” sorot mata Kiara berubah, jelas sekali ada kemarahan yang tersimpan rapi dan muncul ke permukaan secara perlahan.
“Jika kamu masih men
Beberapa hari kemudian, Alex menepati janjinya untuk menikahi Kiara. Pria itu benar-benar mengabulkan setiap keinginan Kiara, bahkan tanpa diminta.“Alex, apa boleh aku tetap berada di kamarku?” tanya Kiara saat mereka baru saja kembali ke kediaman pria itu.“Kenapa?” Alex masih sama seperti biasanya, irit bicara dan menatap Kiara dengan tajam.“A-aku hanya belum terbiasa.” Kiara berusaha untuk terlihat tenang, meskipun detak jantungnya benar-benar menggila. Ada hal yang sangat ia takuti jika harus satu kamar bersama Alex, meskipun pria itu telah sah menjadi suaminya.“Lakukan apapun yang itu membuatmu nyaman.” Alex berlalu begitu saja menuju kamarnya, sore hari ia akan pergi untuk beberapa urusan dan mungkin tidak kembali.Buru-buru Kiara masuk ke kamarnya, ia menghela napas dalam sambil mengusap perutnya yang masih sangat rata. “Tumbuhlah dengan baik! Sekarang kita aman dan tidak akan pernah k
“Kapan kamu kembali?” tanya Kiara dengan gugup, ia malu sekali karena Alex harus melihat muka bantalnya yang mungkin saja berantakan.“Beberapa menit lalu.” Alex berpindah tempat ke sofa, ia memejamkan mata sambil menyandarkan punggungnya. “Aku mengantuk, jangan ganggu aku!”“I-iya.” Kiara merasa kasihan melihat Alex, pria itu sepertinya sangat kelelahan setelah tidak pulang semalam. “Alex, pindahkan ke tempat tidur. Badanmu akan sakit jika tidur seperti itu.”Namun pria itu tidak menjawab, ia hanya membuka mata dan langsung berpindah tempat ke samping Kiara. Karena terlalu lelah Alex sampai tertidur dalam waktu cepat.“Aku memang belum mengenalmu, tapi setelah tinggal bersama beberapa hari ini aku tahu kalau kamu adalah orang baik. Meskipun awal pertemuan kita sangat memalukan, tapi kamu tidak memandang rendah diriku.” Lirih Kiara saat melihat napas Alex yang tenang.Diam-diam, pria itu belum sepenuhnya tertidur. Telinganya masih menangkap dengan jelas semua yang Kiara katakan. Namun
Kiara keluar dari ruangan Alex dan langsung kembali ke kamarnya. Ia gelisah, seakan ragu dan takut untuk memberikan apa yang Alex minta.“Apa aku harus melakukan itu?” gumam Kiara pelan. “Ta-tapi bagaimana seperti bisa aku melakukan itu?”Ia dan Alex memang pernah menghabiska malam bersama, tapi saat itu Kiara dalam keadaan tidak sadar dan ia melupakan banyak hal. Kecuali tanda merah dan rasa sakit sekujur tubuhnya.Kiara tiba-tiba saja memegang perutnya, ia tersenyum licik dan tiba-tiba saja memanggil Anna. Ia bertanya banyak hal, termasuk masalah hubungan suami istri, namun Anna tiba-tiba saja tersenyum kecil.“Kenapa kamu malah tersenyum, Anna? Aku serius.”“Kehamilan setiap orang berbeda, Nona. Ada yang bisa melakukan hal itu dan tidak, tergantung bagaimana tingkat kesehatannya masing-masing.”Mendengar itu Kiara terdiam untuk beberapa saat, ia sangat ingin aksi balas dendamnya di mulai, tapi ia juga ragu dan takut untuk bersama Alex.“Apa Tuan meminta haknya, Nona? Maaf jika say
Malam itu waktu berjalan begitu lambat, seakan ingin membuat keduanya bertahan dalam letupan rasa yang lebih membara.“Kenapa kamu tidak melupakan rasa sakit hatimu?” tanya Alex dengn mata yang tak lepas dari sosok cantik di hadapannya.“Aku tidak rela mereka menikmati semua milikku! Milik ayahku dan juga milik ibuku!” Emosi Kiara terlihat dengan jelas.Melihat kemarahan di wajah cantik itu darah Alex semakin berdesir hebat. Matanya berkilat oleh gairah yang telah lama tertahan hanya karena satu alasan yang tak pasti.“Kiara.” Panggil Alex dengan suara serak, mata besarnya perlahan berubah sayu saat terus memindai Kiara yang sekarang berbaring di sampingnya, terlihat cantik, mengingatkan Alex pada kejadian malam itu.Tangan besar Alex menyentuh pipi Kiara dan berdiam di sana, membuat sekujur tubuh ramping itu membeku di tempatnya. Masih belum bisa menguasai diri, Kiara membalas tatapan suaminya itu sambil menelan ludah.‘Kenapa dengan tubuhku?’ batin Kiara.“A-alex—“ suara Kiara terce
Malam merayap lebih lambat untuk Kiara yang sedang menunggu kabar mengenai dua benalu dalam hidupnya. Dua manusia yang dengan tega membuat hidupnya hancur.TINGSebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, Alex mengirimkan beberapa video secara bersamaan, membuat Kiara menghela napas dalam. Ia sempat ragu untuk membuka pesan video tersebut, namun teringat bisikan Alex yang membuat ia memberanikan diri melihat rekaman tersebut.Video pertama di putar, ia bisa melihat dua orang yang dibencinya berjalan santai di Bandara. Wajah Kiara berubah datar melihat Bella yang begitu mesra.“Rama, kita mampir dulu ke restoran terbaik disini, ya?” ucap Bella manja.“Ya! Apa pun yang kamu inginkan sayang.” Rama membelai pipi Bella lembut.Kiara hanya berdecak pelan melihat penggalan video tiidak berguna itu. Ia mempercepat videonya, karena bukan hal romantis itu yang ia inginkan.Mereka sudah berada di sebuah restoran, namun tiba-tiba saja kehadiran mereka sama sekali tidak mendapat sambutan baik dan resto
Kiara berdiri lurus menatap keluar jendela, pikirannya terfokus pada perkataan Alex mengenai perusahaan milik sang ayah. Ada rasa penyesalan dalam hatinya karena tidak menuruti perkataan Bima untuk sekolah bisnis.Sekarang ia tidak mengerti apa-apa dan harus pasrah pada perkataan Alex. Meskipun melihat sikapnya Kiara merasa yakin jika Alex tidak main-main dengan perkataannya.Setiap hari bertemu dan berinteraksi langsung dengan Alex membuat Kiara semakin mengenal pria itu. Bahkan ia tidak segan untuk mengungkapkan isi hatinya, meskipun untuk melakukan itu ia butuh keberanian tinggi.“Kiara, Dokter Tiffany sudah sampai.” Alex berdiri di ambang pintu dengan wajah datarnya.“Ah, ya.” Hari ini adalah jadwal pemeriksaan ulang kehamilannya seperti yang di jadwalkan oleh Dokter di rumah sakit saat ia pertama kali melakukan pemeriksaan.Kiara mengikuti langkah Alex menuju sebuah ruangan. Saat pintu terbuka, mata indah itu terbelalak melihat seisi ruangan yang tertata rapi disertai alat USG ke
Kiara menatap layar ponselnya yang tak kunjung mendapatkan notifikasi pesan dari Alex. Ia terus saja terjaga dan melirik jam dinding yang menurutnya terasa begitu lambat.Ia keluar dari kamar dan mendapati Anna dan Lusy sedang berbincang santai. Kiara menghampiri keduanya tanpa berkata apa-apa, namun dari sorot matanya saja terlihat jelas jika ada kekhawatiran yang begit besar.“Nona, kenapa anda belum tidur?” Anna mendekat. “Apa semua baik-baik saja?”“Aku tidak apa-apa, Anna. Hanya saja kenapa Alex belum pulang? Ini sudah larut malam.”Anna tersenyum tipis. “Tuan sudah biasa seperti ini, Nona. Jangan khawatir berlebihan, masalahnya tidak semenakutkan itu.”“Tapi Alex membawa senjata, Anna!” tegas Kiara. “Jika tidak semenakutkan seperti yang kamu katakan kenapa harus membwa senjata? Semua bisa dibicarakan dengan baik-baik.”“Saya mengerti, nona. Tapi yang saya dengar dari Ken, terjadi masalah di perbatasan CJ tempat dimana beberapa kartel nerkobe mencari masalah karena takut tempat m
Di dalam kamar, Kiara terus saja mondar-mandi tidak jelas. Ia ingin keluar, tapi jika itu terjadi sudah pasti wanita itu akan mencecarnya dengan begitu banyak pertanyaan. Apalagi melihat Kiara yang berbeda, kentara sekali di antara orang sekelilingnya di rumah tersebut.Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Kiara terkejut bukan main meskipun Anna masuk dengan cepat.“Nona, hubungi Tuan secepatnya agar wanita itu pergi.” Anna tidak memilik pilihan lain, jika Lusy atau Anna yang menghubungi kemungkinan besar pria itu tidak akan menjawabnya.“Ponselku ada di kamar.”Anna memutar otak, ia lantas meraih ponselnya dan menghubungi Jeremy. Sekian lama menunggu akhirnya ada jawaban. Kiara duduk dengan tenang menunggu Anna selesai bicara.“Bagaimana? Apa Alex akan segera pulang?” tanya Kiara.“Kemungkinan besar begitu, sebaiknya Nona diam di sini dan istirahat. Jangan sampai membuat keributan yang menimbulkan kecurigaan Barbara.”Kiara hanya mengangguk, ia hanya menatap kembali pintu yang baru saja te